Thursday, March 6, 2025

Biomassa Setara Batubara

Rekomendasi

Trubus — Waktu baru menunjukkan pukul 09.00. Tujuh truk besar yang mengangkut tumpukan karung antre di lahan seluas lapangan sepak bola di kawasan pabrik PT Semen Tonasa. Sementara tiga truk lain parkir di bawah bangunan yang ditopang tiang baja. Belasan tenaga kerja sibuk menurunkan dan membongkar isi karung dari ketiga truk itu. Ribuan karung itu  ternyata berisi sekam padi.

Sekam padi diangkut menggunakan sabuk berjalan dari gudang menuju tungku pembangkaran. (Dok. Trubus)

Menurut manajer Manajemen Energi PT Semen Tonasa, Ridwan Purnomo, aktivitas bongkar-muat sekam mentah itu sebetulnya berlangsung setiap hari sejak subuh. Truk-truk itu mengangkut sekam padi yang dikumpulkan para petani dari berbagai sentra padi seperti Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Maros, dan Barru. Dalam sehari truk-truk itu mengangkut sekitar 200—240 ton sekam padi.

Pengganti batubara

Petugas lantas mengumpulkan sekam padi itu di sudut gudang sehingga tampak menggunung. Sementara di sudut lain sebuah alat berat mendorong tumpukan sekam itu menuju sebuah lubang. Dari lubang itulah sekam padi sedikit demi sedikit tertuang ke permukaan sabuk berjalan. Sabuk berjalan itu mengangkut sekam padi menuju tungku pembakaran.

Antrean truk yang mengangkut sekam padi
mentah.

Menurut Ridwan PT Semen Tonasa memanfaatkan sekam padi sebagai bahan bakar alternatif pengganti batu bara. Produsen semen di di Desa Biringere, Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, itu menggunakan batu bara untuk pembakaran batu kapur, tanah liat, dan silika, sebelum diolah menjadi semen. “Pemanfaatan sekam padi diharapkan dapat mengurangi ketergantungan terhadap batubara yang suatu saat akan habis,” katanya.

Pabrik semen plat merah itu menghabiskan 16.000 ton batubara per hari. Menurut Kepala Biro Bahan Bakar Alternatif, Bahan Baku, dan Evaluasi Proses PT Semen Tonasa, H Musyafir, sekam padi menjadi pilihan karena pasokannya berlimpah. Sulawesi Selatan merupakan salah satu lumbung padi nasional. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, pada 2012 produksi padi Sulawesi Selatan mencapai 4.872.384 ton.

PT Semen Tonasa mengurangi konsumsi
batubara dan menggantikannya dengan biomassa.

Dari jumlah produksi itu diperkirakan menghasilkan 146.171 ton gabah. Selama ini para petani padi di Sulawesi Selatan tidak memanfaatkan sekam dan hanya membakarnya. Untuk memanfaatkan limbah itu Musyafir bersama tim menguji coba sekam sebagai bahan bakar alternatif dalam produksi semen pada 2009. Hasilnya menggembirakan. Sekam padi itu ternyata mampu menyumbang panas hingga 3.500 kkal per kg.

Jumlah kalori itu memang lebih rendah daripada batubara yang mampu menghasilkan panas hingga 5.300 kkal per kg. Itulah sebabnya pabrik semen itu memerlukan pasokan lebih banyak untuk menggantikan batubara. Meski begitu bagi perusahaan masih ekonomis karena harga sekam jauh lebih murah ketimbang batubara yakni hanya Rp200.000 per ton. Adapun harga batubara mencapai Rp500.000—Rp720.000 per ton.

Kaya silika

Keunggulan lain bahan bakar alternatif sekam padi adalah limbah pembakaran atau abu yang mengandung silika. Senyawa itu yang membuat kulit gabah menjadi keras. Silika merupakan salah satu bahan baku semen untuk meningkatkan kekuatan tekan, ikatan, dan daya tahan abrasi beton. Porsi silika dalam bahan baku semen sekitar 9%. Artinya, untuk menghasilkan 100 kg semen memerlukan 9 kilogram silika. Selama ini sumber silika berasal dari pasir silika.

Limbah kulit biji kacang mete untuk bahan bakar tungku pengering batubara.

Oleh sebab itu, pemanfaatan sekam di Semen Tonasa terus meningkat. Pada 2010 jumlah pemakaian sekam mencapai 24.567 ton. Pada 2011 meningkat tajam menjadi 67.598,52 ton. Sementara pada Januari—Oktober 2012 jumlah pemakaian sekam padi mencapai 40.158,04 ton. Menurut Kepala Departemen Produksi Terak PT Semen Tonasa, Ir Saparuddin, pemakaian sekam menghemat pemakaian batubara.

Penghematan itu mencapai 16% di pabrik Tonasa II dan Tonasa III, serta 7% di pabrik Tonasa IV. “Target kami dapat menggantikan 30% konsumsi batubara,” ujar Saparuddin. Menurut Musyafir pemakaian sekam sebagai bahan bakar alternatif tak hanya berdampak positif bagi konservasi energi di Semen Tonasa. “Dengan pemakaian sekam mentah juga mampu mendongkrak tingkat ekonomi masyarakat di daerah pemasok, terutama ibu-ibu rumahtangga,” ujarnya.

Sejak adanya permintaan sekam padi, ibu rumah tangga memperoleh pendapatan tambahan dari upah mengarungkan sekam Rp600 per karung. Dalam sehari ibu-ibu rumah tangga itu mampu memperoleh pendapatan tambahan hingga Rp30.000. “Warga yang menjadi buruh bongkar-muat bisa memperoleh pendapatan hingga Rp150.000 per hari,” kata Musyafir.

Kulit kacang

Sebelum memanfaatkan sekam padi sebagai bahan bakar alternatif, PT Semen Tonasa sebetulnya lebih dulu menggunakan limbah cangkang biji kacang jambu mete. Pasokan limbah berasal dari para pemasok kacang mete yang tersebar di Kabupaten Pangkep. Kabupaten yang terletak di utara Kota Makassar itu sejak dahulu memang sohor sebagai sentra kacang mete di Sulawesi Selatan.

Sekam padi menggantikan 7—16% kebutuhan batubara dalam proses pembakaran bahan baku semen

“Mereka membeli kacang mete dari berbagai sentra di tanahair, lalu mengupasnya, kemudian menjual kacang mete kupas ke berbagai daerah,” kata Musyafir. Sejak lima tahun terakhir, limbah kulit biji kacang mete itu menjadi masalah serius bagi lingkungan di Kabupaten Pangkep. Pasalnya, para pengupas kacang mete itu tidak memanfaatkan limbah dan membiarkannya begitu saja sehingga menumpuk di halaman rumah atau membuang ke sungai.

Limbah yang membusuk menimbulkan aroma tidak sedap dan menjadi sumber penyakit. Oleh karena itu, pada 2008 Semen Tonasa memanfaatkan limbah itu sebagai bahan bakar pembakaran semen. Jumlah kalori yang dihasilkan kulit biji kacang mete sejatinya hampir menyamai batubara kalori tinggi, yakni mencapai 5.000 kkal per kg. Namun, ukuran cangkang yang terlalu besar menjadi kendala selama pembakaran.

“Jika pembakaran tidak sempurna, biomassa yang tidak terbakar akan terdorong ke udara lewat cerobong dan dapat menimbulkan polusi berupa butiran-butiran arang,” kata Ir Saparuddin. Itulah sebabnya kini limbah kulit kacang mete hanya digunakan sebagai bahan bakar tungku untuk mengeringkan batubara sebelum digunakan sebagai bahan bakar. Oleh karena itu, jumlah pemakaiannya relatif sedikit, yakni rata-rata 111 ton per bulan.

Sorgum manis

Kini PT Semen Tonasa juga tengah meneliti sorgum manis sebagai bahan bakar alternatif. “Yang kami gunakan adalah batangnya,” ujar Musyafir. Untuk tahap percobaan Semen Tonasa membudidayakan sorgum manis di lahan 2 hektare. Dari sehektare lahan mampu menghasilkan 120 ton batang sorgum. Dalam setahun bisa 4 kali panen. Perusahaan itu mengeringkan batang sorgum, lalu menghancurkan dengan mesin pencacah hingga berukuran maksimal 1 cm.

Batang sorgum manis dapat menghasilkan kalori 3.800 kkal per kg.

Dari hasil pengujian menunjukkan, batang sorgum manis mampu menghasilkan kalori hingga 3.800 kalori per kg. Dalam pengembangan sorgum, Semen Tonasa berencana bermitra dengan para perajin gula merah di Kabupaten Takalar, Provinsi Sulawesi Selatan. “Mereka dapat menggunakan sorgum manis sebagai alternatif bahan baku gula merah,” kata Musyafir. Selama ini para perajin menggunakan tebu sebagai bahan baku.

Untuk mengolah sorgum menjadi gula relatif sama dengan batang tebu. Mula-mula mereka memeras batang sorgum untuk memperoleh air. Kemudian perajin itu memasak air sorgum dalam wajan hingga mengental. Setelah itu mereka mencetak dalam berbagai ukuran. PT Semen Tonasa menggunakan limbah batang yang telah diperas airnya. Menurut Musyafir para pengrajin gula menyambut antusias rencana pengembangan sorgum manis itu.

Pasalnya, sorgum manis memiliki beberapa keunggulan. Salah satunya adalah masa panen yang singkat. Pekebun dapat memanen sorgum manis hingga 4 kali setahun, sementara tebu hanya sekali. Setiap panen pekebun juga tidak perlu penanaman ulang. Dari rumpun  bekas panen nantinya akan tumbuh kembali tanaman baru. “Pekebun dapat memanen ulang hingga  tahun,” ujar Musyafir. Sebagai tahap awal, PT Semen Tonasa berencana membudidayakan sorgum manis hingga 200 ha. (Imam Wiguna)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Potensi Pasar Produk Olahan Hortikultura

Trubus.id–Keamanan pangan merupakan salah satu permasalahan dalam pengembangan produk hasil hortikultura. Musababnya antara lain aplikasi teknologi yang belum diadopsi...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img