Peti kemas berlapis potongan kayu itu terparkir di jantung kota Paris, Prancis, bukan di pelabuhan. Di taman Parc de Bercy seluas 13,9 hektare itu peti kemas tetap terawat apik sejak Oktober 2015. Peti kemas sepanjang 11 meter dan lebar 3 meter itu menjadi tempat budidaya stroberi. Arthur Cochin dan rekan yang menanam stroberi itu menyebut peti kemas sebagai cooltainer.
“Kami membudidayakan stroberi di cooltainer itu,” kata Brand Builder Agricool, Arthur Cochin. Agricool adalah perusahaan rintisan (start up) pertanian yang memanfaatkan kotak kargo bekas menjadi tempat budidaya Fragaria x ananassa. Lazimnya pekebun di negara yang terkenal dengan Menara Eiffel itu membudidayakan stroberi di lahan di pinggir kota. Penanaman stroberi dalam kontainer inovasi anyar di Perancis.
Alasannya produktivitas tanaman anggota famili Rosaceae itu melimpah meski ditanam di lahan sempit. Satu cooltainer berukuran sekitar 33 m² menghasilkan 7 ton stroberi atau 28.000 karton setiap tahun. Diperlukan area hampir 4.000 m² jika menanam garden strawberry—sebutan stroberi di Inggris—di lahan. Artinya luasan cooltainer 120 kali lipat lebih kecil dibandingkan dengan lahan jika ingin menghasilkan 7 ton stroberi setahun.
Hasil panen buah cinta alias stroberi yang maksimal di lahan minimal sangat diperlukan di Perancis. Arthur mengatakan, “Tantangan saat ini adalah stroberi tidak selalu dapat ditanam di lahan. Musababnya Perancis kehilangan 26 m² lahan setiap detik. Itu dibarengi dengan meningkatnya populasi penduduk.” Itulah sebabnya sekitar 75% stroberi di negara pemenang World Cup 2018 itu berasal dari Spanyol dan Maroko alias impor.
Keunggulan budidaya stroberi ala Agricool lainnya yakni pekebun dapat membudidayakan tanaman kerabat apel itu sepanjang tahun. Tanpa dipengaruhi musim. Apalagi saat ini musim stroberi tidak menentu di Perancis. Salah satu tim Agricool bertanya pada pekebun kapan musim stroberi. Jawabannya musim bertanam stroberi berbeda antara pekebun itu dan ayahnya.
Kelebihan paling istimewa Agricool yaitu karena memproduksi stroberi di kota. Perusahaan itu menghendaki konsumen mereka berjarak tidak lebih dari 20 kilometer. Tidak heran jika masyarakat Paris menyambut antusias kehadiran cooltainer di wilayah mereka. Harap mafhum stroberi salah satu buah terfavorit warga Paris. Itu juga yang menjadi alasan Agricool berkebun tanaman kerabat pir itu.
Lalu bagaimana cara Agricool membudidayakan stroberi dalam kontainer? “Kami menggunakan sistem aeroponik karena penggunaan air dan nutrisi lebih optimal. Selain itu juga meniadakan penggunaan pestisida,” kata Arthur kepada Majalah Trubus. Sebetulnya konsumen bisa langsung menyantap stroberi itu karena dijamin tanpa pestisida sehingga tidak perlu dicuci dahulu.
Jika ia dan rekan menggunakan tanah berarti ada truk yang bolak balik antara kota dan desa. Itu tidak bagus secara ekologi. Mereka lebih menghendaki lahan yang ada digunakan sebagai reboisasi dan membiarkan tanah “beristirahat” setelah bertahun-tahun ditanami. Secara tidak langsung Agricool melindung sumber daya alam yang berharga dan mereka gembira bisa melakukan itu.
Tim produksi Agricool menanam tanaman kerabat almon itu secara vertikal. Ada saluran tertutup yang mendistribusikan air dan nutrisi secara efisien dan efektif. Tidak ada saluran pembuangan karena buah tanaman kerabat arbei itu menyerap semua air dan nutrisi. Jadi tidak ada yang terbuang sama sekali. Wajar saja jika Agricool mengurangi penggunaan nutrisi hingga 90% dibandingkan dengan penanaman konvensional.
Berada di dalam kontainer membuat stroberi tidak mendapatkan sinar matahari. Sebagai gantinya Agricool mengandalkan cahaya lampu light emitting diode (LED) yang memancarkan spektrum cahaya yang sesuai kebutuhan tanaman. Alasan memilih lampu LED antara lain spektrum dan intensitas cahaya dapat diatur, hemat energi, dan memproduksi sedikit panas.
Agricool mengembangkan sendiri lampu LED untuk buah tanaman kerabat mawar itu. Agar mendapatkan stroberi berkualitas prima, Agricool pun memiliki sarang lebah dalam cooltainer. Tujuannya supaya lebah menyerbuki tanaman kerabat ceri itu sehingga terbentuk buah sempurna. Saat ini Agricool mengembangkan stroberi varietas darselect yang bercita rasa manis. Arthur dan tim memang bertekad menghasilkan stroberi bermutu prima.
Itulah sebabnya mereka memastikan 3 hal untuk mencapai tujuan itu yakni menanam varietas bercita rasa lezat, lingkungan budidaya yang dapat dikontrol, dan hanya memanen buah masak. Saat ini terdapat 4 cooltainer yang tersebar di Paris. Ukuran peti kemas itu relatif sama, yakni panjang 11 meter dan lebar 3 meter. Setiap cooltainer memproduksi 7 ton stroberi setara 28.000 karton setahun.
Total jenderal Agricool menghasilkan 28 ton buah tanaman kerabat plum itu setara 112.000 karton saban tahun. Konsumen bisa membeli stroberi di cooltainer terdekat seharga sekitar €4 setara Rp64.000 per 250 gram jika kurs €1=Rp16.000. Kini salah satu jaringan toko swalayan terbesar di Paris pun menyajikan stroberi kreasi Agricool. Dengan begitu lebih banyak konsumen yang mencicipi stroberi lokal yang lebih segar.
Menurut pendiri Agricool, Guillaume Fourdinier, pemasaran melalui pasar swalayan pilihan tepat. Alasannya karena 70% warga Perancis membeli buah dan sayuran di pasar swalayan. Guillaume berharap jumlah cooltainer bertambah banyak sehingga lebih banyak orang yang dapat mengakses stroberi segar di dekat rumah. Ia dan rekan juga bercita-cita cooltainer tersebar di mancanegara.
Dengan kata lain Agricool menjadi penyedia cooltainer. Sementara konsumen menjadi pengelola cooltainer yang disebut cooltivator. Tidak perlu latar pendidikan khusus untuk menjadi cooltivator. Syaratnya orang itu harus mencintai tanaman buah dan sayuran serta bermotivasi tinggi menghasilkan produk berkualitas. Lagi pula Agricool bakal memberikan pembekalan untuk calon cooltivator selama beberapa pekan.
Harapannya mereka dapat mengoperasikan cooltainer seperti profesional. Agriccol juga bisa membantu pembiayaan pembelian cooltainer. Agricool belum menentukan harga satu unit cooltainer. Namun perangkat serupa asal Amerika Serikat dibanderol sekitar Rp1,1 miliar (Baca Boks: Kontainer Untuk Sayuran). Meski mungkin berharga mahal, Agricool menghitung dengan 3 cooltainer konsumen mendapatkan pekerjaan penuh waktu dan menguntungkan.
Guillaume dan tim juga menyediakan suku cadang dan kelengkapan lain cooltainer jika diperlukan. Pada masa mendatang Agricool berencana menanam sayuran seperti tomat dan selada di peti kemas. Pilihan kontainer sebagai tempat budidaya bermula ketika Guillaume dan Gonzague—pendiri Agricool—memikirkan cara agar mereka tetap dapat mengonsumsi buah dan sayuran berkualitas meski tinggal di kota.
Harap mafhum masa kecil mereka dihabiskan di desa. Saat itu Guillaume dan Gonzague kerap mengonsumsi buah dan sayuran terbaik. Oleh karena itulah, mereka menciptakan sistem pertanian yang memungkinkan untuk menanam buah dan sayuran tanpa pestisida serta berharga terjangkau. Saat itu terdapat peti kemas tua di kediaman orang tua Gonzague. Mereka pun sepakat menguji coba sistem itu dalam kotak kargo itu.
Peti kemas itu seperti lego—bongkar pasang balok warna—karena ukurannya standar, dapat dipindahkan, dan ditempatkan di mana pun. Peneliti di Balai Penelitian Tanaman Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro), Kota Batu, Jawa Timur, Sutopo, M.Si mengatakan belum ada budidaya stroberi ala Agricool di Indonesia. Lebih lanjut Sutopo menuturkan, “Aeroponik dalam konatiner juga menjadi solusi bertanam stroberi di perkotaan karena suhu, nutrisi, dan kelembapan bisa diatur”.
Selain itu serangan organisme pengganggu tanaman juga berkurang karena lokasi budidaya tertutup. Dengan begitu buah yang dihasilkan pun lebih aman dikonsumsi karena hampir tidak ada penggunaan pestisida. Ada tren menanam stroberi seperti juga yang dilakukan kelompok perempuan pekebun di Malang, Jawa Timur. Menurut magister Ilmu Tanah alumnus Institut Pertanian Bogor itu tantangan utama berkebun stroberi di Indonesia itu salah satunya musim hujan. Dengan cooltainer masalah itu teratasi. Hanya saja bertanam stroberi ala Agricool memerlukan biaya investasi besar. (Riefza
Kontainer untuk Sayuran
Sejatinya produsen stroberi dalam peti kemas asal Perancis yang berdiri pada 2015, Agricool, bukanlah perusahaan pionir yang memanfaatkan kotak kargo sebagai tempat budidaya produk hortikultura. Nun di Boston, Massachusetts, Amerika Serikat, Freight Farms mendesain dan menjual Leafy Green Machine™ (LGM™)—kontainer tempat budidaya aneka sayuran seperti selada, kale, kubis, rempah, dan microgreen—sejak 2010. Freight Farms mengubah kontainer bekas pakai menjadi kebun sayuran.
Perusahaan yang dipimpin Brad McNamara sebagai chief executive officer (CEO) dan Jon Friedman sebagai chief operating officer (COO) itu menggunakan teknik hidroponik otomatis sehingga konsumen bisa membudidayakan sayuran di manapun dan kapan pun. LGM™ juga siap pakai ketika konsumen membelinya. Sebelumnya Freigt Farms memberikan pelatihan 2 hari kepada pembeli LGM™. Harapannya agar para pembeli bisa mengoperasikan kebun sayuran modern itu.
Ketika berkebun pun petani mendapatkan bimbingan dari ahli pertanian Freight Farms sehingga panen maksimal. Berkat semua keunggulan itu ratusan LGM™ seharga rata-rata $85.000 setara Rp1,1 miliar jika $1=Rp14.000 tersebar ke mancanegara seperti Kanada, Prancis, dan Norwegia. Selain Agricool dan Freight Farms, perusahaan lain sejenis adalah CropBox. Perusahaan asal North Carolina, Amerika Serikat, itu memiliki 3 jenis kontainer yang masing-masing membudidayakan sayuran hijau (rempah, kale, dan selada), stroberi, serta microgreens dan pakan ternak.
CropBox yang berdiri pada 2014 menyatakan diri sebagai salah satu sistem pertanian berproduksi paling tinggi di dunia. Musababnya peti kemas berukuran sekitar 29 m² mampu menghasilkan 6 ton sayuran hijau setahun. Hasil panen itu setara dengan penanaman sayuran hijau di lahan 4.000 m² dan rumah tanam (greenhouse) seluas 204 m². Pekebun juga memanen 3,5 ton stroberi, 140 ton pakan ternak, dan 84 ton microgreen setiap tahun dari CropBox. (Riefza Vebriansyah)