Trubus.id — Bionic Farm merupakan produsen sayuran organik. Brokoli menjadi salah satu komoditas yang diproduksi. Bionic yang berlokasi di Kampung Jolok, Desa Sindangjaya, Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur menanam brokoli di lahan 5 hektare.
Kepala kebun Bionic Farm, Amri Ramdani mengatakan dari total luas lahan itu, lahan produktif hanya 2,5 hektare. Bionic menanam brokoli (Brassica oleracea var. italica) di 14 rumah tanam atau greenhouse.
Begini cara budidaya brokoli organik ala Bionic Farm. Amri membuat lebar bedengan rata-rata 60—100 cm dengan tinggi 40 cm. Sebelum pindah tanam dari pesemaian, Amri memberikan pupuk dasar berupa kotoran ayam fermentasi di setiap lubang tanam.
Jumlahnya 100 gram per lubang tanam. Amri menghindari penggunaan kotoran kambing karena berpotensi menyebarkan gulma jika fermentasinya tidak sempurna. Jarak tanam 40 cm × 40 cm. Total populasi 800 tanaman per rumah tanam seluas 300 m². Artinya di 14 rumah tanam terdapat 11.200 tanaman.
Amri mengatakan, Bionic juga menanam brokoli di 4 petak di luar rumah tanam. Total luasnya 1.000 m² dengan 2.400 tanaman. Amri merawat tanaman secara optimal untuk menjaga kualitas sayuran organik.
Perawatan itu antara lain fertigasi— pemupukan dan pengairan sekaligus. Fertigasi setiap dua pekan sekali. Bahan pupuk untuk fertigasi berasal dari urine kambing dan kelinci yang telah melalui proses fermentasi selama 1— 2 bulan.
Konsentrasi pupuk organik berupa urine 2 liter untuk tangki ukuran 14 liter. Amri menambahkan formula khusus buatan sendiri. Sayang, ia enggan membuka bahan baku formula khusus yang berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman.
Pria kelahiran 9 November 1970 itu lantas menyemprotkan larutan itu. Menurut Amri dalam satu periode budidaya brokoli atau 90 hari, penyemprotan urine kelinci atau kambing hingga 2 kali, saat tanaman berusia 14 hari dan 35 hari.
Perawatan lain berupa pencegahan dan penanggulangan hama. Harap mafhum, tanaman brokoli rentan terserang hama, terutama yang ditanam di lahan terbuka. Hama yang mengintai yaitu belalang, keong, dan ulat grayak.
“Brokoli di dalam greenhouse minim terserang hama,” kata Amri.
Hama yang paling sering menyerang tanaman brokoli adalah ulat grayak. Beragam hama itu memotong batang tanaman brokoli yang baru pindah tanam. “Setelah tanaman tumbang, ulat grayak akan memakan daunnya dan bertelur di situ,” ujarnya.
Amri mencegah serangan dengan rutin memeriksa tanaman. Jika ada indikasi serangan, ia menyemprotkan pestisida nabati. Bahan pestisida nabati untuk menangani hama ulat antara lain batang serai, umbi bawang putih, dan daun mindi.
Menurut Amri ulat akan kabur saat terkena serai dan bawang putih karena panas. Sementara untuk mencegah serangan keong, ia meningkatkan dosis bawang putih dengan perbandingan 1:1:2. Tujuannya supaya keong tidak mendekati tanaman karena mencium aroma bawang putih.
Menurut ahli hama dari Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor, Nadzirum Mubin, S.P., M.Si., hama utama brokoli dari kelompok ulat dan kutu daun. Kelompok ulat yang umum menyerang brokoli antara lain ulat daun (Plutella xylostella) dan ulat krop (Crocidolomia pavonana). Ulat daun dan ulat krop menyerang semua jenis tanaman anggota famili Brassicae, termasuk brokoli.
Mubin menyarankan petani memanfaatkan daun neem atau mimba (Azachdirata indica), paitan (Tithonia diversifolia), atau kacang babi (Tephrosia vogelii). Bionic Farm memanen brokoli pada usia 90 hari setelah semai. Umur pesemaian rata-rata 21 hari baru pindah tanam.