Trubus.id — Biasanya burung walet pulang ke rumah sore hari. Namun, ketika walet pulang malam, itu kemungkinan ketersediaan pakan berkurang. Walet mencari pakan ke tempat yang jauh dari rumah. Mereka berangkat pagi hari dan kembali sesudah matahari terbenam.
Pada musim hujan biasanya pakan cukup banyak sehingga walet cenderung bermain dan mencari pakan di sekitar rumah. Di daerah sentra dengan populasi demikian padat, kini persaingan mencari pakan sudah menjadi masalah sehari-hari.
Mereka harus terbang jauh untuk mencukupi kebutuhan pakan kendati musim hujan. Akibat jarak tempuh yang sangat jauh, walet baru bisa pulang malam hari. Namun, kriteria pulang malam saja tidak bisa dijadikan indikasi walet kekurangan pakan. Sebab, pada masa walet belum bertelur, mereka sering pulang malam hari karena belum ada insting keterikatan dengan anak.
Selain pulang malam, tanda-tanda lain kekurangan pakan dapat terlihat dari sarang walet cenderung tipis, pembuatan sarang lambat, masa bertelur mundur atau tertunda, pertumbuhan anak lambat dan hanya 1 yang hidup dari 2 anak yang dibesarkan, hingga populasi walet stagnan.
Untuk mengatasi hal itu, banyak peternak berusaha memproduksi serangga kecil sebagai pakan walet. Sebagian di antaranya berhasil. Akan tetapi, soal kontinuitas masih menjadi kendala. Serangga tidak bisa diproduksi setiap hari dalam jumlah cukup. Namun, mereka terus mencobanya sehingga suatu ketika diharapkan mendapat hasil memuaskan.
Walet hanya memangsa serangga kecil berkulit tipis dan cenderung selalu terbang seperti laron dan kemerutu. Banyak serangga yang tidak dapat dimakan walet karena tidak dapat terbang. Sebab, walet memangsa dengan cara menyambar serangga yang sedang terbang.
Setiap daerah punya resep khusus untuk memproduksi serangga untuk pakan walet. Di antaranya, gaplek yang ditimbun dalam keadaan agak lembap, dedak yang dimasukkan karung dan ditumpuk, tepung kedelai yang dimasukkan ke air agar membusuk dan memunculkan serangga, gedebok pisang yang dibiarkan membusuk di kolam air, hingga kayu lunak dilapukkan dan ditutup tanah yang dibasahi terus-menerus sehingga tumbuh rayap, lalu menjadi laron.