
Jika harus memilih berkadar kolesterol tinggi atau menyeruput secangkir herba lezat, tentu pilihan kedua lebih menyenangkan.
Trubus — Aditya Pradipta rutin mengecek kondisi kesehatan meski usia masih muda. Namun, pria 29 tahun itu terkejut ketika pemeriksaan kesehatan pada April 2019. Ia mendapati hasil kolesterol dalam darahnya mencapai 230 mg/dl. Padahal, angka normal kolesterol kurang dari 200 mg/dl. Seorang auditor itu acap kali mengonsumsi camilan goreng dan makanan berlemak.

Menurut dr. Raisa Janet kebiasaan mengonsumsi aneka gorengan meningkatkan kadar kolesterol jahat dalam darah atau low density lipoprotein (LDL). Apalagi jika konsumsi penganan itu menjadi rutinitas. Dokter alumnus Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalimantan Barat, itu mengatakan, angka kolesterol di atas batas normal meningkatkan risiko jantung koroner, hipertensi, dan diabetes melitus.
Rimpang kapulaga
Pantas, belakangan ini Aditya mudah lelah dan bagian belakang kepala kerap terasa berat sehingga aktivitas sehari-harinya terhambat. Dokter meresepkan Aditya obat-obatan untuk menstabilkan kadar kolesterol. Pria kelahiran 14 Agustus 1990 itu mengonsumsi obat sekali kali sehari pada malam hari. Setelah 30 hari konsumsi, Aditya kembali ke dokter untuk memeriksakan kesehatannya. Kadar kolesterolnya turun menjadi 210 mg/dl.

Aditya khawatir menjadi ketergantungan obat-obatan. Konsumsi obat-obatan kimia sintetis secara terus-menerus menyebkan efek samping. Menurut Raisa olahraga dan perbaikan pola makan menjadi kunci yang paling sederhana dalam mengatasi kolesterol jahat. “Konsumsi seuatu yang berlebihan pasti akan berdampak pada tubuh, pengaturan input dan output harus diimbangi,” kata Raisa. Aditya sejatinya dapat mengonsumsi rimpang kapulaga yang terbukti secara ilmiah mengontrol kolesterol sebagaimana riset Dr. Ir. Hery Winarsi, MS.
Periset di Program studi Ilmu Gizi, Universitas Jenderal Soedirman, itu membuktikan, rimpang kapulaga menurunkan kolesterol dalam darah. Selama ini kapulaga Zingiber elettaria merupakan rempah penambah cita rasa makanan. Biji tanaman herba yang masuk ke dalam famili Zingiberaceae itu beredar luas di pasaran, tetapi berbeda dengan rimpangnya yang tidak lazim dimanfaatkan sebagai bumbu masak sehari-hari.

“Petani kapulaga biasanya langsung membuang rimpang kapulaga, karena tidak laku di pasaran” kata Hery Winarsi. Hery mengombinasikan ekstrak rimpang kapulaga, kayu secang Cesalpinia sappan, kayu manis Cinnamomum burmanii, cengkih Syzigium aromaticum, bunga lawang Illicium verum, jahe Zingiber officinale, serai Cimbopogon citratus, daun jeruk purut Citrus hystrix, pemanis rendah kalori, garam, dan air.
Kolesterol turun

Dosen program studi Ilmu Gizi, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah.
Hery Winarsi memberikan ramuan herba itu kepada 10 penderita hiperkolesterolemia atau kadar kolesterol tinggi. Mereka berusia 45—65 tahun dan berkadar kolesterol rata-rata 291 mg/dl. Periset memberikan 100 ml ramuan per hari. Setelah dua bulan konsumsi minuman rimpang kapulaga, kadar kolesterol turun menjadi 186,3 mg/dl. Kondisi itu batas aman kadar kolesterol.
Manfaat itu tidak lain dan tidak bukan berkat rimpang kapulaga yang kaya akan antioksidan. Berdasarkan riset Hery Winarsi, rimpang kapulaga mengandung antioksidan flavonoid 324,51 mg/gram. Angka itu 3 kali lipat dibandingkan dengan daun kapulaga dan 15 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan batang kapulaga. Flavonoid bertugas menghambat enzim HMG CoA reduktase sehingga aktivitas sintesis kolesterol menurun.
Menurut Hery ekstrak rimpang kapulaga bercita rasa manis dan terasa hangat di tubuh. Sayangnya, informasi manfaat rimpang kapulaga masih minim, sehingga pemanfaatannya untuk menjaga kolesterol dalam darah pun terbatas. Padahal, kapulaga berfaedah besar bagi kesehatan sebagai penurun andal kolesterol dalam darah. Apalagi jika berpadu dengan herba lain seperti kayu manis, secang, dan serai cita rasa lezat sebuah keniscayaan. (Hanna Tri Puspa Borneo Hutagaol)