Trubus.id—Buah lengkeng tergolong buah non- klimakterik. Artinya harus dipanen ketika buah sudah matang benar. Buah yang dipanen sebelum matang tidak berubah manis. Ciri buah siap panen yakni berwarna cokelat gelap dengan permukaan buah rata.
Besar buah matang tergantung jenisnya, diameter sekitar 2-3 cm. Lengkeng umumnya mengeluarkan aroma harum ketika matang. Rasa daging buah yang berwarna putih agak bening pun berubah menjadi manis.
Pasar swalayan maupun supermarket menghendaki lengkeng yang tidak hanya manis tetapi berkulit mulus. Budi Dharmawan, pemilik kebun lengken di Kendal, Jawa Tengah, memiliki cara jitu untuk meningkatkan mutu lengkeng pascapanen.
la menggunakan mesin fumigasi untuk membersihkan kulit buah sehingga penampilan lengkeng hasil panen di kebunnya seelok lengkeng impor. Mesin berukuran 4 m x 3 m x 2,5 m itu menggunakan sulfur dioksida (SO) sebagai fumigan.
Penggunaan senyawa kimia itu sesuai dengan prosedur operasional standar mesin. Penggunaan sulfur dioksida lazim untuk mengawetkan lengkeng standar ekspor di Thailand. Sementara di Indonesia itu termasuk baru.
Pekebun lengkeng di Negeri Siam mengawetkan lengkeng dengan cara fumigasi di sentra lengkeng di Chiangmai, Thailand. Petugas memasukkan buah kerabat leci itu ke gudang tertutup. Lalu ia mengalirkan uap sulfur dioksida ke gudang itu selama 12-24 jam.
Sulfur dioksida berperan mempertahankan daya simpan lengkeng. Sebab senyawa kimia itu mematikan cendawan dan hama penyakit yang terbawa dari kebun. Cendawan menyebabkan busuk pada lengkeng. Sementara tanpa fumigasi lengkeng berubah warna dalam 3 hari menjadi agak gelap.
Namun, dengan fumigasi kulit lengkeng tidak berubah warna hingga 7 hari. Bahkan, kulit mulus itu mampu bertahan sebulan dalam lemari berpendingin. Kulit lengkeng juga tampak bersih dan cerah setelah keluar dari mesin fumigasi.
Hasil penelitian yang termaktub dalam Pakistan Journal of Biological Sciences itu menunjukkan fumigasi dengan SO, dan penyimpanan di suhu 2°C mencegah browning atau perubahan kulit menjadi kecokelatan.
Menurut Bundit Khunpon dan rekan dari Departemen Biologi, Fakultas Sains, Universitas Chiang Mai, dalam Science Asia browning terjadi karena oksidasi senyawa fenol oleh enzim polifenol oksidase. Itu mengakibatkan kulit lengkeng berwarna kecokelatan dan akhirnya membusuk. Padahal, warna karakteristik visual paling penting dalam pemasaran lengkeng.