Trubus.id-Salah satu kendala dalam membuat olahan makanan ringan yakni umur masa simpan yang singkat. Tekstur beberapa olahan terkadang sudah tidak bisa sama lagi dengan semula. Umumnya olahan keripik memiliki tekstur yang renyah. Namun, apabila pengolahan tidak tepat keripik akan mudah melempem.
Sebagai contoh olahan keripik kulit patin. Pebisnis olahan makanan ringan di Kaota Bogor, Provinsi Jawa Barat, Wiko Puji Susanto, berhasil mencetak keripik kulit patin tetap bertekstur renyah dalam jangka waktu lama. Ia melakukan percobaan berulang kali hingga menemukan ide kreatif untuk memperpanjang umur simpan keripik.
“Tekniknya penggorengan harus dilakukan dua kali,” ujar Wiko. Selain itu untuk menghasilkan keripik unggul ia juga menerapkan beberapa standar operasional prosedur (SOP) dalam pengolahan dan pemilihan bahan baku.Wiko menggunakan kulit ikan patin berukuran besar.
Ia menggunakan ikan patin berukuran 700 gram per ekor. Limbah kulit dari ikan yang berukuran besar mudah diolah. Saat dibuat keripik tidak mudah pecah. Ia memotong kulit ikan patin menjadi dua bagian. Masing-masing berukuran 15 cm x 7 cm. Wiko menggoreng kulit ikan patin yang telah dibumbui satu per satu.
Maksudnya saat memasukkan dalam penggorengan harus per lembar. Apabila memasukkannya langsung dalam jumlah banyak membuat keripik mengerut. Memang tergolong lebih rumit dan tidak praktis. Namun jalan itu ditempuh Wiko untuk memperoleh hasil maksimal.
Saat ini masa simpan keripik kulit patin hasil olahan Wiko bertahan hingga 1 tahun. Setiap hari ia mengolah 100 kg kulit ikan patin. Rendemen sebesar 67%. Artinya setiap 100 kg kulit ikan patin menghasilkan 67 kg keripik kulit ikan patin. Dalam sebulan Wiko membutuhkan pasokan kulit ikan patin sebesar 3 ton. Ia menjalin kerja sama dengan beberapa pabrik olahan ikan patin filet.
