Trubus.id— Bagaimana cara mengecek lokasi tepat untuk budidaya walet? Menurut praktikus walet di Kecamatan Cengkareng, Jakarta Barat, Philip Yamin, membangun gedung walet baru setidaknya perlu memperhatikan 3 hal, yakni lokasi sentra, lintasan walet terbang, dan lingkungan berkaitan dengan ketersediaan pakan walet.
Jika lokasi sudah dirasa cocok, calon pemilik gedung wajib melakukan tes. Caranya dengan menggunakan suara. Twiter atau pelantang dengan suara tarik bisa dipasang pada bambu dengan ketinggian barvariasi.
Mulai dari ketinggian 7 meter hingga 4 meter. Bisa menggunakan pipa yang disambung. Itu berkaitan dengan menentukan tinggi gedung dan jumlah lantai. Jika ketinggian 4 meter walet sudah ramai berarti membuat gedung terdiri atas 1—2 lantai pun masih memungkinkan.
Harap maklum, kian tinggi gedung kian mahal juga biayanya. “Perhatikan juga investasi gedung dengan usia pemilik, kaitannya agar balik modal capat dan keuntungan bisa dinikmati pemilik gedung,” katanya.
Pengecekan ideal dilakukan pada 2—3 hari berturut-turut dengan menyalakan pelantang selama 1 jam. Jika walet ramai itu berarti indikasi lokasi pas untuk membangun gedung.
Faktor lain yang menunjang mengubah lintasan walet adalah lingkungan. “Adanya sungai sebagai tempat minum di sekitar gedung tentu menjadi nilai tambah,” katanya. Faktor lingkungan lainnya adalah jenis dan jumlah vegetasi atau tanaman.
Pada lingkungan homogen seperti lebun sawit ketersediaan serangga sebagai pakan walet terbatas. Praktikus walet sejak 2001 itu menambahkan, hutan heterogen menghasilkan serangga pakan bervariasi dan ketersediaannya sepanjang tahun dibandingkan area vegetasi homogen.
Pernyataan itu senada dengan riset dari peneliti di Badan Karantian Pertanian, Dr. drh. Helmi, pasalnya mutu sarang walet dengan indikator kandungan asam sialat yang berasal dari lingkungan heterogen lebih tinggi dibandingkan sarang walet yang berasal dari lingkungan homogen. Philip menambahkan, membangun gedung di dekat sentra justru bisa jadi bumerang jika populasi gedung walet sudah terlalu banyak. Produksi akan terus melandai hingga stagnan pada titik terendah.