
Para pekebun tomat premium kekurangan produksi untuk memenuhi permintaan pasar.
Buah tomat di sebuah stan pameran organik itu menyita perhatian pengunjung. Harap mafhum kulit buah ungu pekat mendekati hitam; lazimnya merah. Itulah tomat indigo rose, hasil persilangan 2 spesies tomat liar asal Chile dan Kepulauan Galapagos, Ekuador. Kini tomat indigo mengisi beberapa pasar swalayan di Jakarta dan sekitarnya, yaitu Aeon dan Lotte Mart.
Pemasok tomat ungu itu adalah Hidayat Aprilianto dari PT Masada Organik Indonesia sejak Juli 2015. Jumlah pasokan mencapai 100—150 kg per pekan. Harga jual tomat temuan dosen Universitas Oregon, Amerika Serikat, Prof Jim Myers, itu tergolong premium, Rp90.000 per kg atau 8 kali lipat harga tomat sayur.
Tomat eksklusif
Pekebun indigo di Desa Cikahuripan, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Ardi Seno, membudidayakan 2.100 tanaman di dalam 3 rumah tanam. Dari jumlah tanaman itu Ardi memanen 40 kg tomat ungu setiap hari. Ia mengemas hasil panen berbobot 250 g dan 500 g, lalu menjualnya ke beberapa pasar swalayan yang tersebar di Bandung.

Dengan harga jual Rp45.000—Rp50.000 per kg, omzet Ardi Rp1,8-juta—Rp2-juta per hari atau Rp54-juta—Rp60-juta per bulan. Ardi mengebunkan tomat eksklusif itu sejak 2013. Menurut Ardi jumlah pasokan dari kebunnya masih kurang untuk memenuhi permintaan pasar. “Permintaan pasar baru terpenuhi sekitar 50%,” kata Ardi. Itulah sebabnya ia kini bermitra dengan pekebun di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Harga itu berbeda dengan tomat sayur yang harganya kerap anjlok hingga Rp300 per kg saat musim panen raya. Harga tomat sayur kerap terjun bebas karena sebetulnya jumlah produksi sudah melebihi kebutuhan konsumen.
Berdasarkan data Outlook Komoditas Tomat 2014 yang diterbitkan Pusat Data dan Informasi Pertanian, Kementerian Pertanian, konsumsi tomat sayur pada 2013 mencapai 1,76 kg per kapita; ketersediaan tomat 3,76 kg per kapita. Itulah sebabnya sebagian pekebun mengincar tomat eksklusif seperti indigo rose, beef, dan ceri. Menurut Agus Setiyono, pemilik PT Indogreen Seed Indonesia yang disebut tomat eksklusif jika nilai benih, cara budidaya, dan pemasaran dilakukan secara eksklusif.

Benih eksklusif artinya benih bermutu prima yang misalnya tahan hama penyakit. Cara budidaya eksklusif artinya melibatkan teknologi seperti hidroponik. Budidaya organik juga bisa dikatakan budidaya eksklusif karena perlu metode tertentu untuk menghasilkan produk yang sehat. Sementara pemasaran eksklusif jika produk yang dijual berkualitas tinggi (lihat ilustrasi: Syarat Pasar).
Laba besar
Jenis tomat eksklusif lain adalah beef dan ceri. Pekebun di Desa Nanggewer, Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Tatag Hadi Widodo, membudidayakan kedua jenis tomat itu pada 2012. “Saya tertarik kembali mengebunkan kedua tomat itu karena saat ini harganya masih tinggi,” ujar alumnus Jurusan Ilmu Tanah Universitas Brawijaya itu.

Kini ia juga membudidayakan 4.000 tomat ceri di Desa Jemundo, Kecamatan Taman, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, di greenhouse 3.000 m2. Dari jumlah itu Tatag memanen 500 kg tomat ceri per 3 hari. Tatag juga membudidayakan 2.500 tanaman tomat beef di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, di greenhouse 800 m2. Ia memanen rata-rata 8 kg tomat beef per tanaman atau total 20 ton tomat.
Tatag menjual ceri ke pasar-pasar swalayan di Jakarta dan Bali Rp30.000 dan beef Rp14.000—Rp17.000 per kg. Menurut Tatag dengan harga jual itu keuntungannya relatif tinggi. Biaya produksi mengebunkan tomat ceri di greenhouse 3.000 m2 mencapai Rp490-juta. Dari luasan itu ia memperoleh omzet hingga Rp630-juta atau untung Rp140-juta per musim tanam. Sementara untuk tomat beef kembali modal jika produktivitas per tanaman minimal 1,5 kg. “Produktivitas tomat beef bisa mencapai 8 kg per tanaman,” tuturnya.
Di Pasuruan, Jawa Timur, Mashuda juga memperoleh laba dari hasil perniagaan tomat eksklusif. Saat ini ia mengebunkan 20.000 tanaman tomat ceri. Ia juga menanam 1.000—1.500 tanaman tomat beef setiap bulan. Dari populasi itu ia memanen 100 kg tomat ceri dan 200—250 kg tomat beef per hari. Ia menjual tomat ceri Rp12.500—Rp15.000 per kemasan 250 g. Sementara harga jual tomat beef Rp22.000—Rp25.000 per kg.
Dari harga jual itu ia mengutip laba 20%. Mashuda memasarkan hasil panen ke pasar-pasar swalayan di Jakarta, Surabaya, Malang, dan Bali. Menurut Tatag jumlah produksi tomat beef dan ceri dari kebunnya saat ini baru mampu memasok 1—2% dari total jumlah permintaan. Permintaan datang dari restoran cepat saji yang memproduksi burger. “Selama ini mereka menggunakan tomat sayur sebagai salah satu bahan isian burger. Padahal, seharusnya mereka menggunakan tomat beef,” ujarnya.
Mereka terpaksa menggunakan tomat sayur karena pasokan tomat beef masih sedikit. Kini Mashuda juga tengah mempersiapkan produksi tomat beef untuk memenuhi permintaan dari dua restoran cepat saji ternama di tanahair yang mencapai 500 kg per pekan. Tatag juga memperoleh permintaan tomat beef dan ceri dari salah satu perusahaan katering untuk salah satu maskapai penerbangan nasional.

Mashuda juga belum mampu memenuhi permintaan tomat ceri. Permintaan tanaman kerabat terung itu mencapai 300—400 kg per hari. Untuk memenuhi permintaan itu ia membeli dari pekebun lain yang menjadi mitranya. Menurut Robi Suhermanto dari pasar swalayan Lai Lai di Kota Malang, Jawa Timur, kebutuhan tomat beef saat ini mencapai 150—200 kg per 4 hari, yang terpasok hanya 80—100 kg.
Investasi
Pekebun tomat ceri dan beef di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Iman Maulana, baru mampu memasok 10% permintaan. Ia membudidayakan kedua jenis tomat itu di rumah tanam 90 m2. Ia juga bermitra dengan 10 pekebun lain dengan luas rumah tanam 420 m2 yang mampu menampung rata-rata 1.000 tanaman. Dari seluruh mitra itu Iman memperoleh pasokan 2 ton tomat beef dan 150 kg tomat ceri per pekan.

Maulana membeli tomat ceri dari para mitra Rp12.000—Rp13.000 per kg untuk ceri merah dan kuning Rp14.000—Rp15.000 per kg. Ia menjual hasil panen ke hotel, restoran, kafe, dan pasar swalayan Rp30.000 per kg ceri dan Rp25.000—Rp30.000 per kg beef. Para pekebun baru pun rata-rata mengantongi permintaan sebelum memulai budidaya. Contohnya Kurniadi, pekebun tomat di Pasuruan, Jawa Timur, yang baru menanam ceri pada Juli 2015.
Ia tertarik mengebunkan tomat ceri karena ada permintaan 300—400 kg tomat ceri per pekan. Peluang pasar yang terbentang bahkan mendorong PT Fresh Grow International mengembangkan 3 jenis tomat eksklusif, yaitu tomat beef, roma, dan ceri di lahan 5 hektare di kawasan Bedugul, Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali, sejak 2013.

Tomat roma yang seukuran telur ayam itu tergolong varian baru di tanahair. Fresh Grow International memasarkan tomat premium itu ke hotel-hotel berbintang, restoran-restoran mewah, dan pasar swalayan di Bali. Pada Maret 2015, produsen tomat bermerek King Tomato itu mengembangkan pasar di Jakarta. “Untuk memenuhi pasar Jakarta kami juga membuka lahan di kawasan Cianjur di lahan 2 hektare,” tutur Nefo Handojo, chief executive officer (CEO) King Tomato.
Hidup sehat
Sejak empat tahun lalu Agus Setiyono sudah memprediksi tomat eksklusif bakalan berkembang pada 2015. Butinya pasar swalayan sudah menjajakan beef yang dikemas atau curah. Prediksi itu berdasarkan tingkat permintaan yang tinggi, serangan hama penyakit, serta perubahan iklim yang terjadi. Masuknya para pemegang modal membuat pasokan tomat beef semakin melimpah.
Sebab banyaknya serangan hama penyakit serta cuaca yang tidak menentu mengharuskan pekebun menanam dalam rumah tanam. Dengan begitu pekebun bisa panen kapan pun tanpa takut cuaca. Bahkan Agus memperkirakan 2—3 tahun mendatang pasokan beef sudah masuk pasar tradisional. Pemanfaatan tomat beef kini seputar buah meja dan pengisi burger.

Tomat sebagai buah meja kebanyakan dilakukan oleh masyarakat menengah ke atas yang sadar gaya hidup sehat. Apa yang menyebabkan tomat eksklusif begitu diminati? Menurut Tatag permintaan tomat beef dan ceri tergolong tinggi karena meningkatnya kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi makanan sehat. Indigo rose kaya antosianin yang manjur membangun sistem kekebalan tubuh. Hidayat tertarik memasarkan indigo karena keunikannya, yaitu berwarna ungu pekat.
“Indigo berfaedah bagi kesehatan karena kaya antioksidan,” katanya. Salah satu khasiat antioksidan mengatasi atau mencegah radikal bebas penyebab beragam penyakit degeratif seperti kanker dan diabetes melitus. Kristanti Wahyuni di Bandung, Jawa Barat, hampir 2 tahun tidak mengalami menstruasi akibat kehadiran mioma pada rahimnya. Setelah rutin mengonsumsi 2—3 buah indigo setiap hari, kini menstruasinya kembali lancar.
Menurut Myers indigo rose adalah tomat pertama yang memiliki kandungan antosianin pada buahnya. Antosianin senyawa organik dari keluarga flavonoid yang berkhasiat sebagai antioksidan kuat. Warna ungu itu gabungan pigmen feopitin—pigmen warna cokelat—yang terakumulasi dengan karetinoid.

Adapun tomat ceri salah satu bahan salad atau untuk camilan sehat. Tatag menuturkan meningkatnya taraf ekonomi turut mengubah pola konsumsi masyarakat untuk beralih mengonsumsi tomat dengan kualitas yang lebih baik. “Mereka menyukai tomat beef karena tekstur daging buahnya yang padat dan renyah,” ujarnya. Pantas banyak pekebun memperluas penanaman. Tatag, misalnya, tengah mempersiapkan penanaman tomat beef di greenhouse barunya yang berukuran 2.000 m2 di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur.
Rumah tanam itu mampu menampung 8.000 tanaman. Ia juga sedang mempersiapkan penanaman tomat ceri di Jakarta, Bogor, dan Cianjur dengan total luas areal tanam 4.500 m2. Kurniadi kini juga menambah satu rumah tanam berukuran 600 m2 untuk membudidayakan 1.300 tanaman tomat beef. Perluasan penanaman itu demi memenuhi permintaan pasar yang kian tumbuh. Keruan saja bagi pekebun itu berarti laba asal tomat premium pun kian membubung. (Imam Wiguna/Peliput: Bondan Setyawan, Muhamad Fajar Ramadhan, Riefza Vebriansyah, dan Syah Angkasa)
Ancaman Berkebun Tomat
Menurut Ir Sri Wijayanti Yusuf MAgr Sc, Direktur Benih Hortikultura Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian, kehadiran tomat hitam merupakan sesuatu yang baru dan unik. Sayangnya ketersediaan benih indigo saat ini masih terbatas.
Itu salah satu aral berkebun tomat eksklusif, terutama indigo rose. Hambatan lain muncul saat membuka pasar. Pekebun di Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur, Mashuda terpaksa menjual tomat beef dengan harga balik modal ketika pembeli tiba-tiba membatalkan pembelian. Penyebabnya, ada perusahaan asing yang berani menjual tomat beef dengan sistem konsinyasi.
Sistem itu menggiurkan karena pembeli tidak menanggung risiko jika produk tidak terjual. Produk yang tidak laku akan dikembalikan ke pemasok. ujar Mashuda. Pembatalan secara sepihak oleh calon pembeli memang kerap mengancam para pekebun. Kontrak kerja sama pembelian ibarat buah simalakama.
Arief Marzuki, pekebun di Megamendung, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, menolak menandatangani kontrak pembelian karena enggan menanggung konsekuensi perjanjian jika tidak mampu memenuhi target produksi. Namun, jika tanpa perjanjian tertulis pihak pembeli bisa seenaknya membatalkan pembelian, seperti dialami Mashuda.
Ancaman lain adalah serangan hama dan penyakit. Produksi tomat ceri di kebun Mashuda turun rata-rata 1 kg per tanaman akibat serangan berbagai penyakit seperti layu fusarium, layu bakteri, dan pseudomonas. (Imam Wiguna)
Wajib Baca: Analisis Usaha Tomat Eksklusif