Saturday, September 14, 2024

Cochin Sutra Jawara

Rekomendasi
- Advertisement -

Cochin sutra baru 6 bulan di Indonesia menjadi juara kontes perdana.

Penampilan aglaonema jenis cochin bernomor peserta 105 itu menarik perhatian para juri kontes bertajuk Sarasehan dan Kontes Aglaonema PAGI Award 2018. Daunnya berwarna dominan merah muda polos yang sangat lembut dengan kelir berwarna hijau tua di bagian tepi. Ketua juri, Rishal M. Luthan, mengatakan baru kali ini menyaksikan warna aglaonema cochin seperti itu.

Legacy mangkuk koleksi Andre Ragunan juara I kelas juvenil atau tunggal remaja.

Selain warnanya yang unik, pertumbuhan tanaman anggota famili Araceae itu juga prima. “Pertumbuhan daun sejak daun pertama hingga terakhir kualitasnya stabil. Warnanya juga bergradasi. Daun pertama cenderung putih. Pada daun berikutnya warna menjadi makin merah muda,” ujar Rishal yang juga pendiri komunitas Paguyuban Aglaonemania Indonesia (PAGI) itu. Batang daun aglaonema cochin itu juga tampak kokoh.

Asal Thailand

Rishal mengatakan, “Padahal, kelemahan cochin biasanya bertangkai daun lemah sehingga daun kerap mudah terkulai.” Dengan berbagai keunggulan itu, juri yang terdiri atas Rishal M. Luthan, Choki Simanjuntak, dan Syah Angkasa, sepakat menobatkan aglaonema bernama cochin sutra itu sebagai juara di kelas tunggal dewasa. Aglaonema koleksi Harry Setiawan asal Jakarta itu menjadi yang terbaik di antara 50 peserta di kelas tunggal dewasa.

Khansa koleksi Kesaby Garden juara I kelas majemuk kecil.

“Selama ini jarang sekali cochin menjadi juara dalam kontes aglaonema,” kata Rishal. Menurut pemilik cochin sutra, Harry Setiawan mendatangkan aglaonema koleksinya dari Thailand pada Maret 2018. “Jenis ini memang masih baru di Thailand. Koleksi saya belum ada keturunannya. Baru satu tanaman itu saja,” ujar pemilik nurseri Irene Flora itu. Harrry menuturkan selama ini tidak begitu kesulitan merawat aglaonema pendatang baru itu.

Panitia bersama para pehobi dan juri kontes aglaonema PAGI Award 2018.

Namun, Rishal menuturkan kemungkinan perawatan selanjutnya akan lebih sulit karena tanaman hanya sedikit memiliki klorofil. Pigmen klorofil hanya terdapat pada daun yang berwarna hijau tua. Kontes aglaonema pada 9 September 2018 itu menjadi ajang pembuktian kualitas aglaonema koleksi Harry. Selain menyabet juara di kelas tunggal dewasa, aglaonema koleksi Harry juga sukses meraih juara kedua di kelas sama dan juara kedua di kelas majemuk besar.

Menurut ketua penanggung jawab kontes aglaonema, Hamdan Hamjani jumlah peserta kontes mencapai 135 tanaman. Panitia membagi peserta kontes menjadi 4 kelas, yaitu juvenil atau tunggal remaja (berdaun maksimal 10 lembar), tunggal dewasa (tanaman tunggal, berdaun lebih dari 10 lembar), majemuk kecil (terdiri dari 3—5 tanaman per pot), dan majemuk besar (lebih dari 5 tanaman per pot).

Hughes koleksi H. Dwi juara I kelas majemuk besar.

Ketua panitia Sarasehan dan Kontes Aglaonema PAGI Award 2018, Santosa Nugroho, tak menyangka kontes yang digelar di kompleks Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 57 di Ragunan, Jakarta Selatan, itu diikuti banyak peserta. “Ini kontes pertama kali sejak vakum pada 2013,” katanya. Menurut Hamdan para peserta datang dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bandung, Semarang, Sleman, Magelang, Kebumen, Purwokerto, dan Kediri. “Kualitas peserta juga bagus-bagus,” kata Hamdan. Ia berharap PAGI Award dapat berlangsung di tahun mendatang dalam kegiatan yang lebih besar. (Imam Wiguna)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Belantara Foundation Gelar Webinar Internasional Bertajuk Ekowisata Satwa Liar Berkelanjutan

Trubus.id–Belantara Foundation bekerja sama dengan Prodi Manajemen Lingkungan Sekolah Pascasarjana, Prodi Biologi FMIPA, Prodi Pendidikan Biologi FKIP, dan Lembaga...
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img