Obat asma dari pucuk daun.
Kematian akibat penyakit asma di Indonesia pada 2014 sebanyak 63.584 orang. Data dari Kementerian Kesehatan itu juga menyebutkan masyarakat ekonomi menengah bawah dan terbawah (tidak mampu) paling banyak menderita asma. Penderita asma memiliki saluran pernapasan yang sangat sensitif. Kondisi itu membuat saluran pernapasan menyempit dan menyebabkan jalan keluar masuknya udara menjadi kurang lega.
Napas menjadi pendek-pendek dan mengi atau mengeluarkan suara seperti siulan. Asma menyerang siapa saja baik itu orang dewasa maupun anak-anak. Penyebab asma berupa faktor genetis atau keturunan, penderita mewarisi penyakit dari orang tuanya maupun kakek atau neneknya. Penyebab dari luar berupa faktor lingkungan, makanan, dan udara dingin.
Daun ceremai
Lingkungan berdebu, kotor, dan kurang nyaman memicu asma. Anak-anak penderita asma sebaiknya tidak bermain dengan hewan berbulu halus seperti anjing dan kucing. Beberapa makanan yang mengandung monosodium glutamat tinggi, pengawet, dan minuman dingin juga memicu asma. Salah satu cara untuk mengatasinya dengan konsumsi daun atau buah ceremai sebagaimana riset Diding HP, R.P Andri Putranto, dan Sarsono.
Penelitian Diding HP dan rekan dari Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah, membuktikan pemberian ekstrak daun ceremai mengurangi jumlah sel darah putih CD4+ pada saluran pernapasan penderita asma. Sel CD4+ di saluran pernapasan memicu reaksi alergi berbagai rangsangan seperti debu, udara, dan makanan. Diding dan rekan menghaluskan daun ceremai lantas mengekstraknya menggunakan cairan etanol 70%.
Mereka menggunakan antihistamin yang memiliki efek antialergi dan antiinflamasi sebagai pembanding. Selain itu mereka juga memanfaatkan ovalbumin yang dapat memicu alergi pada saluran pernapasan. Uji praklinis itu melibatkan 24 ekor mencit jantan berbobot 17—20 gram.
Diding membagi hewan uji menjadi 4 kelompok, masing-masing 6 ekor. Kelompok pertama sebagai kontrol tanpa perlakuan apa pun dengan jumlah sel CD4+ adalah 7,2 sel per lapangan pandang. Pada kelompok kedua, ketiga, dan keempat, semua mencit dipapar ovalbumin.
Pada kelompok kedua, setiap hewan uji mengonsumsi 10 mg ekstrak daun ceremai per hari. Sementara itu mencit-mencit pada kelompok ketiga mengonsumsi 0,02 mg antihistamin setiap hari. Pada kelompok keempat, semua mencit dibiarkan menderita asma akibat ovalbumin. Pengamatan dilakukan dengan cara mengambil jaringan bronkus utama mencit di dekat percabangan sepanjang 1,5 cm.
Hasilnya rata-rata jumlah sel CD4+ pada kelompok kedua sebanyak 8,5 sel per lapangan pandang. Sementara itu pada kelompok ketiga jumlahnya 8,2 sel per lapangan pandang. Pada kelompok keempat, jumlah sel CD4+ paling tinggi yaitu 10,5 sel per lapangan pandang. Diding menuturkan penurunan jumlah sel limfosit CD4+ di saluran pernapasan menyebabkan penurunan sekresi sejumlah sitokin yang memicu terjadinya reaksi alergi inflamasi.
Multikhasiat
Menurut dr Alexander Ginting, Sp.P dari Rumahsakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto, Jakarta, pasien asma harus disiplin mengonsumsi obat. Untuk penanganan kasus asma yang sering kambuh, obat yang lazim digunakan adalah inhaler. Namun, inhaler hanya bersifat menjaga dan melegakan ketika serangan asma datang. “Cepat lambatnya penyembuhan asma tergantung pada tingkat keparahan atau stadium inflamasi bronkus,” ujar Alexander.
Valentina Indrajati herbalis dari Bogor telah meresepkan daun ceremai selama 5 tahun dalam ramuan herbalnya sebagai obat asma. Cara membuatnya dengan merebus 15 gram daun ceremai, 10 gram daun kitolod, 10 gram buah mengkudu dalam 2 gelas air di atas api kecil. Setelah 5 menit air mendidih, api dimatikan dan diminum setelah dingin. Sepekan pascakonsumsi, pasien asma berangsur pulih.
Selain berkhasiat antiasma, pucuk daun ceremai juga berpotensi mengatasi masalah bobot badan. Itu sejalan dengan penelitian Retno Arys Kristanti dari Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Malang. Pada uji praklinis itu, Retno membuktikan dosis paling efektif untuk menurunkan bobot tubuh hewan uji menggunakan ekstrak daun ceremai sebesar 1,5 ml/183 gram bobot tubuh.
Peneliti-peneliti lain juga berhasil mengungkap kehebatan daun ceremai. Hamdani dari Akademi Analis Kesehatan, Banda Aceh, membuktikan perasan daun ceremai sebanyak 300 gram mampu mengobati infeksi akibat bakteri Escherischia coli. Sementara itu, Afifah B. Sutjiatmo dan rekan dari Fakultas Farmasi, Universitas Jenderal Ahmad Yani, menunjukkan ekstrak etanol daun ceremai berefek antikolesterol pada tikus wistar betina.
Masyarakat mengenal ceremai sebagai bahan penambah citarasa masam dan segar pada masakan. Sebagian mengolah buahnya menjadi manisan. Di Minangkabau, Sumatera Barat, penduduk memanfaatkan daun dan buah Phyllanthus acidus itu sebagai bahan baku ramuan herbal. (Muhammad Hernawan Nugroho/Peliput: Andari Titisari)