
Empat penderita gagal ginjal batal cuci darah setelah rutin konsumsi buah kebiul.
Anak-anak zaman dahulu memanfaatkan buah kebiul untuk bermain kelereng. Buah itu memang seukuran kelereng, bertekstur keras. Itu sebabnya sebagian orang tua di Provinsi Bengkulu menyebut kebiul sebagai kelereng kaca. Tanaman anggota famili Fabaceae itu tumbuh di hutan Pulau Sumatera.
Masyarakat Sumatera Barat mengenal buah itu dengan nama loyang atau kloyong, sedangkan di Sumatera Utara dikenal dengan nama buah soid. Hingga kini tidak seorang pun membudidayakan kebiul. Padahal kerabat pohon secang Caesalpinia sappan itu mampu memperbaiki kondisi pasien gagal ginjal akut, seperti pengalaman Suhardi Galib, pensiunan Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih, Dinas Pertanian Provinsi Bengkulu.

Cuci darah
Semula Suhardi Galib (59 tahun) menderita diabetes mellitus sejak 2000. Penyakit itu “warisan” dari ibu yang juga pengidap diabetes. Pada akhir Januari 2014 Suhardi terkena serangan jantung. “Sebulan kemudian saya menjalani operasi dan berpikir telah bebas dari penyakit yang merupakan efek samping diabetes itu,” kata Suhardi. Kenyataannya lain, 6 bulan pascaoperasi, ia mendadak mudah sesak napas.
Selain itu perut mual sampai muntah tanpa sebab dan tidak mengenal waktu serta badan terasa lemas. Pemeriksaan laboratorium menunjukkan ia mengalami gagal ginjal. Pada Oktober 2014, kandungan ureum 148 mg per dl darah, (kadar normal 10—50) dan kreatinin 4,4 mg per dl (kadar normal 0,6—1,5). Dokter spesialis jantung merujuk Suhardi ke dokter spesialis penyakit dalam.
Menurut dokter spesialis penyakit dalam, kerusakan ginjal Suhardi saat itu mencapai stadium IV. “Jika angka ureum dan kreatinin terus naik (mencapai stadium V), saya harus menjalani cuci darah. Dokter akan mengobservasi kondisi saya hingga 3 bulan ke depan, selama September—Desember 2014,” kata Suhardi. Saat itu ia sangat terpukul karena kesehatan orang yang harus menjalani cuci darah tidak lagi sempurna.
Menurut dr Zainal Gani, dokter dan praktikus pengobatan herbal di Kotamadya Malang, Jawa Timur, gagal ginjal merupakan penyakit akibat penurunan fungsi ginjal. “Ginjal sebagai penyaring racun yang akan dibuang melalui urine tidak optimal,” ujar dokter alumnus Universitas Brawijaya itu.
Parameter fungsi ginjal adalah kadar kreatinin. Kadar kreatinin tinggi dalam darah menunjukkan penurunan fungsi ginjal. Nilai normal kreatinin dalam darah kurang dari 1,2 mg/dl. Indikator lain adalah penurunan volume urine, tubuh lemah, lesu, bengkak, dan keluarnya protein albumin melalui urine. Cirinya warna air seni kuning pekat.

Bukti lain
Dalam kondisi itulah Suhardi teringat buah kebiul. Sebelumnya rekan-rekan Suhardi pernah memperbincangkan khasiat kebiul. Untuk mengonsumsi, ia memecahkan kulit itu lalu mengeluarkan isinya. Ia lantas memanaskan bagian dalam buah berwarna krem pucat itu di kuali tanpa minyak.
Pemanasan menyebabkan warna berubah cokelat. Setelah itu giling sampai halus. Ia melarutkan serbuk buah kebiul dalam 2—3 sendok makan air panas lalu langsung minum. Dosis konsumsi cukup 1 sendok teh atau 5 gram per konsumsi, 3 kali sehari selama 2 pekan. Setelah konsumsi kebiul kondisi Suhardi membaik.
Sebelum meminum serbuk kebiul, sebaiknya lakukan pengecekan kadar ureum dan kreatinin lalu ulangi setelah 2 pekan konsumsi. Menurut Suhardi meskipun kandungan ureum dan kreatinin kembali normal pascakonsumsi, sebaiknya konsumsi kebiul dilanjutkan dengan frekuensi sekali sehari atau sekali per 2 hari dengan dosis tetap 5 gram. Lakukan pengecekan berkala ke laboratorium klinik untuk memastikan kondisi ginjal.
Selain Suhardi, empat penderita gagal ginjal lain juga membuktikan khasiat kebiul. Seorang tetangga Suhardi memiliki kandungan ureum mencapai 85 mg per dl dan kreatinin 4,7 mg hasil pemeriksaan pada Oktober 2014. Dokter menyatakan kondisinya sudah stadium III dan kemungkinan harus menjalani cuci darah. Atas saran Suhardi, ia mengonsumsi buah kebiul. Cara konsumsi, dosis, dan frekuensi sama persis dengan Suhardi.
Sepuluh hari rutin konsumsi buah kebiul, dokter membolehkan ia pulang dan tidak perlu cuci darah. Pasalnya hasil laboratorium menunjukkan kandungan ureum dan kreatininnya kembali ke tingkat normal. Sayang, ia tidak mengetahui hasil pemeriksaan laboratorium terakhir. Penderita lain masih terhitung famili Suhardi bernama Mukmin (57 tahun). Pada Oktober 2014, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar ureum 85 mg per dl dan kreatinin 2,3 mg per dl.
Dokter menyatakan Mukmin menderita kerusakan ginjal stadium III dan merekomendasikan cuci darah. Suhardi lantas menganjurkan untuk mencoba mengonsumsi buah kebiul. Selang 2 pekan, hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan kadar ureum 51 mg per dl dan kreatinin 1,6 mg per dl. Sampai sekarang ia masih mengonsumsi buah kebiul dan batal menjalani cuci darah.

Di hutan
Meski terbukti secara empiris mengatasi gagal ginjal, tidak banyak orang peduli terhadap tanaman kebiul Caesalpinia echinata. Riset ilmiah yang menjelaskan khasiat kebiul pun belum ada. Namun, pengalaman penderita gagal ginjal yang kondisinya membaik setelah mengonsumsi kebiul membuat harga buah naik menjadi Rp5.000 per 3 buah. Padahal sebelumnya tidak berharga.
Maklum, untuk memperoleh buah itu, orang harus mencari ke hutan. Untuk memperoleh buah kebiul, Suhardi biasa meminta tolong kepada kerabat yang tinggal di desa dekat hutan.
Para herbalis jarang mengenal buah kebiul. Harap mafhum tanaman kerabat bunga merak itu tumbuh di hutan. Herbalis di Kota Batu, Jawa Timur, Wahyu Suprapto, belum pernah mendengar tentang buah kebiul, apalagi khasiat untuk mengatasi gagal ginjal. Namun, menurutnya tanaman anggota genus Caesalpinia menyimpan manfaat kesehatan. “Contoh paling dekat kayu secang, yang khasiatnya beragam, mulai dari antidisentri hingga tuberkulosis,” kata pengajar di Jurusan Pengobatan Tradisional Universitas Airlangga itu. (Argohartono Arie Raharjo)