Friday, March 29, 2024

Dia Penyelamat Harta Karun

Rekomendasi
- Advertisement -

Kutu putih singkong bersifat oligofagus hanya menyerang tanaman anggota famili EuphorbiaceaeMusuh alami mengatasi kutu putih singkong.

Bagi Thailand singkong Manihot utilissima komoditas ekspor yang sangat penting. Negeri Gajah Putih itu menyebutnya treasure from the ground atau harta karun dari dalam tanah. Dari total produksi 21,87-juta ton umbi singkong, 44% di antaranya diolah menjadi singkong iris kering dan sisanya menjadi tapioka. Thailand mengekspor 33% dalam bentuk irisan kering dan 38% tapioka. Dengan jumlah ekspor sebanyak itu, Thailand menjadi eksportir produk berbahan singkong terbesar di dunia.

 

Namun, produksi singkong terus menurun hingga 20—30% pada 2009. Itulah masa suram industri singkong Thailand. Penyebabnya adalah makhluk mungil bernama kutu putih Phenacoccus manihoti yang mewabah di beberapa sentra singkong. Cassava mealy bug alias kutu putih itu bergerombol di bagian bawah daun dan pucuk tanaman anggota famili Euphorbiaceae itu.

Menurut guru besar Departemen Perlindungan Tanaman Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof Dr Ir Aunu Rauf MSc, serangga anggota famili Pseudococcidae mengisap cairan pada jaringan tanaman. Akibatnya, pertumbuhan pucuk dan daun yang terserang menjadi abnormal seperti keriting, menguning, dan akhirnya kering. Daun yang mengering membuat tanaman kekurangan nutrisi lantaran fotosintesis tanaman terhambat. Jika dibiarkan tanaman meregang nyawa.

Harga anjlok

Dampak serangan kutu putih itu bukan hanya menurunkan produksi, tapi juga harga jual singkong segar di tingkat pekebun. “Saat itu banyak pekebun yang memanen singkong lebih awal, yakni pada umur 8—9 bulan, biasanya 12—13 bulan. Mereka khawatir tanaman keburu terserang hama,” ujar Jarurat Pipatvatcharanont dari CP Intertrade Co Ltd, eksportir tapioka di Bangkok, Thailand. Panen umbi muda itu menyebabkan kadar dan kualitas pati rendah sehingga harga jual pun anjlok.

Di tanahair hama kutu putih singkong tergolong hama baru. Aunu Rauf pertama kali menemukan kutu putih itu pada 2010 yang menyerang salah satu tanaman anggota famili Euphorbiaceae itu di Bogor, Jawa Barat. “Meski tergolong baru dan serangannya belum meluas, tetapi hama itu dapat menyerang secara masif pada musim kemarau,” katanya. Populasi kutu putih singkong mudah melonjak karena dapat berkembang biak tanpa dibuahi jantan. “Mereka datang tanpa disertai musuh alaminya sehingga hama itu dapat berkembang biak secara leluasa,” ujarnya.

Menurut Anik Nurhayati dari     Departemen Proteksi Tanaman Institut Pertanian Bogor kutu putih singkong hama oligofagus alias pemakan satu jenis tanaman yakni tanaman anggota famili Euphorbiaceae. Itulah sebabnya hingga kini belum ditemukan kutu putih singkong menyerang jenis tanaman lain baik itu buah atau sayuran. Berbeda dengan kutu putih pepaya Paracoccus marginatus yang dapat menyerang tanaman dari beragam famili seperti tomat anggota famili Solanaceae, lada (Piperaceae), kacang hijau (Fabaceae), dan ubi jalar (Convolvulaceae).

Anik menuturkan kutu putih singkong yang pernah merusak perkebunan singkong di kawasan Afrika dan Amerika selatan itu dapat menyerang sejak tanaman masih muda. Ciri khas P. manihoti dapat dikenali dari tubuhnya yang berwarna merah muda. Sementara kutu putih yang menyerang pepaya yakni Paracoccus marginatus berwarna kuning. Namun, tubuh keduanya sama-sama diselimuti lilin berwarna putih.

Musuh alami

Menurut pengamat hama dan penyakit tanaman di Jakarta, Ir Yos Sutiyoso, kutu putih diatasi dengan menyemprotkan insektisida sistemik. Misalnya insektisida yang mengandung racun sistemik jenis imidakplorid. “Penyemprotan dengan insektisida kontak seringkali kurang efektif karena tubuh kutu putih diselimuti lilin,” kata alumnus Institut Pertanian Bogor itu.

Jika menggunakan insektisida sistemik, larutan pembasmi hama itu akan diserap tanaman melalui stomata, meristem akar, lentisel batang, dan celah-celah alami. Selanjutnya insektisida akan melewati sel-sel menuju pembuluh angkut untuk ditranslokasikan ke seluruh bagian tanaman. Insektisida akan meninggalkan residu pada sel-sel yang telah dilewatinya. Jadi, ketika kutu putih mengisap jaringan tanaman, maka akan mati. Namun, cara itu kurang dianjurkan karena takut residu insektisida tertinggal di tanaman sehingga berbahaya jika dikonsumsi itu.

Itulah sebabnya Pusat Penelitian Tanaman Pangan Rayong, Departemen Pertanian Thailand, lebih menganjurkan para pekebun untuk membasmi kutu putih menggunakan musuh alami. Sebelumnya pemerintah Thailand menganjurkan pekebun menggunakan insektisida berbahan aktif thiamethoxam. Namun, tidak lama kemudian hama itu kembali menyerang dan bertambah parah saat musim kemarau. Sejak itu pemerintah Thailand menggelontorkan dana tambahan sebanyak 66-juta baht setara Rp20-miliar untuk meneliti penggunaan musuh alami.

Tim peneliti yang dipimpin ahli entomologi dari Departemen Pertanian Thailand, Dr Amporn Winothai, akhirnya menemukan musuh alami, yakni seranga Apoanagyrus lopezi. Tim mendatangkan serangga itu dari Institut Pertanian Tropika Internasional di Republik Benin. Tim peneliti kemudian memperbanyak serangga itu. Pada 2010, tim peneliti mencoba melepas serangga itu di lahan singkong 600 ha di kawasan Huay Bong. Hasilnya hanya dalam waktu empat bulan serangga itu mampu menekan populasi kutu putih singkong.

A. lopezi menyerang dengan meletakkan telur di antara gerombolan kutu putih. Pada saat telur menetas, maka larva lopezi membunuh kutu mematikan itu. Menurut Anik Nurhayati predator alami lain adalah Hyperaspis notata dan H. jucundan. Kedua predator itu terbukti berkembang biak dengan baik dan mampu menekan populasi kutu putih singkong di Zaire, Burundi, dan Mozambik—semua  sentra singkong di Afrika. Berbagai musuh alami itu dapat menyelamatkan harta karun dari dalam tanah. (Imam Wiguna)

 

FOTO:

 

  1. Kutu putih singkong bersifat oligofagus hanya menyerang tanaman anggota famili Euphorbiaceae
  2. Produksi singkong Thailand anjlok hingga 20—30% gara-gara serangan kutu putih
  3. Kutu putih singkong juga dapat menyerang pucuk sehingga tumbuh abnormal
  4. Apoanagyrus lopezi menjadi musuh alami dengan meletakan telur di gerombolan kutu putih. Saat menetas, larvanya memangsa kutu
  5. Hyperaspis notata salah satu predator alami kutu putih
Previous article
Next article

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Teknik Budidaya Benih Kentang Bertingkat Di Kabupaten Karo : Panen Hingga 40 Ton Umbi Kentang Per Hektare

Trubus.id— Budidaya kentang bertingkat meningkatkan produksi benih. Itulah yang dirasakan penangkar benih kentang di Desa Bukit, Kecamatan Dolat Rayat,...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img