Trubus.id–Dosen sekaligus Dekan Fakultas Biologi, Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono mengeksplorasi potensi melon lokal sebagai bahan dasar industri kosmetik.
Budi mengembangkan kultivar baru dengan metode persilangan indukan NO3 dengan MR5. Ia menggunakan pendekatan bioteknologi modern.
Persilangan itu menghasilkan karakter kulit buah melon yang berukuran kecil, pahit, tetapi beraroma khas. Budi menuturkan aroma itulah yang diekstraksi dan diolah menjadi produk gama melon parfum.
Ia menuturkan bahwa gama melon parfum memiliki karakter genetik yang unik. “Mempunyai kandungan kukurbitasin dan berbagai metabolik sekunder yang berpotensi untuk industri kosmetik,” ujar Budi.
Lebih lanjut ia menuturkan bahwa gama melon parfum mampu mengasilkan 4–10 buah dengan berat 50 gram–4 ons. Masa panen 55–58 hari.
Produksi melon anyar itu di rumah tanam (greenhouse) hidroponik Pangalengan. Ia menuturkan bahwa inisiasi komersial telah berjalan sejak 2018–2021 yakni pengembangan senyawa bioaktif seperti flavonoid, terpenoid, dan saponin. Lebih lanjut dengan uji prototipe untuk menyesuaikan karakter ekstrak gama melon parfum.
“Saat ini, tim gama melon parfum telah memiliki dua produk yang dihasilkan dari buah gama melon parfum, yaitu sampo dan sabun,” ujarnya dilansir pada laman UGM.
Budi menuturkan bahwa komersialisasi produk sampo gama melon parfum yakni melalui kerja sama dengan PT. Gizi Indonesia dan PT. Nudira Sumber Daya Indonesia.
Ia menuturkan ekstrak gama melon parfum dipakai dalam produk sampo Nahla, program Riset Inovatif Produktif (RISPRO)-LPDP. Selain itu ia dan tim tengah meneliti potensi anti kanker dan anti diabetes melitus dari gama melon parfum itu.
“Pengembangkan kultivar tanaman inovatif seperti gama melon parfum dapat mendukung kemandirian bangsa di industri kosmetik dan geomedis,” ujarnya.
Ia berharap penggunaan jenis buah lokal itu mampu meningkatkan kesejahteraan petani lokal.
 Prof. Dr. Budi Setiadi Daryono mengeksplorasi potensi melon lokal){kind=link}