Trubus.id — Lobster air tawar (LAT) menjadi salah satu komoditas air tawar paling potensial. Hal ini karena banyak permintaan pasar yang belum mampu dipenuhi oleh pembudidaya. Meskipun begitu, ada dua kunci dalam budidaya lobster air tawar, yaitu kualitas air dan pakan.
Cara budidaya yang asal-asalan dapat berujung pada kegagalan panen. Menurut Muhammad Hasbi Haris, pembudidaya di Kelurahan Cicadas, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, Jawa Barat, membudidayakan lobster berarti menjaga kualitas air.
“Terpenting menjaga kandungan oksigen terlarut. Idealnya hingga 6 ppm,” kata Hasbi.
Alasannya, habitat hewan anggota famili Parastacidae itu berasal dari sungai berarus agak deras sehingga memerlukan oksigen terlarut tinggi. Hal lain yang harus diperhatikan adalah pemberian pakan sebanyak 2–3 persen dari bobot total tubuh per hari.
Lobster air tawar merupakan hewan yang memiliki eksoskeleton atau tulang luar sehingga membutuhkan pakan kaya kalsium agar pertumbuhan optimal. Memberikan pakan berupa hewan bercangkang seperti bekicot dapat menjadi alternatif pemenuhan kalsium bagi LAT.
Menurut Gema Paku Bumi, S.Si., M.Si., pembudidaya di Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, LAT termasuk hewan omnivora sehingga pakan dapat berupa bahan nabati dan hewani. Pembudidaya bisa memberikan kombinasi beragam biji-bijian dan pakan hewani. Pemberian pakan dilakukan 2–3 kali sehari.
“Jika pemberian 2 kali sehari, saat pagi memberikan pakan hewani seperti cacing dan biji-bijian ketika malam. Bisa juga selang satu hari pakan hewani, hari berikutnya biji-bijan,” kata pembudidaya LAT sejak 2010 itu.
Makin bervariasi pemberian pakan, semakin merangsang nafsu makan LAT sehingga pertumbuhan kian optimal. Gema menambahkan, 75 persen pakan diberikan pada malam hari karena LAT termasuk hewan nokturnal.
Gema menjual LAT dengan harga fantastis mencapai Rp170.000 per kg. Harga itu tergolong tinggi untuk komoditas perikanan air tawar.
“Permintaan dari salah satu supermarket di Yogyakarta hingga 6 ton per bulan dan belum terpenuhi,” kata Gema.
Hal ini karena kapasitas produksi Gema baru 100 kg saban bulan. Peningkatan produksi wajib dilakukan untuk memenuhi permintaan itu. Tentunya, peternak mesti membudidayakan LAT secara tepat dan intensif.