Monday, March 27, 2023

Empat Jam Mendaki Gunung Demi Mencari Obat HIV

Rekomendasi

Trubus.id — Ada sebuah momen tak terlupakan bagi Prof. Apt. Muhammad Sulaiman Zubair, S.Si., M.Si., Ph.D. Saat itu Sulaiman dan rekan mendaki Gunung Nokilalaki di Kecamatan Nokilalaki, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.

“Baru kali itu saya mendaki gunung,” kata guru besar di Jurusan Farmasi, Universitas Tadulako, Kota Palu, Sulawesi Tengah, itu.

Lazimnya, keseharian Sulaiman adalah mengajar dan meneliti. Pendakian Sulaiman dan rekan bukan untuk menyalurkan hobi. Mereka mengunjungi gunung berketinggian 2.355 m itu untuk mencari tanaman tikala Etlingera acanthodes.

Sulaiman dan rekan memulai pendakian sekitar pukul 08:00. Hujan mengguyur trek pendakian sehingga bebatuan agak licin. Sulaiman dan rekan mesti pelan-pelan agar tidak terpeleset.

Lelah selama perjalanan terbayar dengan pemandangan indah dan udara segar. Setelah mendaki 4 jam, ia tiba di habitat tikala pada tengah hari. Prof. Dr. Ramadanil Pitopang, Guru Besar Taksonomi Tumbuhan di Jurusan Biologi, Universitas Tadulako, yang juga mendaki Gunung Nokilalaki, mengatakan, tikala tumbuh di tanah yang sangat basah di hutan pegunungan.

Ramadanil mengatakan, “Tikala agak jarang ditemukan di taman nasional. Kami mendapatkan tikala setengah mati, masuk ke dalam hutan.”

Tanaman anggota famili Zingiberaceae itu berperawakan herba setinggi sekitar 2 m dan berumpun. Bunga tikala khas mirip buah nanas muda. Sulaiman dan Ramadanil menemukan tikala pada ketinggian sekitar 1.400 meter di atas permukaan laut (m dpl). Setelah beristirahat dan mengoleksi tikala selama 2 jam, Sulaiman dan Ramadanil menuruni gunung yang termasuk kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL).

Sejatinya, tikala tanaman endemik baru yang teridentifikasi pada 2019. Menurut Sulaiman, ada penelitian beberapa tanaman anggota famili Zingiberaceae kerabat tikala yang menghambat human immunodeficiency virus (HIV).

Sulaiman pun ingin mengetahui lebih lanjut aktivitas anti-HIV tikala. Ia dan tim mencuci daun, batang semu, dan rimpang tikala. Selanjutnya, memotong setiap bagian tanaman sepanjang 3 cm. Setelah itu, dilakukan pengeringan sampel dalam ruangan tanpa sinar matahari langsung.

Setelah kering, sekitar 2 kg dari setiap bagian tanaman diekstraksi dengan teknik maserasi dengan 3 kali pengulangan. Berikutnya, Sulaiman menyaring filtrat dan menguapkannya dalam rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak kental. Tahap selanjutnya ia melarutkan ekstrak kental dalam DMSO 100% dan mencairkannya hingga didapat sampel konsentrasi masing-masing bagian tanaman.

Untuk menguji anti-HIV sampel konsentrasi tanaman, Sulaiman bekerja sama dengan Lembaga Penyakit Tropis atau Institute Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga, Surabaya, Jawa Timur.

“Laboratorium HIV ITD Universitas Airlangga merupakan satu-satunya laboratorium di Indonesia yang memiliki isolat HIV,” kata Siti Qamariyah Khairunisa, S.Si., M.Si., peneliti HIV-1/AIDS ITD Universitas Airlangga.

Penelitian itu dilakukan dengan memanfaatkan sel limfosit dan HIV yang diisolasi (in vitro). Hasil penelitian yang termaktub dalam Heliyon mengungkapkan, rimpang tikala memiliki aktivitas anti-HIV terbaik dengan IC50 terendah yakni 1,74 μg/ml dan tingkat toksisitas pun paling rendah.

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Mengolah Singkong Menjadi Gula

Trubus.id — Gula cair dapat mudah dibuat dari hidrolisis pati. Sumber pati pun melimpah seperti singkong. Mengapa singkong? Singkong...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img