
Kombinasi herbal atasi varises esofagus stadium empat.
Kerongkongan terasa panas bisa menjadi penanda penyakit maut. Itulah pengalaman Ahmad Wahyu Santoso yang merasakan kerongkongannya bak terbakar tiba-tiba ketika mengendarai mobil seorang diri. Ia tak kuat menahan rasa itu dan menepi. Begitu keluar dari ruang kemudi, Ahmad memuntahkan darah segar. Ia terhuyung-huyung kembali ke mobil, menelepon sang istri, lalu meluncur ke rumahsakit.
“Untung saya masih bisa menyetir sendiri,” ujarnya. Tiba di rumahsakit kemudian Ahmad menjalani transfusi darah. Pada malam hari ia menggigil dan kembali muntah darah. “Muntahnya terasa dingin di tenggorokan,” kata pria tahun itu. Untuk mencegah Ahmad memuntahkan darah lagi, dokter melakukan tindakan ligasi varises. Hal yang mengkhawatirkan, kadar SGOT mencapai 150 U/l, padahal normalnya 46 U/l.

Sirosis
Dokter mendiagnosis Ahmad mengidap menderita gangguan hati dan varises esofagus stadium 4. Ayah tiga anak itu pun harus benar-benar istirahat. Penderitaan Ahmad bermula pada 1997, ketika ia terserang virus hepatitis C. Ia abai dan menganggap itu hanya gangguan kesehatan biasa yang bisa pulih tanpa pengobatan. Virus pun leluasa menggerogoti levernya sampai menjadi sirosis pada 2007.
“Padahal saya tidak merasa sakit, tubuh saya baik-baik saja,” kata insinyur senior pembangkit listrik swasta di Kotamadya Duri, Provinsi Riau itu. Namun, pada 2011, ia mudah lelah dan kerap mengantuk meski cukup istirahat. Perutnya pun sering terasa kembung. Saat itulah ia memeriksakan kondisi ke rumahsakit. Hasil pemindaian resonansi magnetik (magnetic resonance imaging, MRI), menunjukkan Ahmad terkena varises esofagus stadium dua.
Alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Bandung itu pun menjalani rawat inap. Namun, sepulang dari rumahsakit, Ahmad kembali ke rutinitas lama, yaitu bekerja keras sampai lupa waktu. Celakanya, gaya hidup Ahmad juga tak sehat. “Saya sering pulang larut malam dan jarang berolah raga,” ujarnya. Gaya hidup itu memperparah kondisi kesehatan Ahmad.

Menurut dr Paulus Wahyudi Halim MedChir, dokter penganjur herbal di Serpong, Tangerang Selatan, Provinsi Banaten, pangkal penderitaan Ahmad adalah virus hepatitis C. “Hepatitis berkembang menjadi sirosis atau pengerasan lever sehingga menghambat sirkulasi darah dari tubuh bagian bawah,” kata Paulus. Selain serangan virus, penyebab sirosis adalah paparan radikal bebas.
“Radikal bebas mengganggu keutuhan membran hepatosit sehingga berbagai enzim dari hepatosit keluar,” kata ahli fungsi hati dari Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro, Semarang, dr Hardian. Enzim itu antara lain Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase (SGOT) dan Serum Glutamic Piruvic Transaminase (SGPT). Keduanya menjadi indikator kerusakan hati. Radikal bebas dapat berasal dari stres dan buruknya pola hidup seseorang.
Menurut dr Hardian, sirosis menyebabkan jaringan hati mengeras dan tidak berfungsi. Paulus menyatakan bahwa darah dari tubuh bagian bawah seharusnya melalui vena portal. Namun, karena sel hati mengeras, sirkulasi darah mencari alternatif jalan lain melalui pembuluh darah dekat kerongkongan atau esofagus. Itu menyebabkan varises esofagus. Peningkatan tekanan darah di esofagus akhirnya memecahkan pembuluh darah di esofagus sehingga muntah darah. “Tekanan darah itu tergolong hipertensi protal,” ujar Paulus.
Kulit manggis
Untuk mencegah pecahnya pembuluh darah yang membesar akibat varises, dokter membuat ligasi, yaitu ikatan menggunakan pita elastis. “Mudahnya adalah pengikatan pembuluh darah yang terkena varises agar darah tidak keluar lagi,” kata Paulus. Namun menurut spesialis kiropraktik alumnus Universitas Degli Studi Padova, Italia itu, kelemahan ligasi yaitu ketika diikat bagian hulunya, bisa pecah lagi di bagian hilirnya.

Itu terjadi pada Ahmad hingga akhirnya ia menjalani lima kali ligasi selama 3 bulan. Di samping itu, dokter memberi 3 obat yang masing-masing berfungsi sebagai suplemen lever, penstabil tekanan darah, dan vitamin. Sembari menjalani terapi rumahsakit, Ahmad juga ingin menjalani terapi herbal yang lebih alami dengan efek samping yang lebih rendah. Pada September 2012, ia mengonsumsi 10 jenis kapsul sehari 3 kali. “Pagi saya minum 10 kapsul, siang 10 kapsul, dan malam 10 kapsul,” kata Ahmad.
Menurut Paulus yang meracik herbal itu isi racikan antara lain ekstrak kulit manggis. “Kulit manggis memiliki antioksidan kuat yang berfungsi untuk meregenerasi sel dan mengurangi paparan radikal bebas terhadap lever,” katanya. Paulus mengatakan, sel hati berbeda dengan sel pada ginjal yang tak bisa teregenerasi. “Sel hati bisa pulih atau teregenerasi jika kita dorong pertumbuhan selnya,” kata Paulus.
Karena penyakit itu akibat virus hepatitis C, maka penguatan sistem imun tubuh sangat penting. Oleh karena itu ia menambahkan herbal daun sambiloto, daun meniran, dan jamur lingzhi, yang fungsinya sebagai imunodulator atau memperkuat sistem imunitas tubuh. Dokter yang pernah praktik di Uganda itu juga menambahkan daun sukun, akar bambu kuning, dan rimpang temulawak sebagai antiradang. Herbal itu juga sebagai pelindung hati atau hepatoprotektor.
“Dengan memperbaiki sel lever diharapkan kerja organ hati bisa pulih kembali,” ujarnya. Ahmad mengonsumsi kapsul herbal racikan Paulus sambil mengonsumsi obat dari dokter. Varises esofagus Ahmad menipis dan membaik. Pengecekan pada Mei 2014 SGOT Ahmad 56—60 U/l alias mendekati normal. “Sebelumnya tidak pernah sebagus ini,” ujar Ahmad. Ia juga terbebas dari derita kembung dan mudah lelah. Padahal menurut Paulus di dunia medis Varises esofagus belum ada obatnya. (Bondan Setyawan)