Trubus.id— Menurut penyuling di Yogyakarta, Martsiano Wija Dirgantara, jika perang Rusia-Ukraina berlanjut, dunia tetap membutuhkan asiri. Produk farmasi yang notabene membutuhkan asiri tetap dibutuhkan. Apalagi pala untuk anastesi, penenang, sedangkan nilam sebagai antiseptik.
Oleh karena itu Martsiano mengatakan jika minyak asiri prospektif untuk diusahakan. Adapun jenis minyak asiri yang potensial antara lain nilam, cengkih, dan serai wangi.
Lebih lanjut, Ia menuturkan saat ini pasar juga mulai merespons minyak asiri baru seperti nampu (Homalomena occulta), anis (Clausena anisata), dan teki (Cyperus rotundus). Bisnis minyak terbang alias asiri memang potensial untuk dikembangkan. Namun dibalik manisnya bisnis asiri tersebut, banyak hambatan yang dihadapi oleh para pelaku.
Ketua Umum Dewan Atsiri Indonesia (DAI) Dr. Irdika Mansur mengatakan pengembangan industri di Indonesia masih memiliki banyak permasalahan yang kompleks. Irdika menyebutkan persoalan itu seperti harga fluktuatif, persaingan penggunaan lahan, isu bahan bakar penyulingan, biaya panen yang mahal, dan pengetahuan mengenai ekspor yang masih kurang.
Itu diungkapkannya pada Konferensi Nasional Minyak Atsiri (KNMA) 2022 di Kota Semarang, Jawa Tengah. Menurut Irdika perlu terobosan untuk pengembangan industri asiri di Indonesia.
Mulai dengan menerapkan ekonomi sirkular. Caranya dengan memaksimalkan peningkatan nilai tambah pada bahan mentah. Lalu, gagasan penggunaan lahan bekas tambang untuk mengurangi persaingan penggunaan lahan.
Sementara itu untuk mengatasi permasalahan bahan bakar, beberapa penyuling menggunakan pelet kayu yang dapat menghasilkan api yang lebih stabil dan hasil sulingan lebih baik.
Dirjen Industri Agro Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Putu Juli Ardika mengatakan bahwa Indonesia memiliki kekayaan sumber daya yang luar biasa dan unggul untuk tanaman asiri tropis.
Menurut Putu petani atau small holder merupakan produsen bahan baku primer. Penyulingan rakyat menjadi penentu perolehan minyak asiri yang sangat bergantung dari kemampuan mesin peralatan, kompetensi sumber daya manusia (SDM) atau penyuling, hingga kualitas faktor produksi lain.
