Budidaya porang menjanjikan laba hingga 30%.
Trubus — Mobil seharga Rp96 juta terparkir di rumah Sungkono, S.Sos., ketika Trubus berkunjung pada Februari 2020. “Mobil itu hasil penjualan porang massal di lahan pribadi saya pada September 2019,” kata Kepala Desa Kepel, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, itu. Saat itu Sungkono memanen 12 ton porang seharga Rp10.500 per kg di lahan 7.500 m². Omzet Sungkono Rp126 juta.
Sungkono lalu menggabungkan sebagian uang itu dengan hasil penjualan mobil lama untuk membeli kendaraan baru. Masih banyak warga lain di Desa Kepel yang merasakan nikmatnya keuntungan menanam porang seperti Sungkono. Ketua Kelompok Tani Sarwo Asih di Dusun Giringan, Desa Kepel, Kecamatan Kare, Suyanto, mengatakan, “Porang memperbaiki tingkat ekonomi masyarakat.”
Menanam Amorphophallus muelleri relatif mudah dan menguntungkan. Profit menjual umbi segar porang mencapai lebih dari 30%. Pengeluaran terbesar membudidayakan tanaman anggota famili Araceae itu yakni penyediaan benih. Pekebun mesti merogoh kocek hingga Rp50 juta untuk pembelian 10.000 umbi masing-masing berbobot 250 g. Sebetulnya masyarakat bisa mulai menjual porang pada Mei setiap tahun. Namun, mereka memilih menjual umbi mulai Agustus karena harganya lebih bagus. (Riefza Vebriansyah)