“Semula nyaris tidak panen, kini dua kolam itu menghasilkan 16,4 ton udang vannamei“
Trubus.id—Semula Sutanto—yang bersangkutan enggan disebutkan namanya—hendak menjual enam tambak karena udang vannamei miliknya terserang penyakit Acute Hepatopancreatic Necrosis Disesase (AHPND)—akibat bakteri Vibrio parahaemolyticus pada 2023.
“Kalau panen juga rugi,” kata pembudidaya vannamei di Provinsi Jawa Tengah itu. Siapa sangka dua (seluas 2.500 m2 dan 3.000 m2) dari enam kolam itu kini menghasilkan 16,4 ton vannamei pada April 2024.
Pemanenan secara parsial dan total dengan ukuran vannamei 30,5—32 ekor per kg. Konversi pakan atau feed conversion ratio (FCR) sekitar 1,4. “Seharusnya bisa 1,2, tetapi ada kendala pakan saat itu,” ujar Sutanto.
Jika harga udang sekitar Rp80.000, maka hasil panen itu menguntungkan bagi Sutanto. Padat tebar di dua kolam berlapis alas berbahan high density polyethylene (HDPE) itu 850.000 benur.
Apa rahasia kolam udang vannamei milik Sutanto kembali menghasilkan? Ia memperbaiki sistem budi daya vannamei sebelumnya melalui pendampingan Bakti Prasetijana atau yang akrab disapa Bakti MSO.
Menurut Bakti ada 4 parameter penting pada budi daya udang. Pertama alkalinitas yakni penyangga (buffer) fluktuasi pH pada perairan yang terdiri dari ion CO3, HCO3, dan OH.
“Standar alkali minimal 150 mg/L untuk air yang bersumber dari laut dan 350 mg/dL (sumber air hasil bor),” kata Bakti.
Parameter kedua yakni pH yang menggambarkan kondisi perairan. Bakti menggunakan acuan standar pH 7,5 saat pagi dan sore 7,9. Pada standar pH itu proses osmosis cairan dalam tubuh berjalan lancar dan udang sehat. pH kurang dari 7,5 memicu penyakit-penyakit untuk menyerang udang.
Jika pH 8—8,3, penyakit menyerang udang dengan kematian pelan-pelan (mortalitas kurang dari 10%). Namun serangan mengganas karena langsung menginfeksi udang pada air dengan pH lebih dari 8,3—8,5.
Ketiga menghilangkan polutan terlarut seperti ammonium dan racun dari plankton, polutan dari bahan organik maupun anorganik, serta polutan yang mengendap yakni lumpur.
Keempat pengendalian penyakit vannamei seperti vibriosis yang kerap menginfeksi sel udang. Untuk menstabilkan empat parameter itu Bakti mengaplikasikan sistem budi daya berbasis keseimbangan asam dan basa.
Baca selengkapnya pada Majalah Trubus edisi 657 Agustus 2024 yang mengulas 7 Inovasi Agribisnis. Akses pembelian Majalah Trubus pada google play.