Trubus.id—Gulma kerap menjadi masalah bagi petani jagung (Zea mays). Alasannya tanaman penggangu itu bersaing mendapatkan cahaya, nutrisi, dan air dengan jagung Terutama saat pertumbuhan awal (3—12 daun) tanaman anggota famili Poaceae itu. Tidak heran Hamzan Wadi lazim menyemprotkan herbisida 3—4 kali per musim demi mengatasi gulma. Namun, itu cerita lampau.
Petani jagung di Desa Labuhankuris, Kecamatan Lape, Kabupaten Sumbawa, Provinsi Nusa Tenggara Barat itu, hanya menyemprot herbisida 1—2 kalisejak penghujung 2022. Rahasianya ia menggunakan benih jagung DEKALB DK95R produksi PT Bayer Indonesia.
DEKALB DK95R merupakan benih jagung bioteknologi yang mengandung Roundup Ready® (RR) yang toleran terhadap glifosat, bahan aktif dalam herbisida keluarga Roundup®.
Pendapatan meningkat
Glifosat berguna untuk pengendalian gulma dalam benih jagung tanpa merusak tanaman jagung. “Kualitas hasil panen juga lebih baik daripada pengelolaan gulma konvensional,” kata Hamzan.

PT Bayer Indonesia secara resmi meluncurkan jagung bioteknologi komersial pertamanya DEKALB DK95Rdi Desa Banggo, Kecamatan Manggalewa, Kabupaten Dompu, Provinsi Nusa Tenggara Baratpada Rabu, 26 Juli 2023.
Sejak November 2022, jagung bioteknologi itu telah diuji coba oleh 253 petani melalui program Better Life Farming (BLF) di 10 kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan.
Bayer Crop Science Country Cluster Head for Southeast Asia and Pakistan, Stacy Markovich menjelaskan, hasil uji coba jagung RR musim lalu di 5 provinsi itu menunjukkan bahwa para petani mendapatkan potensi peningkatan pendapatan hingga 30% dibandingkan dengan konvensional.
“Peningkatan pendapatan ini diperoleh dari kombinasi hasil panen yang lebih tinggi dan pengurangan biaya input,” tutur Stacy.
Pada 2022, Bayer Indonesia dan Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian menandatangani perjanjian kerjasama untuk mempercepat pengadopsian benih jagung bioteknologi itu.
Selain itu kedua pihak memfasilitasi akses dan penyebaran teknologi itu melalui ekosistem bisnis pertanian berbasis masyarakat yang disebut program Better Life Farming (BLF). Tujuannya meningkatkan produktivitas, efisiensi, dan kesejahteraan petani.
Hamzan mengakui penanaman jagung bioteknologi mengefisienkan waktu, tenaga, dan biaya. “Hasil panen jagung saya meningkat 19,7% setara 37%dari pendapatan bersih saya,” tutur petani jagung sejak 2015 itu.

Jagung bioteknologi DEKALB DK95R itu berpotensi juga menekan biaya produksi petani. Potensi pendapatan bersih petani dari penanaman jagung anyar itu mencapai Rp34,9 juta per hektare (ha) dengan biaya produksi Rp14,5 juta.
Bandingkan pendapatan petani dengan kebiasaan penyemprotan herbisida 3—4 kali hanyaRp22 juta per ha dan biaya produksi Rp16,8 juta per ha. Peluncuran DEKALB DK95R menandai awal dari rangkaian produk dan inovasi bioteknologi Bayer dalam mendukung petani.
Bupati Kabupaten Dompu, Kader Jaelani, menuturkan bahwa adanya peningkatan kebutuhan pangan dan pakan harus dipenuhi dengan budidaya yang lebih efisien.
“Oleh karena itu, prioritas Pemerintah NTB mendukung sektor pertanian kami. Kami senang bermitra dengan Bayer dalam peluncuran pertama benih jagung bioteknologi ini. Pengenalan teknologi bioteknologi pada jagung membantu meningkatkan kesejahteraan petani jagung di NTB dan mendorong swasembada pangan di Indonesia,” tutur Kader.
Ketua Komisi Tetap Ketahanan Pangan (KADIN), Prof. Hermanto Siregar, mengapresiasi upaya Bayer yang telah menghadirkan benih bioteknologi jagung ke Indonesia dan Seger Agro Nusantara yang bekerja sama dengan Bayer, menjadi pihak pembeli jagung hasil panen.
“Membentuk model bisnis closed-loop sehingga pada akhirnya para petani dan seluruh mitra dalam rantai nilai jagung mendapatkan manfaat,” kata Hermanto.