Trubus.id — Tidak hanya masyarakat di dataran tinggi yang bisa membudidayakan jamur tiram, tetapi masyarakat dataran rendah pun dapat membudidayakannya. Bahkan, strain jamur tiram dataran rendah dinilai lebih awet.
Salah satu strain jamur tiram dataran rendah yakni strain indramayu. Munadi, S.E., petani jamur di Desa Jatisura, Kecamatan Cikedung, Kabupaten Indramayu, mengatakan, strain indramayu terbilang berkualitas. Jamur memiliki ukuran yang lebih besar dan tahan lama.
“Konsumen bilang kalau jamur dataran rendah bisa tahan sampai 7 hari di lemari pendingin, yang penting jamur di dalam plastik,” kata Munadi.
Sementara itu, jamur dari dataran tinggi 2 hari di lemari pendingin sudah terlihat kurang layak konsumsi. Menurut Dr. Iwan Saskiawan, peneliti di Pusat Mikrobiologi Terapan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), jamur kualitas baik terlihat segar, tidak kering, dan kandungan airnya tidak lebih dari 85 persen.
Munadi menanam jamur tiram strain indramayu di kumbung 9 m × 15 m dengan kapasitas maksimal 15.000 baglog. Saat ini ia mengisi kumbungnya 4.000–5.000 baglog dengan rata-rata panen 20–25 kg per hari.
Menurut pekebun jamur berusia 43 tahun itu, strain indramayu cenderung lebih stabil panennya. Itu disebabkan oleh pertumbuhan jamur tidak serentak.
“Saya lebih suka seperti ini yang stabil, tidak sekali panen habis,” ujarnya.
Selain kualitas, pasar membutuhkan kontinuitas. Munadi mengatakan budidaya jamur dataran rendah harus sering menyemprot air. Suhu di dalam kumbung milik Munadi 29–34°C. Setiap pukul 11:00–15:00 WIB, Munadi menyemprot area kumbung dengan air bersih.
Penyemprotan dilakukan setiap satu jam sekali dengan durasi 5 menit. Tujuannya, menjaga kelembapan di dalam kumbung yakni 60–75 persen.