
Yeni Rosmina mendapatkan momongan setelah 19 tahun sejak kelahiran anak pertama.
Setelah putra pertama berusia 3 tahun pada 1999, Yeni Rosmina ingin mendapat momongan lagi. Namun, bertahun-tahun kelahiran April 1979 tak kunjung berbadan dua. Pengelola toko yang menjajakan kebutuhan pokok di pasar Tulangbawang, Provinsi Lampung, itu bekerja terlalu keras. Ia berangkat pada pagi hari dan kembali ke rumah pada malam. Ketika sibuk melayani konsumen, Yeni jarang makan. Pola makannya tak teratur.
Yeni justru mengidap beragam penyakit seperti mag dan kolesterol tinggi. Ia mengatasi gangguan kesehatan dengan berbagai pengobatan. Namun, kondisi kesehatannya belum membaik. Menurut dokter Ari Udiyono dari Universitas Diponegoro pembuahan atau fertilisasi terjadi jika kondisi sperma dan ovum dalam keadaan baik. Namun, kondisi fisik dan kesehatan pria dan wanita mempengaruhi pembuahaan.

Jamur dewa
Ari Udiyono mengatakan, “Kondisi yang terlalu lelah, adanya zat atau unsur yang tidak optimal, dan adanya unsur patologi mengganggu terjadinya pembuahan,” kata dokter alumnus Universitas Diponegoro itu. Yeni Rosmina dan suami mengalami kondisi itu. Mereka kerap melakukan aktivitas berat dan kondisi kesehatannya secara umum terganggu. Menurut konsultan kesehatan, dr Ipak Ridmah R, MSi, kolesterol yang diidap oleh Yeni bisa jadi salah satu masalah untuk memperoleh buah hati.
“Mengendapnya lemak pada rahim atau sekitar rahim mengurangi keberhasilan pembuahan,” kata Ipak. Menurut I Gusti Nyoman P. Sana dari Laboratorium Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Bali, dari 200—300.000.000 sel sperma hanya sekitar 300—500 yang bisa sampai ke tempat fertilisasi, dan hanya satu yang bisa membuahi telur. Pembuahan atau fertilisasi terjadi dalam 3 tahapan.
Tahap pertama adalah penetrasi corona radiata, yaitu saat sperma yang baik mampu bergerak tanpa hambatan melalui sel-sel korona. Sel korona adalah sel-sel granulosa yang melekat di sisi luar oosit dan merupakan mantel terluar ovum yang paling tebal. Tahap kedua adalah penetrasi zona pelusida—membran tebal transparan di sekitar sel telur yang dapat ditembus oleh sperma dalam proses pembuahan. Tahap ketiga proses fusi membran sperma dan membran vitelin oosit.
Pada proses itu terjadi reaksi biokimia, sperma akan memasuki ovum. Tahapan selanjutnya barulah dilanjutkan dengan pembuahan. Dari beberapa tahapan itu, tentu kedua faktor baik sperma dan ovum sangat berperan dalam proses pembuahan. Sperma yang jelek tidak akan mampu melewati saluran untuk pembuahan. Jika terdapat timbunan lemak pada sekitar ovum maka kerja sperma pun akan bertambah.

Meski sperma dalam kondisi sehat tapi jalan untuk menuju ovum sulit dilalui maka pembuahan pun sulit terjadi. Untuk mengatasi gangguan kesehatan itu, pada Maret 2014 Yeni mengonsumsi jamur dewa atas saran seorang kawan. Itu berarti 18 tahun pascakelahiran anak pertamanya. Ia rutin mengonsumsi 2 sendok makan jamur agarikus Agaricus blazei dalam bentuk cair. Frekuensi konsumsi tiga kali sehari.
Suaminya, Rohimin, juga mengonsumsi jamur dewa itu untuk memulihkan kondisi kesehatannya. Pria penjual kebutuhan pokok itu mengalami gangguan pencernaan, yakni kerap kembung. Setelah 3 bulan mengonsumsi jamur dewa, kondisi keduanya membaik. Rohimin tak lagi kembung, begitu juga Yeni yang semula acap mengalami gangguan mag dan kolesterol tinggi.
Meski demikian mereka terus mengonsumsi rutin. Ia mengurangi dosis menjadi sehari sekali. “Saya mengonsumsi agaricus untuk menyembuhkan mag dan kolesterol,” kata Yeni. Namun, pada Agustus 2014 setelah kembali ke rumah usai bepergian ke Surakarta, Jawa Tengah, Yeni merasa masa menstruasi bulanannya sudah terlewat.
Hingga beberapa bulan kemudian pada Oktober 2014 ia merasa nafsu makan hilang. Padahal, saat itu memasuki hari Idul Adha. Makanan kesukaannya, satai kambing pun terhidang. Ia yang biasanya lahap, saat itu sama sekali tak berselera. Gejala-gejala itu mendorong Yeni menggunakan tes kehamilan. Dua strip di kertas yang tampak jelas membuat Yeni girang bukan kepalang. Ia positif mengandung. Hingga pada 1 Juni 2015 Yeni melahirkan bayi laki-laki yang sehat secara caesar.
Yeni mendapatkan momongan kembali setelah menanti 19 tahun. Ia tidak menyangka memperoleh buah hati pada usia 36 tahun. Kondisi tak lazim itu Yeni alami setelah rutin mengonsumsi jamur dewa selama 6 bulan. Menurut Ipak jamur dewa kaya probiotik sehingga mampu menyeimbangkan kadar kolesterol dalam tubuh. Ipak mengatakan probiotik itu masuk ke hati melalui pembuluh vena bersamaan dengan penyerapan zat-zat gizi.

Karena hati menghasilkan hampir separuh dari seluruh kolestrol dalam tubuh, bakteri dan partikel asing lain yang diserap usus halus dibuang. Darah yang telah diperkaya dengan zat-zat gizi kemudian mengalir melalui sirkulasi umum. Setelah metobolisme tubuh lebih lancar, partikel asing dan zat yang bersifat patologis akan dibuang lewat saluran ekskresi di antaranya lewat urine. Menurut Ipak jamur dewa tidak hanya dapat memperlancar metabolisme dan menyeimbangkan kolesterol, tetapi juga meningkatkan penyerapan zat gizi.
Probiotik jamur dewa akan aktif setelah sampai di lambung dan bercampur dengan bakteri yang terdapat didalam usus besar. Perannya membantu mencerna dan penyerapan zat-zat gizi. Serapan zat gizi yang optimal salah satunya berperan terahadap kualitas sperma. Penyerapan zat gizi seperti, kalsium, seng, magnesium, dan berbagai vitamin—di antaranya vitamin C, vitamin E, dan vitamin B-12—dapat meningkatkan kualitas sperma.
“Jika kualitas sperma baik, maka pembuahan pun menjadi lebih mudah,” kata Ipak. Metabolisme tubuh yang baik menyebabkan kualitas sperma dan ovum juga baik. Akibatnya peluang terjadinya pembuahan pun lebih tinggi. Harapan menimang buah hati bagi Yeni pun menjadi kenyataan. (Muhamad Fajar Ramadhan)