Sunday, September 8, 2024

Junius Rahardjo: Membawa Herbal Ke-4 Benua

Rekomendasi
- Advertisement -
Junius Rahardjo mendirikan PT Tri Rahardja dan membesarkannya.
Junius Rahardjo mendirikan PT Tri Rahardja dan membesarkannya.

Junius Rahardjo fokus pada ekstraksi herbal untuk memasok pasar mancanegara. Permintaan tumbuh 20% per tahun.

Selama ini petani hanya memanfaatkan biji kopi dan membuang kulitnya karena menganggap tak berguna. Executive Officer PT Tri Rahardja, Junius Rahardjo, mengekstrak kulit buah kopi hasil budidaya organik dan mengekspornya ke Amerika Serikat. Ia memperoleh kulit buah tanaman anggota famili Rubiaceae itu dari Gayo, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Volume ekspor mencapai 10—20 ton per bulan. Di negeri Abang Sam, ekstrak kulit buah kopi yang kaya antioksidan itu menjadi bahan baku minuman kesehatan.

Junius juga melayani ekstraksi telur ayam dari sebuah perusahaan di Amerika Serikat. Ia memisahkan kolesterol dari kuning telur yang akan dimanfaatkan sebagai makanan bayi. Permintaannya tak tanggung-tanggung, 7.000 ton per tahun. Untuk menampung tepung telur—bahan baku ekstraksi itu—Junius membangun gudang khusus di lokasi pabriknya di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah.

Ekstraksi rimpang temulawak untuk memisahkan senyawa aktif xantorizol.
Ekstraksi rimpang temulawak untuk memisahkan senyawa aktif xantorizol.

Orientasi pelanggan
Mengekstraksi kulit kopi dan telur ayam semula memang tak terlintas di benak Junius. Karena ada permintaan dari pelanggan, Junius pun melayaninya. Itulah customisation, salah satu kunci keberhasilan Junius Rahardjo membesarkan Javaplant—merek yang dikelola oleh PT Tri Rahardja. “Jangan memaksa pelanggan menyukai produk kita. Kita harus berupaya memenuhi keinginan pelanggan,” kata alumnus University of Oregon, Amerika Serikat, itu.
Ia mengibaratkan Javaplant sebagai butik. “Kalau ada yang minta dibuatkan jas dengan kancing 10, kita buatkan.

Jangan bersikukuh bahwa jas kancingnya harus enam,” kata Junius. Itulah sebabnya ketika pelanggan meminta ekstraksi kulit kopi atau telur ayam, ia memenuhinya sesuai standar permintaan mereka. Semula Junius tak menangani ekstraksi kulit buah kopi dan telur. Intinya Javaplant mengekstrak produk sesuai keinginan para pelanggan.

Perusahaan itu kini hanya mengekstrak 20-an komoditas. Lima komoditas yang menjadi bahan baku ekstraksi dan permintaannya terbesar adalah kayumanis Cinnamomum burmanni, kunyit Curcuma domestica, temulawak Curcuma xanthorriza, jahe Zingiber officinale, dan kopi Coffea robusta. Permintaan ekstrak kayu manis mencapai 5 ton per bulan. Junius memanfaatkan kayumanis asal Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi, yang menghasilkan ekstraksi berkadar polimer 6%.

Ekstraksi kayumanis salah satu hasil Javaplant siap digunakan untuk bahan baku industri.
Ekstraksi kayumanis salah satu hasil Javaplant siap digunakan untuk bahan baku industri.

Industri di Amerika Serikat mensyaratkan kadar polimer minimal 3%. Namun, dengan teknik steaming, Junius mampu meningkatkan kadar polimer itu. Selain itu juga menekan kadar kumarin, menjadi hanya 0,1%. Pelanggan menginginkan kadar kumarin maksimal 0,7%. Kumarin bersifat karsinogenik alias memicu kanker hanya terdapat pada minyak. Junius memilih spesies Cinnamomum burmanni yang kadar minyaknya paling rendah dibanding spesies lain seperti Cinnamomum zeylanicum.

Pasar mancanegara
Kayumanis sejatinya bukan herbal primadona di industri farmasi. Kurkuminlah yang paling banyak diburu industri karena manfaatnya yang luas untuk obat, kosmetik, dan pangan. Untuk menghasilkan 1 kg kurkumin perlu 60 kg bahan baku. Pria kelahiran 27 Juni 1973 itu memisahkan senyawa kurkumin rimpang kunyit. Permintaan kurkumin mencapai 1,5 ton per bulan. Kurkumin bersifat antikanker kulit dan antikanker payudara. Ketika memisahkan kurkumin terdapat produk “sampingan” berupa turmeron yang berkhasit antipenuaan dini.

Sarana ekstraksi di PT Tri Rahardja di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Sarana ekstraksi di PT Tri Rahardja di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Industri kosmetik memerlukan turmeron antara lain untuk mengatasi bercak hitam di wajah. PT Tri Rahardja memang fokus mengekstraksi 20-an herbal. Padahal, ketika baru berdiri pada 2000, perusahaan itu mengekstrak hingga 300-an herbal. Jika kita perhatikan herbal lima besar itu berupa rimpang-rimpangan dan kulit buah kopi yang memerlukan pelarut etanol dalam proses ekstraksi. Junius memang menginggalkan ekstsraksi air.

“Ekstraksi dengan pelarut air, semua orang bisa melakukannya. Ekstraksi dengan etanol jauh lebih artistik,” ujar Junius. Yang dimaksud lebih artistik adalah banyak parameter yang dapat dimain-mainkan seperti rasio antara etanol dan air, suhu, jumlah bahan baku, durasi yang menghasilkan produk tertentu. Dalam ekstraksi perbandingan etanol dan air 90 : 10 atau berubah menjadi 70 : 30, misalnya, akan menghasilkan produk berbeda berkaitan dengan rendemen dan senyawa aktif yang terkandung di dalamnya.

Selain itu kehadiran mikrob pada produk ekstraksi air sulit dikontrol, terutama di negara tropis. Lagi pula hasil ekstraksi dengan pelarut air relatif murah. Ia menganalogikan hasil ekstraksi air mirip sayur asam. “Di hotel mewah sekali pun, sayur asam dijual paling mahal Rp50.000 per porsi. Sulit menjual sayur asam Rp300.000,” ujar Junius. Itulah sebabnya ia kini memilih mengekstraksi menggunakan pelarut etanol.

Salah satu sarana produksi di PT Tri Rahardja, mesin pengering vacuum belt drying (VBD) berguna untuk mengeringkan ekstrak dalam suhu kurang dari 20°C.
Salah satu sarana produksi di PT Tri Rahardja, mesin pengering vacuum belt drying (VBD) berguna untuk mengeringkan ekstrak dalam suhu kurang dari 20°C.

Javaplant memasarkan hasil beragam ekstraksi itu kepada industri farmasi, makanan, dan minuman kesehatan di berbagai negara seperti Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Australia, dan Selandia Baru. Pasar terbesar Javaplant justru mancanegara mencapai 95%. Kini Junius tengah menjajaki pasar di Mesir. Jika upaya memasarkan ekstraksi herbal ke Mesir berhasil, Javaplant sukses menjual ekstraksi herbal ke lima benua.

Pengalaman nol
Javaplant menghasilkan ratusan ton ekstrak dengan nilai penjualan US$24-juta per tahun sehingga merupakan produsen ekstrak herbal terbesar di Asia Tenggara. Sukses itu keruan saja bukan turun dari langit. Itu bukti kerja keras dan kerja cerdas Junius dan 100 karyawan Javaplant. Junius Rahardjo mendirikan PT Tri Rahardja bersama Purwanto Rahardjo dan Mulyo Rahardjo pada 2000. Itulah sebabnya mereka menamakan perusahaan yang kini berumur 15 tahun itu Tri Rahardja.

Purwanto, ayah Junius Rahardjo, lebih dahulu berkecimpung di bidang herbal dengan mengelola PT Marguna Tarulata APK Farma yang memproduksi produk suplemen kesehatan. Begitu juga dengan Mulyo Rahardjo, kakak Junius, yang mengelola PT Deltomed Laboratories. Adapun Junius ketika itu mengelola perusahaan teh di Pekalongan, Provinsi Jawa Tengah. “Saat itu saya tak tahu herbal, saya tak tahu apa-apa,” kata Junius. Pada awal berdiri, PT Tri Rahardja lebih banyak memasok kebutuhan PT Deltomed. “Hari pertama dibuka, Javaplant langsung jualan ke Deltomed,” kata Junius.

Lokasi PT Tri Rahardja di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
Lokasi PT Tri Rahardja di Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.

Ketika berdiri, pasar di luar Deltomed sama sekali belum ada. Pada 2003—2005 Junius mulai mencari pasar mancanegara. Ia berpameran hingga 16—20 kali per tahun di berbagai negara. Menurut Junius setelah mengikuti ekshibisi, repsons pasar hampir tidak ada. “Kita tak bisa menjual saat pameran, hanya memperkenalkan diri,” kata Junius. Industri di Amerika Serikat kemudian datang ke Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, lokasi PT Tri Rahardjo untuk mengecek sarana ekstraksi itu. Industri itu meminta 500 kg ekstrak kayumanis. Permintaan terus membubung hingga 50—70 ton per tahun.

Ia tertantang untuk memasarkan temulawak. Menurut Junius Indonesia belum memiliki herbal yang khas seperti ginseng milik Korea atau tongkat ali (Malaysia). Temulawak yang kaya xantorizol—senyawa antikanker—berpeluang untuk dikembangkan Indonesia. “Paling asyik kalau menjual komoditas yang tidak ada di negara lain seperti temulawak,” kata Junius yang rutin mengonsumsi minuman jahe dan kayumanis setiap hari untuk menjaga kebugaran tubuh.

Buah merah Pandanus conoideus salah satu komoditas baru yang tengah ditangani Javaplant.
Buah merah Pandanus conoideus salah satu komoditas baru yang tengah ditangani Javaplant.

Ahli ekstraksi
Menurut Junius industri di mancanegara lebih pragmatis dengan memesan ekstraksi. Mereka tak mau repot mengolah bahan baku hingga memproduksi suplemen atau minuman tertentu. Sebaliknya industri di dalam negeri justru ingin menangani dari hulu ke hilir. Ia mencontohkan industri minuman mengolah sendiri rimpang jahe dengan memerasnya. Proses pengolahan dengan mengepres rimpang menyebabkan masih banyak senyawa aktif yang teringgal di biomassa.

“Ampasnya itu masih bisa diekstrak karena masih mengandung minyak. Karena mereka hanya memeras rimpang,” kata Junius. Industri di dalam negeri enggan menggunakan hasil ekstraksi karena beranggapan mahal. Junius menjelaskan jika harga ekstraksi herbal Rp2-juta per kg, misalnya, para pengusaha hanya melihat harga semata. Padahal, ketika memanfaatkan ekstraksi dosis yang diperlukan sangat rendah, yakni 25 mg. Artinya 1 kg ekstraksi cukup untuk membuat 40.000 porsi sehingga biaya per porsi hanya Rp50. Dengan demikian sejatinya penggunaan ekstraksi herbal jauh lebih murah daripada mengolah sendiri.

COVER 1.pdfMenurut Junius, “Dengan ekstrak herbal yang terstandar akan lebih mudah menentukan dosis sesuai hasil penelitian klinis.” Pada tahun ke-14, Javaplant terus bertum­buh. Penjualan produk ekstrak herbal naik 15—20% per tahun. Meski permintaan kian banyak, Junius tak berminat mengebunkan beragam bahan baku seperti kayumanis, kunyit, dan jahe yang permintaannya sangat tinggi.

Alasannya Javaplant ingin menjadi ahli di bidang ekstraksi herbal, bukan dari hulu hingga hilir. Pasar yang terus tumbuh membuktikan bahwa produk ekstraksi Javaplant sesuai permintaan pasar. Junius menjaga kualitas ekstraksi yang terstandar, sejak seleksi bahan baku, pencucian bahan herbal, hingga menjadi ekstrak dengan teknologi modern dari Jerman bernama Quadra Extraction System. Produksi hari ini, esok, atau lusa hasilnya sama-sama berkualitas tinggi.

Javaplant pun menerima penghargaan dan sertifikasi sebagai bentuk pengakuan produk bermutu dari berbagai lembaga di mancanegara seperti Food and Drugs Administration, Badan Pengawasan Obat dan Makanan Amerika Serikat. Junius terus memproduksi herbal sesuai permintaan pelanggan. Itulah salah satu kunci keberhasilan Javaplant di pasar herbal internasional. (Sardi Duryatmo).

 

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Produksi Ikan Nila Milik Pembudi daya di Sumatra Barat Meningkat dengan Sistem Bioflok

Trubus.id—Pembudi daya di Kota Sawahlunto, Provinsi Sumatra Barat,  Dwi Fandy mampu menuai 450 kg dari kolam berukuran 40 m2....
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img