Gelar prestisius pertama di kontes nasional perdana.

Wahyu Ispriyantok memprediksi lou han miliknya maksimal meraih juara pertama di kelas chencu A. Harap mafhum pesaing Marwoto—nama lou han milik Wahyu—berkualitas prima. Namun, dugaan Wahyu meleset. Para juri—Hadi Senjaya, Miat Talim, dan Agus Triono—menobatkan Marwoto sebagai peraih grand champion (GC). Itu gelar tertinggi dan paling prestisius di gelaran Liga Louhan Indonesia.
Kontes pada Februari 2016 itu lomba perdana lou han pada 2016. Prestasi cemerlang Marwoto itu tentu saja membuat Wahyu bahagia sekaligus bangga. “Sebelumnya saya tidak menyangka Marwoto bisa meraih grand champion,” kata pehobi lou han asal Kratonan, Serengan, Kota Surakarta, Provinsi Jawa Tengah, itu. Gelar grand champion itu yang pertama bagi Marwoto.
Sisa sortiran

Sebelumnya Marwoto menjadi juara III kelas chencu B pada medio 2015. Lalu pada pengujung 2015 lou han sepanjang 28 cm itu meraih peringkat kedua pada kelas chencu A. Menurut Agus Triono penampilan lou han berumur 1 tahun itu bagus dari awal hingga akhir penjurian sehingga layak meraih grand champion. Juri asal Jakarta, Miat Talim, mengatakan aksesori dan anatomi ikan juara itu seperti sirip dan mutiara lengkap dan bagus.

“Lou han itu juga aktif berenang,” kata Miat. Hadi Senjaya dari Bandung, Jawa Barat, sepakat dengan Agus dan Miat. Lebih lanjut Wahyu mengatakan keunggulan Marwoto antara lain bermutiara penuh dan berkilau serta bersirip ekor lebar. Semua keunggulan dan prestasi itu menjadikan Marwoto incaran para pencinta ikan bernonong itu. Sejak Desember 2015 beberapa pehobi menyatakan ketertarikannya untuk memiliki Marwoto.
Sayang, Wahyu enggan melepas ikan ternakan lokal itu. Musababnya, ”Saya masih sayang ikan itu dan rencanaya saya juga ingin menjadi penangkar,” kata pehobi lou han sejak 2002 itu. Wahyu mendapatkan Marwoto dari pehobi asal Jakarta, Hatta Gunawan. Pada April 2015 itu Wahyu ke ibukota untuk mengunjungi Hatta. Di tempat itu ia membeli ikan untuk mengikuti kontes. Joe—adik Hatta—menyarankan Wahyu mengambil ikan seri HG-19 karena berpenampilan lebih bagus daripada yang lain.

Wahyu pun setuju dan menebus lou han seukuran 5 cm itu seharga Rp2-juta. “Harga itu tergolong wajar karena kualitas ikan juga bagus,” kata anggota klub Revolution itu. Hatta dan Joe sempat kaget sekaligus bangga mengetahui Marwoto meraih grand champion. Pasalnya ikan yang dibeli Wahyu itu termasuk lou han terakhir dari seri HG-19. Artinya lou han lain yang sedarah dengan Marwoto sudah dibeli lebih dahulu oleh pehobi lain.
Intinya ikan itu sisa sortiran dari seri HG-19. “Wahyu bisa merawat ikan itu menjadi lebih baik,” kata Hatta. Perawatan salah satu kunci sukses menjadi jawara. Wahyu memberikan pakan 4 kali sehari. Menu pakan berbeda saat jadwal makan tiba. Pagi lou han menyantap udang hidup. Pelet khusus warna dan pertumbuhan pakan untuk siang. Wahyu memberikan cacing beku ketika sore. Saat malam ia menyediakan udang atau pelet.
Melebihi target
Setiap selesai makan, Wahyu memasukkan parrot ke dalam akuarium selama 10—15 menit. Tujuannya untuk meningkatkan mental ikan kerabat siklid itu. Setiap pekan ia mengganti 75% air dalam akuarium. Sepekan menjelang lomba Wahyu menggenjot pemberian udang segar hingga 2—3 kali dalam sehari. Menurut Wahyu udang meningkatkan warna dan membentuk tubuh flowerhorn fish. Ia juga memasukkan pemanas ke dalam akuarium agar suhu air stabil di angka 29—30ºC.

Senyum kemenangan juga menghias wajah Reyvan dari tim Aries Lou han. Ikan milik pehobi asal Jakarta itu meraih gelar young champion. Sementara lou han milik Jaya Raja dari Samarinda, Kalimantan Timur, menggondol gelar baby champion. Pada kelas free marking A, Lolipop, lou han milik Andry Siswandi, menjadi kampiun. Lou han berumur 1 tahun itu bermutiara indah, bentuk tubuh bagus, dan aktif berenang.
Kontes di Whole Trade Center (WTC) Manggadua, Jakarta Utara, itu berlangsung meriah. Sebanyak 289 ikan dari berbagai daerah mengikuti kontes itu. Peserta antara lain berasal dari Bandung, Jakarta, Surakarta, dan Surabaya. “Jumlah itu melebihi target panitia yakni 260 lou han,” kata panitia kontes, Tirtadjaja Widjaja. Yang beda dari kontes ini yakni sistem penjurian yang daring atau online. Pemilik lou han bisa melihat skor langsung lewat laman Persatuan Pencinta Lou han Indonesia. (Riefza Vebriansyah)