Trubus.id–Kandang ayam broiler berbasis Internet of Things (IoT) membantu pemeliharaan ayam secara otomatis. Peternak di Kabupaten Subang, Jawa Barat, Heri Firmansyah, misalnya. Pada awal 2020 ia menerapkan sistem kandang cerdas untuk ayam ras pedaging itu.
Heri menggunakan sistem smart farming atau kandang cerdas selama dua musim pembesaran. Hasilnya indeks performa (IP) mencapai 389. Tanpa menggunakan kandang pintar nilai IP lebih rendah hanya 365.
IP adalah persentase rata-rata ayam hidup dikali ratarata bobot dibagi umur dikali Feed Conversion Ratio (FCR) dikali 100%. Makin tinggi IP makin baik. Bahkan, pada uji coba kedua, nilai IP melonjak hingga 424.
Peningkatan cukup signifikan dibandingkan dengan musim pertama dan tanpa kandang pintar. Uji coba menggunakan kandang berukuran 14 m x 120 m berpopulasi 25.000 ekor.

Heri mendapatkan fasilitas itu bekerja sama dengan PT Sierad Produce (kini menjadi PT Sreeya Sewu Indonesia). Manajer Pengembangan Bisnis PT Sreeya Sewu Indonesia, Melvin Winata S.T., menuturkan teknologi sensor dan IoT pada sistem kandang tertutup amat penting dalam industri peternakan ayam broiler.
Sebab, suhu dan kelembapan ideal terus berubah seiring bertambahnya umur ayam. Apalagi di lapangan rata-rata pegawai atau peternak mesti memantau 2—3 kandang. Manajemen serba otomatis lebih memudahkan pengurus kandang.
Seiring bertambahnya umur, kebutuhan suhu dan kelembapan yang dikehendaki ayam berbeda. Melvin mencontohkan, umur Day Old Chick (DOC) atau ayam berumur 0—6 hari menghendaki suhu 34oC dan kelembapan 30— 50%.
Semua indikator itu bisa diatur pada sensor. “Kecepatan kipas akan disesuaikan dengan suhu yang dikehendaki ayam tergantung pada umurnya,” kata Melvin.
Secara umum makin besar umur ayam, kipas akan semakin kencang. Sebab, ayam butuh suhu yang lebih rendah seiring bertambahnya umur.