Trubus.id — Salah satu yang menjadi momok bagi petani kubis adalah hama ulat. Jika tidak segera melakukan penanganan dengan tepat, petani bisa gagal panen. Berikut ini dua jenis ulat hama yang sering menyerang kubis serta cara penanganannya dengan mudah.
Ulat Plutella xylostella
Ulat Plutella xylostella musuh utama kubis. Tanaman kubis berumur satu bulan bisa habis hanya dalam 3–5 hari. Rony Bachtiar Setyabudi, periset dari Jurusan Proteksi Tanaman Universitas Jember, meracik pestisida nabati dari akar kenikir Tagetes patula.
Rony mencuci bersih akar kenikir dan mengeringanginkan selama sepekan. Lalu, ia menghaluskan dengan pelumat hingga menjadi serbuk dan mengayaknya. Periset itu melarutkannya dalam akuades, mendiamkan selama 24 jam, dan menyaringnya.
Rony mencampurkan ekstrak dengan 0,01 ml triton sebagai pengemulsi dan mengaplikasikannya. Hasilnya 86,7% larva P. xylostella mati setelah penyemprotan 5 mg ekstrak akar kenikir per 100 ml air dalam waktu 24 jam.
Cara selanjutnya bisa menggunakan penelitian dari Martina S. Lestari, dosen Jurusan Kimia, Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur. Ia memanfaatkan sirih sebagai bahan pestisida organik.
Hasil penelitian menunjukkan potongan daun kubis segar yang dicelupkan pada ekstrak sirih dengan konsentrasi N-heksan 4.000 ppm mampu mematikan 85% ulat plutella selama 72 jam pascaperlakuan.
Hasil itu lebih tinggi ketimbang daun kubis yang dicelupkan ke dalam larutan deltametrin berkonsentrasi 6 cc per liter yang hanya mampu membunuh 22% ulat pultella pada waktu sama.
Ulat Crocidolomia pavonana
Harlina Kusuma Tuti dan tim dari Departemen Proteksi Tanaman, Institut Pertanian Bogor, memanfaatkan insektisida nabati untuk mengendalikan ulat Crocidolomia pavonana. Ekstrak biji srikaya (0,015%) paling efektif memberantas larva hingga mortalitas 100% pada 72 jam pascaperlakuan. Ekstrak bunga kipait (5%) mematikan 88% larva pada 144 jam pascaperlakuan, sedangkan daun belimbing wuluh (5%) hanya 40%.
Biji srikaya mengandung asetogenin berupa squamosin dan asimisin sebagai racun perut. Senyawa aktif itu memengaruhi penyerapan makanan sehingga menghambat perkembangan larva.