Kolam kaca berkapasitas 30 m3 dibangun alumnus Fakultas Ekonomi Universitas Atmajaya itu di selasar depan rumahnya di Karangmulya, Ciledug, Kabupaten Tangerang. Leo paling suka menikmati liukan koi-koi itu dari dalam rumah, di dekat dapur sambil duduk santai. Dekat dapur? Maklum kaca setebal 2 cm memang sengaja dipasang di sisi kolam yang menghadap ke dapur.
Namun, sesungguhnya harta karun Leo ada di bangunan seluas 500 m2 berjarak 10 m dari kolam kaca. Di bangunan berlantai kayu itu terdapat 9 kolam koi. Kolam paling besar berukuran 18 m x 7 m memanjang di tengah-tengah ruangan. Seratus dua puluh koi seperti tancho, showa, kohaku, dan kujaku berukuran 45 – 70 cm hidup di sana. Kolam itu dikelilingi kolam lain berukuran 3 m x 5 m dan 2 m x 2 m. Semua kolam beton itu berkedalaman 2,2 m. Kolam lain rata-rata diisi 30 – 40 ikan berukuran 35 – 60 cm dan 20 – 25 cm.
40 mati
Leo masih memiliki kolam lain berjarak 200 m dari rumah. Kolam itu berbentuk bulat dan mengitari gazebo bergaya Eropa klasik bercat putih. Lumut tampak memenuhi pinggiran kolam berkapasitas 100 m2 dan berkedalaman air 1,1 m itu. Sebanyak, 40 koi berukuran di atas 45 cm yang menghuni tampak sehat.
Sebelumnya Leo mempunyai pengalaman pahit. Pada 2002 sebanyak 40 koi mati dalam sepekan di kolam kaca. Salah satunya koi sepanjang 70 cm yang telah dirawat 9 tahun. ‘Koi itu mati karena ada ikan baru yang terserang herpes dan tidak dikarantina,’ katanya. Managing director PTHasana Damai Putra itu menghabiskan puluhan juta rupiah untuk mengobati koi-koi yang sakit itu.
Kejadian buruk itu melecut rasa ingin tahu Leo. Makanya setiap kali berlibur ke Singapura, ia berburu buku koi. Pun berkonsultasi dengan pakar koi di tanahair. Hasilnya, koi-koinya hidup sehat. Seiring itu pula koinya bertambah hingga 400 ekor. Jumlah itu masih akan bertambah. ‘Bapak masih mau membangun kolam koi lagi,’ kata Diana, sang istri.
Hampir semua koi koleksi pria berkulit putih itu berkualitas kontes sehingga sering menjadi juara. Contoh pada Desember 2007. Dari 8 ekor ukuran 40 – 50 cm yang turun di kontes All Koi Show 2007 di Jakarta, 4 ekor di antaranya menyabet juara. ‘Sanke dan kohaku juara pertama, sedangkan tancho juara kedua,’ tutur Leo yang juga distributor beras.
Pada kontes serupa setahun kemudian di Kemayoran, Jakarta Pusat, 3 koi: ochiba, kujaku, dan goshiki, sukses mendulang kampiun di kelas masing-masing. Prestasinya juga mencorong di kompetisi dunia. Pada Young Koi Show 2009 di Jepang, 8 koi yang diikutsertakan kelahiran Jakarta 45 tahun silam itu meraih peringkat 1 – 3. Contoh koromo ukuran 28 cm dan utsurimono 18 cm, keduanya juara ke-1.
Filter sederhana
Itu bukti koi-koi koleksi Leo berkualitas. Rahasianya? Sistem filter setiap kolam mencapai 40 – 50%. ‘Semakin besar porsi filter akan mempermudah kerjanya menyaring kotoran dan sisa pakan. Itu terutama pada kolam padat tebar,’ ujar Winarso, praktisi koi di Jakarta Barat. ‘Minimal ukuran filter 30% dari kapasitas kolam,’ tambahnya.
Leo memadukan filter biologis berupa bioball dan karang serta kimia memakai zeolit. Kolam besar, misalnya, memiliki 13 chamber masing-masing berukuran 1 m x 1 m. Posisi chamber itu di samping sisi terpanjang kolam. Bagian dasar 4 chamber pertama diberi 70% bioball lalu ditutup 30% karang. Pada dasar 4 chamber berikutnya diberi 70% bioball dan 30% zeolit. Empat chamber berikutnya diisi seperti 4 chamber pertama. Chamber terakhir, ke-13, diisi bioball dan zeolit.
Dasar kolam dibuat cembung agar memudahkan pembuangan kotoran dan sisa pakan. Di sana terdapat 10 flow drain masing-masing berukuran 20 cm x 20 cm. Di pojok atas sisi kanan kolam ditaruh pompa berkekuatan 400 W yang bakal mendorong air masuk ke 5 flow drain pertama. Pompa berkekuatan serupa di sisi kiri pojok bawah untuk menarik air ke 5 flow drain berikutnya. Dari flow drain, air mengalir ke chamber pertama melintasi pipa berbentuk huruf Sberdiameter 7,5 cm.
Air mengalir sampai ke chamber terakhir. Dari chamber itu dengan bantuan pompa arus berkekuatan 700 W air menyembur masuk ke kolam sehingga tercipta gelembung udara. Posisi pompa yang dibuat berhadapan dan menyilang itu juga menciptakan perputaran air sehingga oksigen terlarut dalam air meningkat. Dampaknya koi tumbuh optimal. Untuk mencapai panjang 60 cm dari ukuran 20 cm hanya perlu waktu 2 tahun.
Filter dibersihkan bergiliran setiap bulan per kolam dengan menarik pipa di dekat chamber. Air buangan itu mengalir ke-3 kolam lain di belakang rumah yang masing-masing berisi nila Oreocromis niloticus, gurami Osphoronemus gouramy, dan kura-kura brasil red ear slider.
Perlakuan lain: pakan. Leo rutin memberi pakan 4 kali sehari dengan menu beragam. Pada pukul 08.00 WIB, pakan mengandung pencerah warna. Tiga jam berikutnya, pakan berupa ulat sutera Bombyx sp. Pakan pertumbuhan diberikan pukul 13.00. Selanjutnya white jam pada sore hari. Sistem filter sederhana dan jadwal pakan teratur itu membuahkan kesenangan dan prestasi. (Lastioro Anmi Tambunan)
Ilustrasi Bahrudin
Rancang Bangun Kolam Koi Leonardus
13 m
Pompa
Karang
Bioball
Zeolit
Bioball
Karang
2,20 m
Bioball
Zeolit
Bioball
Leonardus getol mencari koi berkualitas
Sembilan kolam lain di ruangan 500 m2
Kolam kaca berkapasitas 30 m3
ikan hias
Trubus 479 – Oktober 2009/XL
133