Trubus.id — Kementerian Pertanian mengambil langkah strategis menjaga ketersediaan, keterjangkauan pupuk, dan optimalisasi penyaluran pupuk bersubsidi untuk petani.
Menurut Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertanian, langkah strategis diambil sebagai sikap untuk mengatasi kenaikan harga pupuk. Salah satu pemicu kenaikan harga pupuk adalah perang yang terjadi antara Rusia dan Ukraina.
Rusia merupakan salah satu produsen minyak dan gas dunia sehingga embargo ekonomi menyebabkan berkurangnya pasokan energi secara global. Tentu hal itu berpengaruh terhadap kenaikan harga minyak dan gas yang ikut memicu kenaikan harga pupuk.
Selain itu, menurut Syahrul pembatasan ekspor bahan baku pupuk salah satunya dari Cina, seperti fosfor dan kalium, turut memicu kelangkaan di pasar global dan menyebabkan kenaikan harga pupuk secara global.
Syahrul mengatakan, satu langkah strategis yang diambil yakni dengan melakukan perubahan kebijakan pupuk bersubsidi sebagai hasil pembahasan dengan seluruh pihak terkait termasuk Panja Pupuk Bersubsidi melalui Permentan No. 10/2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian.
“Perubahan kebijakan pemerintah dalam Permentan No. 10/2022, meliputi perubahan jenis pupuk semula urea, SP36, ZA, NPK, organik menjadi urea dan NPK. Kemudian, perubahan peruntukan menjadi melakukan usaha tani dengan lahan paling luas 2 hektare untuk 9 komoditas pangan pokok dan strategis, seperti padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu rakyat, kopi dan kakao,” jelas Syahrul, dikutip dari laman Kementerian Pertanian.
Mekanisme pengusulan alokasi pupuk bersubsidi dilakukan dengan menggunakan data spasial atau data luas lahan dalam sistem informasi manajemen penyuluh pertanian (Simluhtan), dengan tetap mempertimbangkan luas baku lahan sawah yang dilindungi (LP2B). Penyaluran pupuk bersubsidi akan lebih tepat sasaran dan akurat.
Syahrul juga mengajak petani untuk memanfaatkan KUR guna memaksimalkan efisiensi penggunaan pupuk.
“Hal ini harus dilakukan karena produktivitas padi indonesia menduduki peringkat 2 dunia,” kata Syahrul, saat Rapat Koordinasi Perubahan Kebijakan Pupuk Bersubsidi Tahun 2022.