
Renyah, sehat, dan tanpa digoreng.
Sudah elok, enak pula. Itulah kesan pertama saat mencicip keripik sayur bikinan Melfanny Fonna. Fanny, sapaan akrabnya, mengemas begitu apik produk bikinannya dalam toples bening. Beragam sayur mayur menjadi pengisi toples. Cita rasa keripik berbahan baku sayuran segar itu menggugah selera. Teksturnya garing dan kering dengan cita rasa otentik. Yang menarik, keripik sayuran itu tanpa bahan pengawet, pun tambahan penyedap rasa dan pemanis buatan.
Karena itu keripik bikinan Fanny bisa dinikmati segala usia seperti balita, pelaku diet, manula, hingga penyandang autisme. Sayur yang dijadikan keripik antara lain brokoli, wortel, labu, bawang merah, jamur, kacang panjang, terong, ubi ungu, dan okra. Wanita berusia 27 tahun itu melempar produk keripik andalannya dengan merek Harvest Crisps. Selain sayuran, Harvest Crisps juga meluncurkan olahan keripik buah seperti pisang dan apel.
Premium

Menurut Fanny keripik sayur dan buah menjadi andalan ibu rumah tangga untuk menjaga asupan gizi bagi buah hati yang enggan makan sayur dan buah. Oleh sebab itu Fanny menjaga betul kualitas produk, mulai dari pemilihan bahan baku, proses produksi, hingga pengemasan. Ia memilih sayur dan buah yang matang, segar, dan berpenampilan menarik. “Pemilihan bahan yang sembarangan membuat produk akhir menjadi kurang bagus, baik warna maupun rasa,” kata Fanny.
Kedisiplinan menentukan mutu bahan baku membuat keripik bikinan Fanny memiliki penampilan mirip dengan buah segar. Prinsip pembuatan keripik adalah menghilangkan kadar air dalam buah menggunakan alat penggoreng vakum atau vacuum fryer. Fanny menggunakan dua mesin untuk memproduksi keripik. Masing-masing mesin berkapasitas 25 kg dan 50 kg. Untuk mendapatkan 60 kg keripik Fanny membutuhkan 100 kg bahan segar. Untuk kebutuhan bakan baku ia masih mengandalkan pasokan sayur dan buah dari toko maupun pasar-pasar modern.

Fanny memilih menggunakan penggorengan vakum untuk memproduksi keripik karena menghasilkan produk bebas minyak. Selain itu, keripik yang dihasilkan tidak kehilangan warna alaminya. Itu lantaran penggorengan vakum menyedot kandungan air pada bahan baku dan menghasilkan tekanan secara bersamaan. Keripik matang pada suhu pengeringan sangat rendah. Karena itu risiko gosong atau perubahan warna bisa dihindari. Keripik yang dihasilkan pun lebih tahan lama.
Fanny mengemas keripik sedemikian rupa dalam balutan toples bening berdesain apik. Hasilnya, keripik tampil berkelas dan premium. Dalam satu toples ada yang berisi satu jenis sayur maupun buah. Adapula toples berisi campuran buah dan campuran sayur. Dengan begitu konsumen bisa memilih sesuai selera. Selama proses produksi Fanny tidak menambahkan penyedap rasa maupun gula. “Sehat dan alami merupakan keunggulan produk kami,” kata Fanny.

Ermi Sukasih, S.TP., M.Si., peneliti madya dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen di Kota Bogor, Jawa Barat, menuturkan pengolahan sayuran dan buah menjadi produk baru yang tahan lama merupakan terobosan untuk mengatasi banjirnya produk hortikultura. Upaya itu juga meningkatkan harga jual sayur dan buah saat panen raya. Keripik sayur dan buah juga menjadi pilihan tepat bagi konsumen yang menginginkan gaya hidup sehat, tetapi tetap makan enak.
Terkenal
Fanny tidak mengira keripik besutannya bakal diminati banyak orang. Semua bermula dari kebingungan sang kakak yang kesulitan memberikan asupan sayuran pada buah hatinya. Fanny lantas tertarik membuat keripik sayur. Tak disangka produk coba-coba itu rupanya disukai oleh teman-teman Fanny. “Dari mulut ke mulut akhirnya keripik sayur itu dikenal konsumen,” kata Fanny. Akhirnya pada 2010, ia memberanikan diri untuk serius merintis bisnis keripik. Wanita ramah itu membidik konsumen yang memiliki keinginan hidup sehat.

Lambat laun produk Fanny mulai dikenal publik pada 2015. Fanny mengikuti pameran dan bazar untuk menjaring konsumen. Ia mempersilakan pengunjung untuk mencicipi produknya gratis. Produk semakin laris manis usai dipasarkan lewat media sosial dan situs jual beli. Pada awal penjualan konsumen masih asing dengan keripik sayur. “Ada yang takut mencoba lantaran khawatir kandungan gizi yang sedikit,” kata Fanny. Ia lantas menjelaskan pada konsumen bahwa keripik buatannya diolah tanpa digoreng.
Fanny menuturkan bisnis keripik sayur dan buah menjanjikan, meskipun tergolong industri rumah tangga. Itu terbukti dari penjualan produk yang mencapai 2.500—3.000 toples sebulan. Ukuran toples bervariasi antara lain berkapasitas 110 gram, 250 gram, dan 600 gram. Keripik sayur dan buah nan segar itu kini menghiasi sejumlah pusat perbelanjaan ternama di Jakarta, Surabaya (Jawa Timur), Tangerang (Banten), dan Bali. Meskipun penjualan produk sudah cukup memuaskan, tetapi Fanny masih giat mendongkrak volume penjualan. “Masih banyak masyarakat yang belum mengenal produk kami,” ujarnya. (Andari Titisari)