Gabriella menjadi sansevieria terbaik di kelas hibrida utama.

Sosok gabriella memang elok. Daun-daunnya bulat, tebal, berwarna keperakan, dan sangat sehat. Permukaan daun berwarna keperakan itu berhiasi cincin dan alur berwarna hijau gelap. Penampilannya kian menarik lantaran belasan anakan mengelilingi tanaman induknya dengan rapi. Keelokan sansevieria itu memesona para juri yang terdiri atas Sapto Nugroho dari Surabaya, Muhammad Hatta (Jakarta), dan Febri (Magelang).
Mereka sepakat menobatkan sansevieria koleksi Ista asal Wonosobo, Jawa Tengah, tampil sebagai juara. Gabriella menyisihkan 24 tanaman pesaingnya di kelas hibrida utama mix. Menurut Muhammad Hatta sang pemenang memiliki penampilan paling menarik di kelasnya. Susunan daun sangat rapi dan kompak. Corak dan warnanya pun paling menonjol dibandingkan dengan pesaing lain.
Pernah juara
Motif hijau tua gabriella kontras dengan dasar daun yang berwarna keperakan. Anakan-anakan mengelilingi sang induk secara merata sehingga tampak indah secara keseluruhan. “Itulah yang membuat nilai kesan pertama sansevieria itu cukup tinggi, “ ungkap Atha panggilan akrab Hatta. Sejatinya gabriella bukanlah hibrida baru. Sansevieria sejenis pernah meraih juara di kontes yang diselenggarakan Trubus di Taman Anggrek Indonesia Permai (TAIP) pada 2010.

Saat itu sansevieria hibrida belum banyak, tetapi gabriella mampu menjadi juara mengalahkan jenis-jenis lama. Pada kontes di Magelang, Jawa Tengah, gabriella bersaing ketat dengan sansevieria hibrida di pot bernomor 94 koleksi Bangmang Trinil asal Ngawi, Jawa Timur. Sansevieria hibrida itu juga sangat menarik. Penampilannya terlihat kokoh, besar, dan sehat. Letak daun pun simetris.
Namun penampilan gabriella secara keseluruhan lebih menarik daripada koleksi Bangmang sehingga harus puas sebagai juara ke-2. Menurut Bangmang hibrida itu hasil persilangan doris pfennig dengan pinguicula pada 2014. Dari sekitar 20 biji, hanya dua yang dipelihara hingga besar, termasuk sang juara. Kebahagiaan Ista kembali bertambah lantaran koleksinya di pot bernomor 07 tampil sebagai pemenang ketiga.
Pada kontes itu juga dipilih sansevieria favorit penonton, yang diraih hibrida silangan cordova dan downsii milik Bangmang Trinil. Hibrida bernama manny pacquiao itu hasil silangan Santoso di Wonosobo pada 2013. Manny pacquiao memiliki sosok kekar dan jantan, daun-daunnya simetris sehingga rapi. Nama sansevieria itu mengadopsi nama Manny Pacquiao petinju legendaris Filipina, juara dunia pada 7 kelas berbeda. Sansevieria manny pacquiao mewarisi sifat cordova yang kokoh sehingga tidak mudah tumbang meski terus meninggi terus bertambah.
Tingkatkan ekonomi
Kontes sansevieria di Magelang itu diselenggarakan Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah. Lomba adu cantik itu diikuti 219 sansevieria yang bertanding pada 6 kelas, yaitu kelas variegata madya mix, variegata small, hybrid small round leaf, hybrid small flat leaf, hybrid madya mix, dan hybrid utama mix. Perhelatan komunitas sansevieria itu berlangsung meriah.

Hampir semua kolektor andal dari berbagai daerah turut memeriahkan kontes itu. Pehobi dari berbagai kota di antaranya Surabaya, Sidoarjo, Mojokerto, Malang, Situbondo, Ngawi, Kediri, (Jawa Timur), Surakarta, Semarang, Karanganyar, Temanggung, Wonosobo, dan Magelang (Jawa Tengah), Yogyakarta, dan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, (Jabodetabek) memeriahkan acara itu.
Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jawa Tengah, Ir. Yuni Astuti, sansevieria diharapkan dapat menjadi penarik ekonomi masyarakat di luar komoditas padi, jagung, kedelai (pajale). Oleh karena itu, merupakan produk spesifik, maka kita menyentuh komunitasnya. Dinas mendorong agar komunitas itu tetap maju sehingga banyak menarik minat masyarakat untuk menggeluti. (Syah Angkasa)