Cara memerahkan mangga yuwen dan melebatkan mangga mahatir.
Lima buah mangga yuwen seukuran 20 cm bergelantungan di cabang pohon. Djoko Roseno menanam pohon Mangifera indica itu di pot. Warna buah yang merah terang amat kontras berpadu dengan hijau daun. Mangga yuwen memang istimewa. Kulit buah berwarna merah saat matang. Aroma yang harum membuat mangga itu menjadi salah satu incaran kolektor tabulampot.
Apalagi daging buahnya tebal, berwarna kuning dengan sedikit serat, dan berbiji tipis. Derajat kemanisannya mencapai 230 briks. Tanaman yuwen pun mudah berbuah. Setelah panen dan pemangkasan pada tunas-tunas air, dua bulan kemudian bunga muncul kembali. Djoko tiga kali panen dari mangganya yang berumur lima tahun dalam setahun. Seolah mangga itu berbuah susul-menyusul.
Sinar matahari
Yuwen tentu tak sempurna. Kekurangannya kematangan buah tidak serempak. Di sebuah pohon ada buah yang muda, setengah matang, dan matang. Meski demikian para pehobi tetap memburunya. Djoko, misalnya, memperbanyak tanaman mangga yuwen itu dengan cara okulasi dalam jumlah terbatas. Penampilan mangga yuwen di halaman rumah Djoko itu “aneh” karena sekujur buah merah cerah.
Pehobi lain yang menanam yuwen memetik buah dengan warna merah gelap. Yuwen memang bukan mangga asli tanahair. Ia datang dari Taiwan. Itulah sebabnya pohon mangga yuwen cenderung memasuki fase generatif pada November—Januari. Pada bulan itu di Indonesia paparan sinar matahari relatif singkat karena musim hujan. Menurut Ir Rebin warna merah pada kulit buah mangga, termasuk yuwen, dibentuk oleh antosianin.
Peneliti buah mangga dari Balai Penelitian Tanaman Buah, Kebun Percobaan Cukurgondang, Pasuruan, Jawa Timur, itu mengatakan antosianin terbentuk saat kulit buah mendapat sinar matahari secara cukup. Oleh karena itu buah-buah yang terlindung oleh daun—biasanya dalam tajuk—tidak akan berwarna merah secara nyata. Untuk itu Rebin menyarankan untuk memangkas cabang-cabang kecil dan membuang daun yang menutupi buah. “Pokoknya, usahakan buah terkena sinar matahari penuh,” lanjut Rebin.
Rahasia Djoko Roseno mampu memerahkan yuwen antara lain pemanfaatan pupuk kandang kotoran kambing kering. Pehobi tabulampot di Serpong, Kota Tangerang Selatan, Provinsi Banten, itu memberikan pupuk kandang itu saat tanaman mulai berbunga dan setelah panen buah. Dosis pupuk 6 kg per tanaman. Selain itu ia juga menyiram hingga 5 liter air per pohon.
Ketersediaan air menjadi prioritas utama dalam perawatan tanaman. Ketika tanaman mulai berbunga—biasanya bertepatan dengan musim kemarau—Roseno menyiram tanaman setiap hari. Volumenya tetap 5 liter, tapi frekuensi penyiraman tergantung kondisi cuaca. Saat panas terik, ia menyiram 2 kali sehari. Pehobi itu menempatkan tanaman buah dalam pot (tabulampot) di halaman rumah seluas 20 m x 15 m.
Sinar matahari—terutama saat pagi—leluasa menerobos tajuk pohon. Di halaman 300 m2 itu hanya tumbuh 6 pohon sehingga yuwen leluasa mendapat sinar matahari. Sirkulasi udara yang bagus sehingga hama dan penyakit jarang menyerang tanaman.
Lebatkan mahatir
Jenis mangga lain yang menjadi incaran pehobi tabulampot adalah mahatir. Mahatir berukuran sangat besar, bobot buah matang normal mencapai 3 kg bahkan lebih. Daging buah tebal mencapai 5 cm dengan berbiji tipis. Itu yang menyebabkan Eko Tri Sulistyo tertarik mengoleksi mangga dengan nama mantan perdana menteri Malaysia itu.
Pemilik nurseri Lana Usaha memiliki mangga mahatir yang berbuah lebat, 65 buah dengan bobot rata-rata 2 kg per buah. Menurut penangkar tanaman buah asal Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, itu mahatir mulai berbuah pada umur tiga tahun. Bunga muncul pada awal musim hujan sekitar Oktober.
Buah pertama berbobot rata-rata 3,6 kg per buah. Karena ukuran besar, alumnus Fakultas Pertanian Universitas Mercubuana Yogyakarta itu mencoba melebatkan buahnya. Ia memangkas dengan membuang sedikit pucuk dari semua cabang terluar, yang tidak berbuah dan cabang yang buahnya rontok. Ia melakukannya sebelum panen dan masih menyisakan tangkai buah. Tujuan pemangkasan untuk memicu tumbuhnya tunas baru yang serempak.
Pemangkasan
Setelah pemangkasan Eko Tri Sulistyo memberi pupuk NPK berimbang untuk mempercepat tumbuhnya tunas baru. Selain itu dilakukan juga pemangkasan untuk merangsang tumbuhnya bunga secara serempak. Ia memangkas cabang-cabang yang pertumbuhan tunasnya kurang sehat. Biasanya cabang itu berada di sisi dalam tajuk terluar. Demikian pula dengan tunas-tunasnya baru yang kurang mendapatkan sinar matahari. Waktu pemangkasan pada awal musim kemarau. Pada saat itu juga diberikan pupuk kandang dan pupuk KNO3 untuk mendorong fase generatif.
Upaya memperlebat mangga mahatir itu membawa hasil. Pada musim panen 2015 Eko memetik 65 buah dengan berat rata-rata 2,5 kg dari sebuah pohon. Beberapa di antaranya bobotnya di bawah rata-rata ukuran normal 3 kg. Ia menduga curah hujan tinggi selama proses pematangan buah. “Mangga mahatir memerlukan banyak sinar matahari dan air untuk menghasilkan buah yang berkualitas tinggi,” ujar Eko.
Kondisi musim yang tidak menentu mempengaruhi kondisi buah yang tidak dapat dikendalikan oleh manusia. Intensitas hujan tinggi menyebabkan bunga rontok sehingga mengurangi jumlah produksi buah. Eko juga menyarankan penggunaan koran bekas atau sak semen sebagai pembungkus buah selama proses pematangan supaya terhindar dari serangan lalat buah. (Muhammad Hernawan Nugroho)