Trubus.id—Budi daya melon dengan sistem agrowisata menjadi pilihan Mukhamat Ngizzudin. Pemuda asal Kabupaten Purworejo, Provinsi Jawa Tengah itu budi daya puluhan ribu tanaman melon.
“Ada tanaman yang sedang pada masa vegetatifnya, ada pula yang sudah berbuah,” ujar pemilik Raffas Garden itu.
Area tanaman yang tengah berbuah menjadi spot favorit bagi pengunjung yang berdatangan dari berbagai kalangan dan usia. Mereka antusias memanen melon dan asyik berswafoto.
Pengunjung memetik melon yang ranum lantas membayar seharga Rp30.000 per kg. Harga yang ditetapkan berlaku sama untuk semua jenis melon yang ditanam.
Agar panen berkesinambungan, ia mengatur pembuahan. Setidaknya terdapat 3.000 tanaman yang dipanen saban bulan. Populasi itu setara 3 ton melon.
Saat panen tiba, Mukhamat pun gencar melakukan promosi melalui media sosial. Ia menuturkan bahwa 3 ton melon itu dapat terjual dalam waktu 3 hari.
Mukhamat mendesain rumah tanam (green house) melon itu dengan sangat teliti. Sirkulasi udara lancar sehingga pengunjung bentah. Akses jalan antar barisan tanaman pun lebar, sehingga pengunjung nyaman beraktivitas.
Para pengunjung Raffas Garden itu memetik langsung melon siap panen menggunakan gunting khusus yang tersedia. Dengan gunting di tangan kanan, pengunjung memutus tangkai buah, sedangkan tangan kiri memegang buah.
Selanjutnya buah itu diletakkan pada keranjang dan ditimbang. Mukhamat menuturkan sejatinya kebun melon itu sudah beroperasi skala produksi sejak 2023. Ia optimis mampu menjual seluruh hasil panen tanaman famili Cucurbitaceae itu.
“Terkadang menerapkan sistem diskon untuk menarik minat pengunjung. Diskon 10% untuk berapa pun melon yang dibeli,” ujar pria 28 tahun itu.
Selain itu, Mukhamat juga memberikan edukasi kepada pengunjung tentang jenis melon yang ditanam. Dalam berkebun melon ia pernah mendapatkan pengalaman tak terlupakan.
Pada Maret 2024, Mukhamat memanen 1.600 tanaman melon dengan jenis fujisawa dan sagami. Total volume panen sekitar 1,8 ton dengan harga jual Rp25.000 per kg.
“Harga jual lebih murah karena panen perdana dalam format agrowisata,” ujarnya.
Seluruh panen itu ludes dalam waktu 5 jam saja. Mukhamat berhasil memeroleh pendapatan Rp45 juta.
Pengunjung menyukai melon yang dipanen Raffas Garden, karena berkualitas premium dengan cita rasa manis. Pengalaman itu kian meneguhkan hati Mukhamat dalam beragrowisata melon.
Sejatinya, ia beberapa kali memeroleh tawaran untuk memasok buah di pasar swalayan. Namun, belum berani memenuhi permintaan itu, lantaran pasokan buah terbatas.
Kini ia mengebunkan melon di dalam 3 rumah tanam. Dua rumah tanam berukuran sama yakni 13 m x 95 m, sedangkan satu rumah tanam berukuran lebih luas yakni 15 m x 100 m.
Jenis melon yang ditanam beragam seperti fujisawa, sagami, inthanon, dalmatian, golden emerald, kirani, adinda, dan sweet net. Ia menerapkan sistem tanam bergilir untuk masing-masing jenis melon.
Tujuannya agar pengunjung tidak bosan. “Dua jenis melon yang selalu tersedia yakni kirani dan adinda,” ujarnya. Kedua jenis melon itu memiliki peminat yang cukup banyak.
Sebagai gambaran kapasitas satu rumah tanam mampu menampung 3.000 tanaman, maka sekitar 30% dari seluruh populasi adalah adinda dan kirani.