Trubus.id—Kyuri alias mentimun di Jepang terbilang sayuran premium , sebab harga terendah 100—1.000 yen setara Rp100.000 per kg. Sebuah harga yang fantastis. Prefektur Okinawa menjadi salah satu pusat budidaya mentimun di Jepang.
Okinawa merupakan salah satu basis pertanian di Jepang karena beriklim lebih hangat dibanding wilayah lain di Negeri Sakura. Timun Jepang memerlukan perlakuan khusus di dalam greenhouse.
Harap mafhum, saat musim dingin hampir semua lahan di luar ruangan tertutup salju sehingga tanaman gagal berbuah optimal. Belum lagi angin taifun yang melanda Jepang 2—3 kali setahun. Sebelum menanam kyuri para petani di Okinawa membajak tanah dan membiarkan selama sepekan untuk menetralkan tanah.
Mereka memberian pupuk dasar berupa 10 ton kompos atau taihi dalam bahasa Jepang per 500 m2 .Mereka kemudian mencampur tanah agar merata dan membuat bedengan selebar 1,2 meter dan panjang 32 meter.
Sistem pengairan tepat di atas bedengan sebelum memasang mulsa plastik. Lubang tanam berjarak 50 cm di bagian tengah bedengan. Sebuah guludan terdiri atas satu baris tanaman. Petani menggunakan bibit sambung dengan batang bawah labu dan batang atas mentimun.
Penggunaan bibit sambung dengan kabocha–labu khas Jepang—agar perakaran tanaman lebih kuat dan tanaman berumur panjang hingga lima bulan, lazimnya tiga bulan. Bibit sambung terbukti membuat tanaman lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit.
Para petani merendam bibit dalam larutan zat perangsang tumbuh selama 5 menit sebelum penanaman pada pagi atau sore. Para petani di Jepang memasang tali khusus sebagai rambatan tanaman saat tanaman berumur 2—5 hari.
Seiring pertumbuhannya, petani membantu melilitkan tanaman memutar searah jarum jam. Jika pelilitan terbalik menyebabkan tanaman rebah. Selain itu mereka juga memasang benang sunline di tiang di sisi kanan dan kiri bedengan.
Benang sunline sebagai tempat merambat tunas air atau cabang tanaman. Pemasangan benang sejajar dengan bedengan. Setiap bedengan dipasang lima benang di setiap sisi atau total 10 benang. Jarak antara kedua tiang 50 cm secara horizontal dan jarak antarbenang sunline secara vertikal 25 cm.
Pada umur 7—8 hari tanaman mulai tinggi dan muncul tunas air di ketiak daun. Rompes enam tunas air pertama dari bawah—masingmasing tiga tunas air per hari untuk mencegah tanaman stres dan pertumbuhan terhambat. Tunas air ke tujuh sampai 17 dipelihara. Ikatkan tunas air ke-7—17 yang memanjang itu ke benang sunline. Pengikatan di antara dua helai daun pertama.
Potong tunas air yang terikat sepanjang 30—35 cm dan sisakan dua daun. Jangan memotong tunas air sebelum diikatkan ke tali. Saat tanaman berumur 40—45 hari, rompes daun utama untuk mengurangi kelembapan.
Pemupukan dengan fertigasi atau dalam bahasa Jepang disebut kansui. Pemupukan melalui selang di bawah bersamaan dengan penyiraman. Cara lain dengan menyemprotkan pupuk di daun tanaman atau youmen sampu. Pemberian pupuk susulan pertama dengan fertigasi saat tanaman berumur 30—35 hari atau setelah pemangkasan pucuk.
Syarat lain harus memupuk susulan saat bakal buah mulai keluar. Para petani di Okinawa memanfaatkan NPK 15:15:15 atau 16:15:15. Konsentrasi 0,05 : 1 atau 0,05 gram bahan dalam 1 liter air. Sebuah greenhouse 1.000 m2 maksimal memerlukan 3,5 kg pupuk per bulan. Pemupukan melalui fertigasi sepekan sekali.
Penggunaan pupuk organik cair mengandung unsur-unsur mikro dan zat perangsang tumbuh saat pagi karena efektivitasnya lebih tinggi. Konsentrasi atau perbandingan antara air dan bahan pupuk cair 1 : 1 atau 2 : 1. Panen pertama kali ketika tanaman berumur 45 hari.