Buah jeruk berdaging merah pekat sohor dengan sebutan jeruk darah.

Trubus — Rudy Harianto terpesona melihat foto jeruk berkulit jingga dan berdaging buah merah pekat bak darah. “Saya suka buah itu karena unik,” kata kolektor tanaman buah di Kabupaten Malang, Jawa Timur, itu. Pada 2012 itu ia menelusuri informasi jenis buah baru di dunia maya untuk menambah koleksi tanaman buah. Rudy yang kesengsem pun mendatangkan dua bibit jeruk darah dari Australia.
Label pada tanaman menunjukkan tanaman anggota famili Rutaceae itu termasuk jeruk darah (blood orange) ruby. Sebutan jeruk darah mengacu pada warna daging buah yang merah bak darah. Peneliti dari University of Catania, Italia, Giuseppe Grosso, menyatakan jeruk darah termasuk jeruk manis berpigmen khas dari bagian timur Sisilia (Italia), Kalifornia (Amerika Serikat), dan Spanyol.
Antosianin
Jeruk darah sangat mencolok dibandingkan dengan jeruk lainnya karena berdaging buah kuning kemerahan hingga merah pekat. Rudy lalu menanam bibit jeruk darah setinggi lebih dari 75 cm itu di kantong tanam (planter bag) bervolume 75 liter. Lokasi penanaman di Malang berketinggian 501 meter di atas permukaan laut. Rudy senang bukan kepalang ketika mengetahui tanaman kerabat lemon Citrus limon itu menghasilkan lima buah pada 2016.
Sayangnya kulit buah yang dihasilkan tidak berwarna kemerahan. Daging buah pun tidak berkelir merah pekat seperti pada label. Rudy yakin ia tidak ditipu penjual bibit. Di Tiongkok yang beriklim tropis pun jeruk darah tidak memerah. Ia menduga tanaman kerabat kumquat Citrus japonica itu berwarna merah jika dibudidayakan di daerah subtropis lantaran memerlukan cuaca dingin untuk pembentukan antosianin.

“Jeruk darah tidak bisa merah di Indonesia,” kata pemilik nurseri Bunder Hortikultura itu. Nun di Brasil, peneliti dari Fundecitrus, Carmona L dan rekan, pun memanen jeruk darah yang tidak berwarna merah. Dalam International Citrus Congress 2016, Carmona, menyatakan, jeruk darah memerlukan cuaca dingin untuk mengaktifkan biosintesis dan akumulasi antosianin.
Meski begitu Guan B dan rekan dari Sichuan Academy of Agricultural Sciences, Tiongkok, mengungkapkan penyimpanan jeruk darah pada suhu kurang dari 4°C meningkatkan kadar antosianin. Anggota staf komunikasi pemasaran Oranfrizer—produsen jeruk darah di Sisilia, Italia—Egle Zapparrata, juga menuturkan warna, aroma, daging buah, kulit, dan kandungan nutrisi jeruk darah tidak sama dengan jeruk sejenis dari Sisilia.
Musababnya, “Kebun jeruk darah kami berlokasi di lereng gunung berapi Etna,” kata Egle kepada Trubus yang menemuinya di sebuah ekshibisi di Kota Pistoia, Italia. Sejatinya jenis jeruk darah di dunia beragam. Dalam jurnal Oxidative Medicine and Cellular Longevity, Giuseppe menyatakan, tiga tipe jeruk darah paling populer adalah tarocco, moro, dan sanguinello. Dua jeruk yang disebut pertama asli Italia (terutama di Sisilia), yang terakhir berasal dari Spanyol.
Jenis beragam
Lebih lanjut Egle mengatakan tarocco berkulit dan berdaging buah perpaduan kuning dan jingga. Tanpa biji, agak berair, dan bercita rasa manis. Bobot jeruk tarocco rata-rata 160—250 gram per buah dan tersedia pada Desember—Mei. Tarocco disebut juga jeruk setengah darah (half blood) karena merah pada daging buah tidak sepekat pada moro dan sanguinello.

Warna daging buah moro paling merah dibandingkan dengan tarocco dan sanguninello. Buah tanpa biji serta bercita rasa sedikit masam dan berair. Bobot buah jeruk moro 30—200 gram dan bertingkat kemanisan 10°briks. Konsumen dapat mencicipi moro pada Desember—Maret. Sementara pada Maret—April penikmat jeruk dapat mencicipi sanguinello.
Kulit buahnya jingga, berdaging buah merah, dan tanpa biji. Bobot buah jeruk sanguinello 150—200 gram. Anggota staf nurseri jeruk Oscar Tintori Vivai, di Pistoia, Italia, Elisa Granucci, menyukai ketiga jeruk darah itu lantaran bercitarasa manis. Lebih lanjut Elisa mengatakan di antara ketiga jenis jeruk darah itu tarocco paling banyak dibudidayakan karena varietasnya pun beragam.

Marco Caruso PhD dari Centro di Ricerca per l’Agrumicoltura e le Colture Mediterranee (CREA-ACM), mengatakan tarocco bermula dari mutasi tunas di perkebunan sanguinello pada awal 1900 di Provinsi Siracusa, Sisilia, Italia. Sementara sejarah moro belum diketahui. Varietas sanguinello ditemukan pada 1929 di Spanyol. Menurut Giuseppe, selain ketiga jeruk itu, jenis-jeruk darah lainnya yaitu budd, maltese, khanpur, dan washington.
Jenis lain jeruk darah adalah sanguine, ruby blood, sanguina doble fina, delfino, red valencia, burris blood valencia orange, vaccaro, sanguine grosse ronde, entre fina, dan sanguinello a pignu. Warna merah pada semua jeruk darah itu karena kandungan antosianin. Sementara warna kemerahan pada cara cara navels dan vaniglia sanguignos lantaran mengandung likopen. (Riefza Vebriansyah)