Friday, March 29, 2024

Naga Emas Jadi Sandaran

Rekomendasi
- Advertisement -

Arwana menjadi “penyelamat” bagi Suryadi ketika perusahaan tempatnya mencari nafkah gulung tikar.

Jalan hidup masih panjang, yang Suryadi pikirkan adalah bagaimana menafkahi anak dan sang istri. Pelarian di tengah kecemasan itu adalah ikan arwana yang ia pelihara di sisi kiri rumahnya sejak setahun sebelum perusahaan saham tempatnya bekerja gulung tikar pada 2008. Saat itu ia memiliki 5 arwana superred. Melihat penampilan arwana yang elegan, mendorong Suryadi memotret dan mengunggah di dunia maya.

Strategi itu ternyata manjur. Satu per satu peminat ikan siluk berdatangan ke rumahnya. Itu yang membuat pria yang kini berusia 34 tahun itu merasa tenang dan bertekad menekuni penangkaran arwana. “Saya bisa lebih fokus melanjutkan hobi memelihara arwana. Bahkan menjadikannya sebagai mata pencaharian,” kata alumnus Desain Interior Universitas Tarumanagara itu.

Lahan sempit

Sejak penjualan pertama pada 2008 itu, Suryadi makin intens merawat Schleropages formosus. Kini puluhan siluk berjenis superred, golden red, dan golden cross-back mendiami halaman samping dan belakang rumah di Karawaci, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Dalam sebulan rata-rata 15 – 20 ekor arwana superred atau golden red berukuran 10 – 15 cm berhasil terjual. Harga superred Rp3-juta – Rp4-juta, sementara golden red Rp1-juta – Rp1,5-juta per ekor.

Belum lagi bila ada pembeli yang minta arwana berukuran besar, panjang 35 – 40 cm, dengan harga mencapai Rp10-juta per ekor. Pantas bila Suryadi memutuskan untuk menekuni budidaya ikan anggota famili Osteoglaside itu sebagai bisnis. Ayah dua anak itu merasa lebih nyaman karena dapat mencari nafkah sembari berkumpul dengan keluarga hampir sepanjang hari. Rutinitasnya sehari-hari cukup melihat ke layar komputer untuk mengecek pesanan ikan berjuluk naga emas itu. Namun, kadang-kadang ada juga pelanggan yang langsung datang ke rumah.

Saat Trubus berkunjung ke kediamannya, Suryadi tengah sibuk menambah volume air di dua kolam. Kolam pertama berdinding kaca dan semen berukuran 2,5 m x 1,7 m x 1,5 m. Di situ terdapat 10 arwana golden red dewasa berukuran masing-masing 40 – 45 cm. Persis berdempetan di sampingnya, ada kolam semen berukuran lebih luas, 4,5 m x 1,7 m x 1,3 m berisi 16 golden red berukuran 30 – 35 cm.

Adapun di halaman belakang terdapat 6 akuarium bertingkat tiga. Empat akuarium berukuran 150 cm x 70 cm x 50 cm, lainnya 120 cm x 40 cm x 50 cm. Masing-masing berisi 10 ekor arwana superred berukuran 40 – 45 cm, 4 ekor golden cross-back berukuran 15 cm, dan 7 ekor golden red. Sisanya berisi anakan dari ketiga jenis arwana yang dipelihara. Kolam dan akuarium itu menempati halaman seluas 30 m2 . Halaman samping seluas 15 m2 yang semula berupa jejeran akuarium ia jadikan kolam sehingga mampu memuat arwana lebih banyak.

Untuk menjaga pertumbuhan siluk, Suryadi memberi pakan berupa jangkrik dan udang. Sehari ia menghabiskan setengah kg jangkrik dan 1 kg udang – semua hidup – untuk siluk-siluknya. Arwana superred mengonsumsi pakan udang lebih banyak. Tujuannya agar warnanya semakin cerah. Bahkan, demi mendapatkan superred berkualitas, Suryadi membongkar halaman belakang rumahnya untuk memindahkan akuarium berisi siluk agar bisa mendapat cahaya matahari yang cukup.

Pahit

Di halaman belakang itu arwana superred dapat bermandi cahaya matahari yang katanya mampu mencerahkan warna. Mafhum, rumah yang menghadap ke timur itu membuat cahaya yang masuk tepat mengarah ke akuarium. Atap serat kaca juga membuat suhu di sana lebih tinggi sehingga suhu air dalam akuarium turut meningkat secara tidak langsung. Oleh karena itu pemanas hanya digunakan ketika ikan sakit. Tujuannya agar fluktuasi suhu air relatif tetap antara 28 – 31oC. Bagi ikan sehat perlengkapannya hanya berupa aerator dan dua buah lampu berdaya 36 watt.

Suryadi mati-matian menjaga arwana sebagai sumber nafkah. Meski demikian bukan berarti tanpa aral, terutama ketika ia mulai menekuni hobi itu. Ia pernah tertipu membeli arwana golden red ukuran 8 cm. Setelah ukuran ikan mencapai 15 cm, golden red itu ternyata berjenis golden pino yang harganya jauh lebih murah. Dua belas juta melayang gara-gara membeli 10 anakan golden red palsu. Walau kesal, ia tetap menunggu hingga ikan berukuran 25 – 30 cm lalu ia menjualnya Rp400.000 per ekor. “Sejak itu saya hanya mau membeli ikan dari farm terpercaya,” tuturnya.

Pengalaman pahit lain adalah siluk mati saat awal memelihara. Penyebabnya kualitas air rendah akibat hujan. Akibatnya, lima ekor arwana pun meregang nyawa. Pengalaman lain, siluk meloncat dari akuarium dan kolam tanpa sepengetahuannya sehingga menggelepar-menggelepar dan mati. Namun, Suryadi tak putus asa. Ia justru semakin penasaran memelihara arwana. “Sepertinya tak pernah ada puasnya memelihara arwana, kecuali kita sudah menemukan yang paling pas,” ujar Suryadi.

Seluruh perawatan siluk dilakukan sendiri oleh Suryadi. Setiap hari bungsu dari 5 bersaudara itu membersihkan setiap sisi akuarium agar senantiasa bersih dan bebas bakteri. Kini, semua pengalaman pahit itu terbayar lunas. Itu setelah ia menempuh jalan panjang dan berkelok-kelok.

Mula-mula Suryadi memelihara arwana sekadar hobi. Ia langsung terpikat pada keelokan superred karena terlihat anggun ketika berenang, tetapi saat menyantap pakan justru tampak ganas. “Saya menggemari momen berharga ketika memberi pakan. Detik-detik saat ikan membuka mulut lebar-lebar lalu mengatup cepat dengan mangsa di mulut,” kata Suryadi. Tertarik pada atraksi itu, ia ketagihan membeli arwana. Hobi itu sejatinya muncul sejak Suryadi kecil memperoleh hadiah akuarium berukuran 60 cm x 40 cm x 30 cm. Kebiasaan sejak kecil itu menyebabkan ia senang memelihara beragam ikan seperti cupang, lobster, dan arwana. Dan hobi itu menjadi “penyelamat” ketika perusahaan memutuskan hubungan kerja. (Tri Istianingsih)

Superred, jenis arwana favorit Suryadi

Arwana semula hobi bagi Suryadi tetapi  membawa peruntungan

Halaman samping rumah dimanfaatkan untuk kolam berukuran 4,5 m x 1,7 m x 1,3 m

Sejak 6 bulan silam, halaman belakang rumah disulap menjadi kediaman arwana

 

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Teknik Budidaya Benih Kentang Bertingkat Di Kabupaten Karo : Panen Hingga 40 Ton Umbi Kentang Per Hektare

Trubus.id— Budidaya kentang bertingkat meningkatkan produksi benih. Itulah yang dirasakan penangkar benih kentang di Desa Bukit, Kecamatan Dolat Rayat,...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img