Surabaya bergembira. Taman-taman kota membuat warganya sehat. Penderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) menurun signifikan. Berbagai indikator kesehatan masyarakat membaik. Warga lebih rajin bekerja. Tingkat stres pun menurun. Kehidupan semakin nyaman.
Itulah berita kecil dari berbagai surat kabar pada September 2016. Kita boleh senang. Namun, lebih gembira lagi kalau bukan hanya Surabaya. Semarang, Medan, Ende, Ambon, Makassar, Kupang, Nabire juga perlu banyak taman.
Terbukti, taman sarana kesehatan dan kebudayaan. Bukan hanya bagi manusia, tapi juga bagi ciptaan lainnya. Pada tempatnya kita kembali ke taman. Luar biasa. Temu pemangku kepentingan bunga krisan pagi itu berlangsung meriah. Ada rombongan dari Sulawesi Selatan, Tomohon, Bali, Kalimantan, dan dari Aceh pun datang. Yang lebih mengesankan, sebelum bicara, para peserta diajak panen perdana bunga krisan dari Cianjur.
Kota taman
Keindahan krisan di Cianjur sama dengan bunga-bunga impor dari Jepang. Pulang dari acara ini, mobil kami penuh bunga. Sudah jelas, Indonesia sedang memasuki babak baru dalam budidaya kembang dan manajemen taman perkotaan. Karen Tambayong memimpin diskusi yang sangat produktif itu. Dia membagikan berbagai ide agar setiap kota punya keistimewaan sendiri. Bukan hanya berlomba membuat kendaraan hias, tapi memperkaya taman dengan bermacam variasi, teknik budidaya, desain dan perawatannya.
Sebelum ada manusia, pencipta alam semesta sudah membuat Taman Firdaus. Adam dan Hawa tinggal menikmati. Kini keturunan mereka harus menciptakan kembali taman itu. Bukan hanya di Surabaya. Namun, juga di seluruh muka Bumi. Oleh karena itu perlombaan manajemen taman terindah tidak boleh berhenti. Berbagai versi taman kota bermunculan. “Bapak ibu jangan berebut membuat mobil hias. Banyak cara untuk menjadi kota bunga,” kata Karen Tambayong.
Pagi itu ia memimpin dialog masyarakan florikultur di Cianjur, Jawa Barat. Balai Penelitian Tanaman Hias (Balithi) sedang meluncurkan produknya. Ada bunga krisan yang indah. Ada teknik kultur jaringan yang sederhana tapi menghasilkan bibit banyak sekali. Ada juga percobaan bunga matahari. Saya bertemu Bupati Wonosobo, Eko Purnomo dan wakilnya. Mereka datang ke Cianjur, dan pulang dengan membawa banyak bibit krisan.
Dataran tinggi Dieng dibayangkan akan menjadi sentra bunga. Memang selama ini para petani sudah mencobanya. Panen bunga krisan dari Wonosobo dijual ke Semarang dan Yogyakarta. Sungguh bahagia mendengar hasil panen bunga krisan di Indonesia sudah mencapai 700-juta kuntum satu tahun. “Berarti satu orang Indonesia berhak 3 kuntum bunga krisan dalam setahun?”
Kelas dunia
Kita bisa menilai sebuah negeri dari taman-tamannya. Negeri Belanda masyhur berkat taman Keukenhof di kota Lisse. Di taman itu kita boleh berjalan kaki sepuas hati – sepanjang 15 kilometer atau naik sampan 45 menit di antara rumpun bunga di kanan-kiri. Keukenhof termasuk 10 taman terbaik di seluruh dunia. Begitu juga Chateau de Versailles di Perancis dan Taman Noong Nooch di Pataya, Thailand.
Apakah taman bunga hanya dapat dibangun di lahan subur dan sejuk? Tentu tidak. Kota Phoenix di Arizona, Amerika Serikat, punya taman gurun dengan koleksi 1.350 macam kaktus. Desert Botanical Garden di Phoenix itu juga masuk jajaran 10 taman terbaik di dunia. Di dalamnya ada 170 macam kaktus paling langka. Banyak bunga cocok tumbuh di tanah kering. Banyak lotus dan teratai cocok berkembang di tanah becek dan rawa-rawa.
Semua pilihan terbuka. Bahkan kalau tidak ada tanah, bisa juga dengan menanam di dinding, vertikultur, dan hidroponik. Ada juga tanaman yang berkembang dalam jeli, udara, dan sinar matahari. Jadi bukan masalah mau ditanam di mana, tapi banyak atau sedikit penggemarnya. Berapa anggaran belanja bunga per kapita? Kita tahu, konsumen dan produsen bunga terbesar dunia adalah Belanda, Amerika Serikat, dan Swedia.
Inilah yang harus diperhatikan. Di Indonesia mungkin baru masyarakat Bali yang melihat bunga sebagai kebutuhan hidup sehari-hari. Memang ada sejumlah “kota bunga” seperti Bandung, Malang, Tomohon, Cipanas, Berastagi, dan seterusnya. Namun, inisiatif dan inovasi untuk mengembangkan industri bunga masih perlu dioptimalkan. Surabaya sukses dalam menyehatkan warga dengan membangun dan merawat taman-taman kota.
Sukses itu tentu menginspirasi berbagai kota lain yang bukan di pegunungan, tapi di pantai. Di Jepang ada Hitachi Seaside Park yang juga masuk jajaran taman terindah dunia. Luasnya 350 hektare dan menunjukkan kecantikan prima setiap bulan Oktober. Letaknya 130 km di barat laut Tokyo. Karcis masuknya seharga Rp50.000 per orang. Di dalam masih ada rental sepeda Rp50.000 tiap 3 jam. Dalam panen perdana bunga krisan di Cianjur, dia menemani Titiek Soeharto, putri almarhum presiden yang juga giat mendukung petani bunga di Yogyakarta. ***
*) Budayawan, kolumnis Trubus sejak 2001, aktifis Tirto Utomo Foundation dan kebun organik Jababeka, Cikarang.