Perilaku itulah yang tercermin pada Nephentes ampullaria. Meski kantong semar itu tumbuhan karnivora, tapi tak satu pun serangga, seperti semut dan nyamuk ditemui dalam kantongnya.
Umumnya periuk monyet punya 2 atau 3 jenis kantong: bawah, atas, dan kantong peralihan antara kantong atas dan kantong bawah. Namun, mayoritas ampullaria hanya memiliki kantong bawah saja. Kantong atas sangatlah jarang ditemukan, dan bila ada, bentuknya abnormal. Itu pun diperkirakan hanya terjadi pada tanaman yang stres.
Kantong
Bentuk kantong bawah ampullaria berbeda dengan spesies lain. Kantong bulat dengan mulut lebar. Tutup kantong kecil memanjang, berlawanan arah, sehingga air hujan dapat masuk ke dalam kantong. Karakteristik seperti itu tidak ditemukan pada jenis kendi kera—nama lain nephentes—lainnya, kecuali pada kantong atas N. lowii dan N. ephipiata.
Warna kantong antarsubspesies ampullaria sangatlah beragam, mulai polos putih, hijau, kuning, merah, hingga merahburgundi tua. Ada juga yang memiliki bercak cokelat, merah, hijau, dan ungu. Warna bibir kantong—peristom—juga bervariasi, kuning, hijau, hingga merah.
Tinggi kantong tanaman dewasa berkisar antara 5—10 cm, tetapi ada juga yang mencapai 15 cm. Ampullaria memiliki kelenjar penyerap hara dalam kantong berkisar 2.000—3.000 per 1 cm2. Namun, tidak terlihat adanya kelenjar sekresi nektar pada kantong atau bagian tanaman lain. Kelenjar itu biasa dimiliki spesies pasok kamelo—sebutan nephentes di Kalimantan Selatan—lainnya. Karena itulah jarang sekali ditemukan serangga atau binatang lain di dalam kantong. Melainkan hanya serasah daun dan ranting, serta terkadang kotoran burung.
Ampullaria yang sudah mulai merambat ke atas, pada pangkal batangnya muncul tunas-tunas baru membentuk kantong-kantong tanpa lembaran daun. Ia tampak seperti kantong keluar dari tanah dan membentuk karpet kantong yang sangat menarik.
Habitat
Ampullaria salah satu spesies nepenthes yang paling luas penyebarannya. Mulai dari Th ailand, Semenanjung Malaysia, Singapura, Sumatera, Kalimantan, hingga Papua. Ia ditemukan Dr William Jack pada 1819 di Singapura. Dokter bedah asal Inggris itu memberinya nama Nepenthes ampullaria pada 1935 lantaran bentuk kantongnya oval seperti ampul.
Habitat ampullaria di alam cukup beragam, meliputi hutan yang rindang, hutan kerangas, rawa gambut, rawa berpasir, dan hutan araucaria. Ia tumbuh mulai dari ketinggian 0—2100 m dpl. Pada daerah hutan yang cukup lebat, akar ketakong—nama lain nephentes—itu dapat merambat ke atas pohon lainnya hingga 15 m.
Nepenthes ampullaria tak hanya indah dipandang mata, tapi juga memiliki banyak manfaat. Batangnya yang kuat dan lentur biasa digunakan untuk mengikat barangbarang, seperti sangkar burung. Akar ampullaria dipakai penduduk Sumatera sebagai obat sakit perut, dengan cara meminum air rebusannya.
Cairan dari kantong yang masih tertutup digunakan sebagai obat sakit perut dan mencegah ngompol dengan cara meminumnya. Untuk mengobati luka bakar, cukup dengan mengusapkan cairan itu ke kulit. Air yang terdapat pada kantong ampullaria juga dapat mengobati sakit mata.
Masyarakat Pulau Jawa biasanya menggunakan daun kelapa sebagai pembungkus ketupat. Namun, di Sumatera, Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia, kantong ampullaria keringlah yang dipakai. Hal itu karena bentuk kantong semar itu bulat, besar, dan tidak ditemui serangga di dalamnya. Kantong cukup bersih digunakan untuk bungkus ketupat.
Budidaya
Ampullaria termasuk jenis nepenthes yang paling mudah ditanam. Bahkan di Inggris, ia sudah dibudidayakan sejak 1841 dan dipajang di pameran tahunan Royal Horticultural Society pada 1843. Tanaman dataran rendah itu menyukai suhu panas dan kelembapan tinggi.
Ia menghendaki cahaya matahari tidak langsung sehingga harus ternaungi. Naungan 50—90% cukup baik untuk pertumbuhannya. Bila cahaya terlalu terang, daun dan kantong dapat terbakar. Jika terlalu gelap, kantong tidak dapat terbentuk. Kalaupun terbentuk, ukurannya kecil dan warnanya pucat. Kelembapan udara harus lebih dari 65%. Jika kurang, kantong tidak terbentuk, daun akan menggulung dan mengering.
Di negara-negara subtropis seperti Amerika serikat, Jepang, serta negaranegara Eropa, Nepenthes ampullaria menjadi tanaman favorit yang biasa ditanam dalam terarium. Itu karena ia tidak memerlukan banyak sinar matahari untuk membentuk kantong.
Nepenthes ampullaria dapat ditanam pada media cocopeat, pasir, gambut, cacahan batang pakis, kompos daun, spagnum moss, zeolit, arang sekam, rockwoll, atau campuran dari media-media tersebut. Ampullaria menyukai lebih banyak air dibandingkan nephentes lain. Karena itu pastikan media selalu basah, tapi tidak tergenang. Sebaiknya pH media dan air penyiraman berkisar 4,5—6. Jika pH terlalu tinggi, warna daun pucat, dan akhirnya tanaman tidak dapat bertahan lama.
Hindari pemupukan, meskipun Nepenthes ampullaria dan nepenthes lain dapat dipupuk dengan dosis rendah. Pupuk berlebihan menyebabkan daun dan kantong terbakar. Selain itu juga dapat memperpendek umur kantong. Pada umumnya kantong dapat bertahan 3—8 bulan bila tidak terlalu banyak diberi makan. Ampullaria diperbanyak melalui penyemaian biji, setek batang, pemisahan anakan, dan kultur jaringan.
Meskipun Nephentes ampullaria tergolong karnivora, tapi ia tidak memiliki kelenjar sekresi nektar untuk memikat serangga datang. Karenanya hanya serasah daun dan ranting saja yang ditemui dalam kantongnya. Para ahli berkesimpulan Nephentes ampullaria berevolusi menjadi tanaman vegetarian. (M Apriza Suska, praktisi tanaman hias)