Trubus.id—Peternak asal Desa Lampeji, Kecamatan Mumbulsari, Kabupaten Jember Provinsi Jawa Timur, Mohammad Huda Khairon dapat menjual 4.000 domba menjelang Hari Raya Idul Adha. Harga domba itu Rp60.000—Rp62.000 per kg.
Harga itu lebih mahal daripada domba pedaging di tingkat nasional yakni Rp55.000—Rp60.000 per kg. Pantas saja, menurut Huda bisnis domba pedaging sangat menggiurkan. Selain dari kandang sendiri, Huda memeroleh pasokan domba dari para peternak mitra.
Peternak mitra menggemukkan domba selama 4—6 bulan sesuai standar operasional prosedur (SOP) yang ia terapkan. Penilaian domba yakni menggunakan nilai kondisi tubuh ternak atau body condition score (BCS).
Menurut Huda BCS menentukan perolehan karkas. Untuk penggemukan domba, angka BCS 3—4 memenuhi syarat untuk dijual. Ternak kurus sekali yakni BCS 1, kurus (BCS 2), sedang (BCS 2,5), gemuk (BCS 3), gemuk sekali (BCS 4), dan sangat gemuk sekali (BCS 5).
Lazimnya BCS 3 mendapatkan karkas 50% kalau berbobot 20—25 kg per ekor. Jika bobot lebih dari 30 kg, karkas domba BCS 3 mencapai 55%. Perolehan karkas juga ditentukan oleh pakan.
“Perolehan karkas jauh lebih bagus bila memberikan pakan kering,” kata pemilik peternakan Harjo Lestari itu.
Domba yang mengonsumsi pakan kering serta memiliki bobot 30 kg dan BCS 3, memiliki bobo karkas 15—16 kg. Sementara domba yang mengonsumsi rumput dengan bobot dan BCS sama hanya memiliki karkas 12— 13 kg.
Menurut Huda domba yang mengonsumsi pakan kering selain karkas lebih banyak, daging domba juga lebih empuk. Keruan saja lebih disukai konsumen. Penjagal juga lebih suka memotong domba yang memakan pakan kering.