Trubus.id–Budi daya intensif dan penanganan pascapanen yang tepat menjadi upaya Sukari dalam mencetak biji kapulaga berkualitas ekspor. Pekebun di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur, itu rutin menuai 800 kg biji kapulaga kering setiap empat bulan.
Ia menanam kapulaga di lahan seluas 2 hektare. Menurut Sukari untuk menghasilkan biji kapulaga terbaik berawal dari proses budi daya yang intensif. Selain itu umur panen juga harus tepat.
Sukari mengisi 3 bibit kapulaga di setiap lubang tanam dengan jarak tanam 3 m x 3 m. Kebetulan di lahan itu terdapat tanaman sengon yang tumbuh lebih dahulu. Sengon sengaja dibiarkan karena sebagai peneduh tanaman kapulaga.
Ia menjelaskan salah satu syarat tanaman kapulaga bisa tumbuh optimal yakni kondisi tanah lembap. Artinya lahan tidak boleh kering dan tandus.
“Untuk menghasilkan tanaman sehat dan memiliki kualitas buah yang baik perlu perawatan secara intensif,” ungkap Sukari.
Supaya nutrisi yang diberikan fokus pada pertumbuhan tanaman yang masih produktif, ia rutin melakukan pemangkasan pada tanaman tua. Pemangkasan itu sepekan sebelum panen.
Sepekan setelah pemanenan, Sukari memberikan nutrisi berupa pupuk organik cair (poc) dan pupuk kotoran kambing terfermentasi. Sukari membuat poc sendiri dari limbah kulit buah nanas, mengkudu, dan pisang.
Ia melarutkan 250 ml poc ke dalam 16 liter air. Aplikasi dengan cara menyemprotkan pada bagian bunga. Tepat sepekan setelah pemanenan biasanya bunga mulai bermunculan. Untuk luasan lahan 2 ha itu ia menghabiskan 5—7 tangki berukuran 16 liter.
Untuk pemberian pupuk kotoran kambing terfermentasi sebanyak 3 kg per rumpun. Aplikasi dengan cara tabur di area sekitar rumpun. Pemberian dilakukan pada waktu yang sama dengan penyemprotan poc.
“Kedua pupuk itu bertujuan merangsang pertumbuhan tanaman pada fase generatif supaya maksimal,” ujar Sukari.
Ia hanya menggunakan pupuk kimia pada awal penanaman. Sukari memberi segenggam pupuk kimia yang mengandung nitrogen 46% pada setiap lubang tanam. Pemberian pupuk kimia bertujuan merangsang pertumbuhan tunas supaya lebih cepat tumbuh.
Upaya yang dilakukan oleh Sukari itu mampu menghasilkan tanaman kapulaga prima. Ia tidak perlu melakukan pemangkasan rumput. Musababnya tanaman sudah terbentuk dalam kondisi sehat.
Ia jarang menjumpai gulma yang muncul di sekitar rumpun. Semakin bertambah tahun jumlah tanaman kapulaga milik Sukari semakin bertambah. Hingga saat ini setiap rumpun berisi 100 tanaman.
Sukari menuai 3,2 kuintal biji kapulaga basah pada sekali panen.. Jumlah itu setara 800 kg biji kapulaga kering. Ia mengandalkan penjemuran sinar matahari selama 5 hari. Konversi biji kapulaga basah menjadi kering sebanyak 4:1.
Sukari menentukan jadwal panen dengan rumus 15 hari + 4 bulan. Artinya pada saat panen membutuhkan waktu setidaknya 15 hari. Sementara waktu tunggu panen berikutnya membutuhkan waktu 4 bulan.
Penanggalan itu harus ditaati. Musababnya waktu panen yang tepat menjadi kunci menghasilkan biji kapulaga berkualitas. Apabila terlalu muda kondisi biji belum terlalu matang. Sedangkan jika terlalu tua buah pecah. Hal itu dapat menurunkan standar.
Pascapanen
Sukari menjual biji kapulaga kering kepada salah satu pengepul di Kabupaten Lumajang. Ia menjual dengan harga Rp85.000 per kg biji kapulaga kering. Berarti sekali panen ia mengantongi pendapatan Rp68 juta.
Hasil budi daya intensif untuk mencetak kapulaga standar ekspor itu ia peroleh dari pengepul kapulaga ekspor, Mulyadi. Pengepul asal Kabupaten Lumajang itu menyerap kapulaga berkualitas untuk dikirim ke Kota Surabaya, Provinsi Jawa Timur.
Mulyadi melakukan pembinaan kepada beberapa petani kapulaga di Kabupaten Lumajang untuk mendapatkan biji kapulaga berkualitas. Dari Surabaya biji kapulaga itu diekspor ke mancanegara. Ia sudah mengenal bisnis kapulaga sejak 40 tahun lalu.
Menurut Mulyadi salah satu standar ekspor harus memiliki kematangan buah yang pas. Terdapat tiga jenis kapulaga yang sering dijumpai. Kapulaga merah setelah dijemur memiliki warna keputihan.
Kapulaga merah keunguan setelah dijemur memiliki warna natural ungu keputihan. Sementara kapulaga putih apabila dijemur tidak terdapat perbedaan warna.
Itu merupakan standar fisik biji kapulaga kering yang dilihat dari warna. Mulyadi juga menambahkan kadar air biji kapulaga kering mencapai angka 15%—17%.