Monday, March 3, 2025

Pelontar Pakan Pintar

Rekomendasi
Alat pemberi pakan otomatis menekan pemberian pakan 21%. Kualitas air lebih terjaga, pertumbuhan meningkat 15%, dan tingkat kematian menurun 5—15%.
Alat pemberi pakan otomatis menekan pemberian pakan 21%. Kualitas air lebih terjaga, pertumbuhan meningkat 15%, dan tingkat kematian menurun 5—15%.

Alat pelontar pakan lele yang praktis, efektif, tepat waktu, dan bisa dikendalikan dari jauh.

Panen lele dumbo di kolam Darseno jauh di luar harapan. Tiga kolam berkapasitas 45.000 ikan hanya menghasilkan 300 kg lele. Padahal peternak di Kecamatan Sawit, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, itu mengharapkan panen minimal 1.500 kg. Sudah begitu, bobot dan ukuran ikan tidak seragam, bervariasi dari seekor 1 kg hingga 7—12 ekor sekilogram. Akibatnya harga jual berbeda-beda sehingga Darseno merugi Rp12-juta.

“Salah satu penyebabnya adalah kelalaian pekerja kolam ketika memberikan pakan,” kata Darseno. Menurut peternak lele sejak 1990 itu, ketika ikan masih kecil, pekerja hanya menebar pakan di satu titik alias kurang tersebar. Padahal daya jelajah ikan berumur kurang dari 40 hari sempit sehingga kerap tidak kebagian pakan. Kesalahan itu mengakibatkan pertumbuhan ikan tak seragam dan terjadi kanibalism sehingga populasi anjlok.

Pengindera
Pengalaman pahit Darseno itu terjadi beberapa tahun lampau. Peternak lain dapat mencegah masalah itu dengan alat penebar pakan buatan Gibran Khuzaifah Amsi El Farizy. Gibran merakit penebar pakan otomatis bernama e-fishery pada 2012. E-fishery alat elektronik untuk perikanan. Perangkat e-fishery terdiri dari tangki wadah pakan,
tiang penyangga, alas, alat pengatur aplikasi, dan sensor.

Gibran juga melengkapi mesin itu dengan alat pelontar yang mampu melemparkan pelet hingga 25 meter dan elevasi 900. Pelontar berfungsi meratakan tebaran pakan ke seluruh kolam (lihat ilustrasi Pelontar Cerdas). Perangkat e-fishery dikendalikan oleh aplikasi yang terhubung secara daring. “Jumlah pakan menyesuaikan jenis dan umur ikan,” ujar alumnus Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati, Institut Teknologi Bandung, itu.

Jumlah itu berdasarkan pembacaan pengindera (sensor) di kolam. Ada 2 tipe pengindera, terapung dan melayang dalam air. Pengindera terapung mendeteksi gerakan dan suara ikan, sementara pengindera melayang mendeteksi suara. Dasarnya perbedaan perilaku, agresivitas, dan suara ikan ketika lapar dan kenyang. Saat kenyang tidak banyak naik turun dalam air, sementara ketika lapar ikan menjadi agresif.

Gibran Khuzaifah Amsi El Farizy (paling kanan)bersama karyawannya.
Gibran Khuzaifah Amsi El Farizy (paling kanan)bersama karyawannya.

Gibran tertarik membuat mesin itu lantaran pakan menjadi komponen biaya terbesar dalam budidaya lele. Kesalahan pemberian pakan tidak hanya mengakibatkan pemborosan, tetapi juga berpotensi mengurangi hasil akibat penurunan kualitas air. Peneliti dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Prof Dr Ir Arief Prajitno MS menuturkan hal senada.

“Biasanya kekeliruan peternak adalah memberikan pakan berlebih karena ingin cepat panen,” ujar Prof Arief. Padahal selain boros, pakan yang tersisa mengendap bisa meracuni ikan. Sisa pelet mengendap dan membusuk melepaskan amonia ke air. Padahal, ikan tidak tahan kadar nitrogen tinggi. “Amonia membuat ikan lemas dan enggan makan. Akibatnya lele rentan terserang penyakit mematikan seperti Aeromonas hydrophila,” ujar Arief.

Terjangkau
Berkat pengindera itu, pemberian pakan efektif dan efisien. “Hasil ujicoba kami, e-fishery menghemat 21% pakan, kualitas air terjaga, pertumbuhan ikan meningkat 15%, dan tingkat kematian menurun 5—15%,” ujar Gibran. Perangkat e-fishery mulai dijual di pasaran sejak 2014. Pembelinya beragam, mulai dari peternak, gabungan kelompok peternak, hingga perusahaan besar.

“Namun, sekarang lebih fokus ke perusahaan besar karena masih tahap uji coba penjualan,” ujar Gibran. Hingga sekarang, sudah 150 unit yang terjual ke pasaran. “Rata—rata 10 unit per bulan,” kata Gibran. Ia membuat 4 tipe e-fishery, yakni kapasitas tong 20 kg tanpa pengindera seharga Rp4-juta, tong 20 kg dengan pengindera (Rp6-
juta), tong 120 kg tanpa pengindera (Rp7-juta), tong 120 kg dengan pengindera (Rp8-juta).

Selain itu ia juga menjual tersendiri sensor melayang Rp3-juta. E-fishery mampu memenuhi kebutuhan pakan kolam berkapasitas 10.000 lele. Menurut pendiri PT Multidaya Teknologi itu secara umum e-fishery memiliki 3 keunggulan dibanding mesin pemberi pakan otomatis lain. Alat itu tepat memberikan pakan sesuai kebutuhan ikan, dengan jadwal yang mudah dan teratur.

Biaya pakan menyedot 70% dari total biaya produksi pada budidaya ikan.
Biaya pakan menyedot 70% dari total biaya produksi pada budidaya ikan.

Peranti itu juga memberikan laporan pemberian pakan secara langsung yang dapat diakses setiap saat di mana saja. “Pengaturan mudah dan bisa digunakan oleh siapa pun,” ujar Gibran. Dengan kelebihan itu peternak memetik laba lebih besar. Lihat saja Darseno yang kini mengelola 25 kolam lele. Setiap hari ia menyediakan 3 karung pelet.
“Dua karung berbobot 30 kg, 1 karung lagi 50 kg,” ujar Darseno.

Harga pakan Rp9.500 per kg sehingga dalam sehari ia menghabiskan Rp1.045.000 untuk membeli pelet. Jika menggunakan alat buatan Gibran, ia bisa menghemat Rp223.500 per hari atau Rp6.705.000 per bulan. Hitung-hitungan itu menggambarkan bahwa biaya pembelian perangkat e-fishery termahal langsung tertutup dengan penghematan pakan dalam satu siklus budidaya selama 65 hari.

Itu belum menghitung pengurangan biaya tenaga kerja, peningkatan pendapatan dari penjualan ikan yang seragam, dan penghematan dari air yang tidak perlu sering diganti. Pendapatan peternak meningkat, pasokan lele yang digemari banyak orang pun ajek. (Bondan Setyawan/Peliput: Muhamad Fajar Ramadhan)

Pelontar Cerdas

550_ 17

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Daya Tarik Padi Jarwo

Hamparan sawah untuk budidaya padi jajar legowo menjadi daya tarik wisatawan. Trubus.id-“Mulyaharja ini surga tersisa di Kota Bogor.” Muhammad Khoerudin...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img