Trubus.id — Kualitas brokoli bermutu tinggi bergantung pada perawatannya saat budidaya. Mulai dari persiapan lahan, perawatan tanaman, hingga panen.
Sukarsana, salah seorang petani yang memprioritaskan kualitas brokoli. Ia merawat brokoli secara intensif. Mula-mula ia mengolah lahan selama 1–2 pekan sebelum penanaman.
Ia juga menaburkan pupuk dasar berupa kotoran ayam atau kotoran sapi. Setelah itu, memasang mulsa plastik hitam perak sehingga lahan siap untuk penanaman. Sukarsana mengaplikasikan pupuk lanjutan 3 kali setelah penanaman, yakni 7 hari setelah tanam (hst), 25 hst, dan 45 hst.
Kombinasi pupuk yang diberikan antara lain NPK, urea, KCl, dan HNO3 dengan aplikasi sistem kocor dan tebar. Sukarsana mengaplikasikan insektisida dan fungisida secara berkala untuk pengendalian hama dan penyakit.
Dosis aplikasi diukur sesuai kondisi tanaman di lapangan, rata-rata sekitar 3–4 kali dalam satu musim tanam. Lahan yang terbentang di ketinggian 1.100 meter di atas permukaan laut (m dpl) itu berada di lahan vulkanis yang subur serta memiliki sumber air memadai dari Danau Batur.
Dengan begitu, petani bisa bercocok tanam sepanjang tahun yang menjadi faktor pendukung penting dalam budidaya brokoli.
“Panen dilakukan setiap 3 hari. Artinya, setiap pekan bisa panen dua kali. Estimasi hasil panen per pekan 150–200 kg,” tutur Sukarsana.
Total luas lahan yang ditanami tanaman anggota keluarga Brassicaceae itu mencapai 1 hektare. Hasil panen kualitas super disalurkan melalui sistem kemitraan dengan pasar modern di Bali. Sisanya, dipasarkan kepada pedagang eceran dan dibagikan kepada rekan-rekan. Harga jual brokoli super Rp20.000–Rp30.000 per kg. Adapun harga brokoli bukan super dijual dengan harga berkisar Rp10.000–Rp15.000 per kg.
Ia menanam 1.000 benih setiap pekan. Tujuannya, agar ketersediaan hasil panen kontinu dan cash flow berjalan sesuai kebutuhan pasar.
“Kami menumpangsarikan brokoli dengan bawang merah. Tanaman bawang sebagai tanaman pembuka, setelah panen baru ditanam brokoli,” kata alumnus Jurusan Biologi, Universitas Ganesha Singaraja, itu.
Kebutuhan brokoli di Bali sangat tinggi. Brokoli dianggap sayur kelas premium. Pasokan di pasar swalayan kebanyakan datang dari luar Pulau Bali. Itulah alasan mendasar bagi Sukarsana untuk memulai menanam Brassica oleracea.