Trubus.id–Gaya hidup sehat dan kembali ke alam (back to nature) membuat pertanian organik semakin diminati.
Kesadaran tentang bahaya akibat pemakaian bahan kimia sintetis dalam pertanian pun menjadikan pertanian organik itu menarik perhatian baik di tingkat produsen maupun konsumen.
Berdasarkan data Statistik Pertanian Organik Indonesia (SPOI) 2023 jumlah perdagangan produk organik meningkat sebesar 491,4 ton menjadi 7.795,9 ton pada 2019—2022.
Selama pandemi Covid-19, permintaan buah dan sayur organik meningkat drastis. Beberapa daerah yang dekat dengan kota besar mengalami peningkatan permintaan hampir 300% dan sebagian besar melalui sistem pemasaran daring.
Diketahui bahwa Shopee, Sayurbox, dan Tokopedia menjadi pilihan utama pembelian produk organik. Selain karena kondisi Covid-19 dan pembatasan aktivitas sosial di Indonesia, umumnya konsumen tertarik harga promosi yang ditawarkan lokapasar daring itu.
Faktor lain yang membuat konsumen tertarik adalah banyaknya testimoni dari laman lokapasar daring dan mudahnya pengantaran produk.
Sayuran, buah, dan beras organik menjadi produk segar yang paling banyak dibeli konsumen. Persentase berturut-turut untuk sayuran, buah, dan beras organik adalah 55%, 47%, dan 33% dari lokapasar organik secara daring.
Tingginya permintaan produk organik pun mendorong petani untuk bertani secara organik. Salah satunya beras organik.
Data SPOI 2023 menunjukkan luasan lahan beras organik di Indonesia terus meningkat dari semula 3.350 ha pada 2019 menjadi 4.766 ha pada 2022.
Selain luas lahan, jumlah petani beras organik pun mengalami peningkatan dari semula 7.398 petani pada 2019 menjadi 12.752 petani pada akhir 2022.
Hasilnya, produksi beras organik meningkat dari semula 32.000 ton (2019) menjadi 40.000 ton (2022).
Selain produk organik segar, peningkatan produksi juga terjadi pada produk olahan organik. Jumlah produksi produk olahan organik naik dari 1.455,4 ton (2019) menjadi 4.795,28 ton (2022).
Produk olahan itu meliputi jenis kacang-kacangan, tepung-tepungan, gula kelapa (cetak, kristal, semut), gula aren (cetak, semut, kristal, cair), simplisia kering, olahan minuman, dan olahan cokelat.
Produk kacang-kacangan menjadi yang paling banyak dicari, diikuti dengan produk kopi, produk teh, dan kemudian produk makanan ringan, dan utamanya kakao.
Jaminan produk
Itu menjadi potensi untuk dikembangkan melihat permintaan yang cukup banyak. Seiring meningkatnya pemahaman konsumen, penjaminan produk organik pun sangat dibutuhkan.
Dalam proses penjaminan produk organik ada tiga metode yang berkembang saat ini, yaitu deklarasi sendiri, sistem penjaminan partisipatif atau Participatory Guarantee System (PGS) dan penjaminan oleh pihak ketiga.
“Self declare (deklarasi sendiri, red) adalah klaim organik yang dikeluarkan oleh satu orang petani,” kata Presiden International Faderation of Organic Agriculture Movements (IFOAM) Asia periode 2018—2021, Zhou Zejiang.
Sistem penjaminan partisipatif adalah metode penjaminan alternatif (partisipatif) yang dikembangkan untuk petani skala kecil dan pasar lokal. Sementara penjaminan dari pihak ketiga biasanya dilakukan secara profesional oleh lembaga sertifikasi organik (LSO).
Di Indonesia, Aliansi Organis Indonesia (AOI) sebagai jaringan petani organik menginisiasi PGS bernama Indonesia (Penjaminan Mutu Organik Indonesia) pada 2009 dan terdaftar serta masuk dalam payung IFOAM.
Dengan penjaminan itu konsumen semakin merasa aman dalam membeli produk organik dan pertanian organik pun semakin berkembang. (Rosy Nur Apriyanti)
){kind=link}