Trubus.id—Ayam jowo super atau joper menjadi andalan bagi peternak ayam kampung seperti Supriyanto. Produsen ayam kampung di Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah itu beternak ayam joper dengan populasi 40.000—50.000 ekor per periode.
Ia menuturkan durasi pemeliharaan sekitar 60 hari dengan tingkat kematian sekitar 5%. Ia memanen 38.000—47.500 ekor per periode. Supriyanto menuturkan, untuk menghasilkan 1 kg daging membutuhkan 2,4—2,6 kg pakan. Bandingkan dengan ayam kampung lain FCR 2,7—3.
Menurut Supriyanto ayam joper lebih efisien dalam mengonsumsi pakan. Ia menjual ayam hidup Rp30.000—40.000 per kg. Harga melambung menjelang hari raya Rp45.000—Rp48.000 per kg.
Ayam kampung hasil panen itu mengisi kebutuhan pasar lokal seperti Yogyakarta, Surakata, Semarang, Jawa Tengah dan Bandung, Ciamis, Cianjur—semua di Jawa Barat.
Meski terbilang cepat ayam joper tetap tidak kehilangan karakter tekstur dan cita rasa layaknya ayam kampung sehingga dapat dinikmati oleh penggemar kuliner ayam kampung. Rumah makan menjadi salah satu penyerap ayam kampung.
Tingginya minat konsumen dapat dilihat dari rumah makan atau restoran yang menyediakan aneka menu ayam kampung. Segmentasi pasar lainnya seperti rumah tangga, hotel, dan catering.
“Permintaan ayam kampung relatif stabil. Saya optimis prospek ayam kampung di tahun berikutnya tetap bagus,” kata Supriyanto.
Menurut Supriyanto kendala bagi peternak ayam kampung yakni seperti harga pakan. Maka menurut Ketua Umum Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia, Ade M Zulkarnain, peternak dapat menekan biaya pakan dengan memanfaatkan bahan-bahan lokal sebagai sumber nutrisi.
Misalnya, mengolah limbah-limbah ikan sebagai sumber protein. Menurut Ade sebenarnya langkah itu berjalan pada 2003—2007. Seiring dengan adanya peningkatan populasi ayam kampung peternak kewalahan memproduksi pakan sendiri.