Saturday, February 15, 2025

Pirama 1 Kaya Vitamin C

Rekomendasi
- Advertisement -

Pisang baru kaya vitamin C sekaligus tahan penyakit fusarium.

Pisang pirama 1 hasil radiasi gamma yang dikembangkan. (Dok. Prof. Dr. Ishak, M.Sc,. M.ID.)

Trubus — Luka pada akar pisang menjadi pintu masuk cendawan Fusarium oxysporum f.sp.cubense. Cendawan itu merangsek ke pembuluh xylem sehingga tanaman layu, menguning, dan mati. Penyakit panama akibat serangan F. oxysporum itu momok bagi pekebun pisang. Tingkat kerugian lebih dari 35%. Pisang pirama 1 jawaban atas persoalan itu. Pisang pirama 1 resisten penyakit panama.

Pisang baru itu juga adaptif di dataran rendah hingga ketinggian 200 meter di atas permukaan laut (m dpl). Bandingkan dengan varietas ambon kuning yang hanya adaptif di ketinggian 550—600 m dpl. Kelebihan lain pisang pirama 1 kaya vitamin C hingga 29,66—38,89 mg per 100 g. Nilai itu lebih tinggi dibandingkan dengan vitamin C pisang cavendish rata-rata 20—25 mg per 100 g.

Tetua ambon

Kebun percobaan pisang Badan Tenaga Atom Nasional (Batan), Pasarjumat, Jakarta Selatan. (Dok. Prof. Dr. Ishak, M.Sc,. M.ID.)

Penciri khusus tanaman pirama 1 warna kulit buah kuning, bentuk buah lurus sedikit melengkung. Cita rasa daging buah manis dan sedikit masam dan beraroma harum. Kadar kemanisan buah 19,8—25,05%. Adapun bobot 94,0—157,6 gram per buah. Bobot tandan 11—21,8 kg (lihat boks: Sosok Pirama 1). Persentase bagian buah yang dapat dikonsumsi 66—69%.

Pirama 1 menjadi varietas baru pada 2019 sesuai Surat Keputusan Menteri Pertanian. Penulis sebagai pemulia pirama 1 meriset sejak 2014. Induk pirama 1 menggunakan pisang ambon yang sensitif penyakit panama. Periset ingin menyeleksi galur mutan pisang ambon yang toleran cendawan anggota famili Nectriaceae itu. Penyakit ditularkan melalui tanah yang terinfeksi Fusarium atau soil- borne disease itu membentuk spora di dalam tanah. Gejala serangan tampak pada tanaman berumur 3 bulan.

Ukuran satu buah pirama 1. (Dok. Prof. Dr. Ishak, M.Sc,. M.ID.)

Peneliti menggunakan tunas kultur jaringan pisang ambon dan memberikan radiasi gamma pada dosis 20—30 Gy. Penggunaan iradiasi gamma untuk mendapatkan keragaman genetik melalui mutasi pada genom tanaman. Tunas yang sudah di iradiasi disebut generasi M1V (mutan1 vegetatif 1), kemudian plantlet di sub-kultur sampai generasi M1V4 dengan selang waktu 45 hari setiap subkultur. Pada generasi M1V4 chimera yang terjadi akibat iradiasi gamma pada sel-sel vegetatif sudah sangat berkurang.

Pada generasi M1V4, plantlet sudah mempunyai akar memadai dipindahkan ke lapang yang merupakan area hot-spot Fusarium untuk seleksi ketahanan terhadap penyakit layu Fusarium. Periset kembali menyeleksi dan memperbanyak tanaman yang tahan terhadap penyakit panama dengan teknik kultur jaringan. Tujuannya untuk mendapatkan generasi berikutnya.

Jalan pintas

Peneliti mengevaluasi kembali tingkat ketahanan terhadap penyakit layu fusarium. Caranya dengan menanam kembali generasi hasil kultur jaringan dari tanaman hasil seleksi. Penelitian selama 6 tahun itu melahirkan pirama 1—akronim dari pisang radiasi gamma. Periset itu masih memiliki lima kultivar potensial lainnya. Perbaikan genetika tanaman pisang sulit dilakukan secara konvensional atau pemuliaan semata.

Perbanyakan tanaman pisang lazimnya secara vegetatif karena tanaman pisang pada umumnya tidak mempunyai biji sebab triploid (3N kromosom). Oleh karena itu, untuk mendapatkan varietas baru sulit dilakukan. Harap mafhum pemuliaan mengandalkan biji atau perbanyakan generatif. Sementara itu secara umum perbanyakan pisang secara vegetatif. Menemukan kultivar baru sukar karena mengandalkan mutasi spontan yang terjadi pada anakan vegetatif.

Peneliti menempuh “jalan pintas” dengan teknologi intervensi genetik berupa perlakuan iradiasi sinar gamma terhadap tunas hasil kultur jaringan. Periset itu menghasilkan kultivar-kultivar baru Musa accuminata dengan sinar gamma hingga lahirlah pirama 1. Petani pisang di sekitar Jawa Barat seperti Cirebon dan Bandung, keduanya di Provinsi Jawa Barat, banyak yang menanam pirama 1. (Prof. Dr. Ishak, M.Sc,. M.ID. peneliti di Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional)

 Sosok Pirama 1
– Umur panen : 13 – 15 bulan setelah tanam
– Bentuk buah : Lurus agak melengkung di tangkai buah
– Ukuran buah : Panjang 15 – 20 cm, Diameter 8 – 9 cm
– Jumlah buah per sisir : 14 – 18 buah
– Bobot per sisir : 1,1 – 2,3 kg
– Jumlah sisir per tandan : 8 – 11 sisir
– Bobot buah per tandan : 11,0 – 21,8 kg
– Daya simpan buah pada suhu 24—250C : 3 – 4 hari setelah panen
– Ketahanan terhadap penyakit : Toleran terhadap penyakit layu Fusarium (TR 4)
– Hasil buah per hektare : 20,0 – 26,02 ton
– Populasi per hektare : 1.470 tanaman

Previous article
Next article
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Budidaya Telang, Peluang Usaha yang Mudah dan Menguntungkan

Trubus.id–Telang bukan sekadar tanman pekarangan, tetapi bisa dibudi dayakan hingga mendatangkan keuntungan. Menurut petani telang Muhammad Teguh Arrosid budi...
- Advertisement -

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img