Tuesday, March 4, 2025

Produksi Kroto: Rahasia Melonjak 100%

Rekomendasi
Infrastruktur yang tepat, kunci hasilkan kroto.
Infrastruktur yang tepat, kunci hasilkan kroto.

 

Dua bulan pertama usai beternak semut, Tugiran memanen kroto 25 gram per stoples. Peternak di Jonggol, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, itu mengelola 20 stoples. Namun, usai panen perdana itu perkembangan populasi semut mandek. Itulah sebabnya ia menjual semut-semut beserta kandangnya karena populasi tidak kunjung bertambah setelah 5—6 bulan perawatan. Pensiunan itu memelihara semutnya di teras rumah.

Kandang tertutup rapat dengan terpal. Pantas kondisi dalam kandang gelap, sangat panas pada siang hari, tetapi dingin pada malam hari. Selama ini peternak memelihara semut dengan kondisi remang-remang hingga gelap. Kelembapan kandang 70—90% dan suhu rendah, hanya 24—28°C. Itulah sebabnya produksi telur alias kroto relatif rendah, 25 g per bulan per stoples.

Setelah ujicoba puluhan kali, A. Pristiyono temukan kunci sukses ternak semut.
Setelah ujicoba puluhan kali, A. Pristiyono temukan kunci sukses ternak semut.

Lebih cepat
Peternak di Cibinong, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, A. Pristyono mengalami hal serupa pada awal budidaya, 2009—2010. Pristyono memelihara semut dalam kandang dengan kondisi kelembapan tinggi, 70%—90%, suhu 26—28°C. Hasilnya semut-semutnya tidak berkembang biak dan bahkan jumlahnya semakin berkurang. Mereka saling membunuh dan memangsa sesamanya, sehingga jumlahnya berkurang. Ia menduga sifat predator serangga itu muncul pada kondisi gelap, dingin, dan lembap.

Setelah kegagalan itu, Pristyono menguji berbagai kondisi suhu dan kelembapan. Ia mengombinasikan beragam suhu dan kelembapan, antara lain 24°C dan 90%, 25°C dan kelembapan 90%, begitu seterusnya hingga mencapai suhu 34°C dan kelembapan 90%. Ia lalu menganalisis hasilnya. Peternak itu juga mengombinasikan beragam suhu dan kelembapan lebih rendah, yakni 60—85%. Pengamatannya rampung satu tahun kemudian.

Bila lingkungan mikro tidak sesuai, semut akan sangat aktif makan, minum, dan bergerak.
Bila lingkungan mikro tidak sesuai, semut akan sangat aktif makan, minum, dan bergerak.

Peternak kelahiran Pati, Jawa Tengah, 50 tahun silam itu menyimpulkan kondisi lingkungan ideal untuk beternak semut rangrang pada suhu 31—33°C dengan kelembapan 65—85%. Kondisi itu berlangsung seimbang pada pukul 10.00—14.00. Sebelum dan setelah waktu itu, faktor lingkungan tidak mempengaruhi aktivitas semut. Dengan mengatur suhu, kelembapan, dan intensitas cahaya dalam kandang Pristyono memanen 50 gram kroto per bulan dari satu stoples ukuran 1 kg.

Jumlah itu 2 kali lipat lebih tinggi dibandingkan hasil yang dipanen peternak semut lain. Kuncinya, suhu kandang hangat, kelembapan sedang, dan kondisi kandang terang. Menurut ahli semut dari Pusat Penelitian Biologi LIPI di Cibinong, Ir Wara Asfiya, aktivitas semut pada siang atau suhu yang panas tergantung jenis semut. Setiap jenis semut memiliki jam biologi yang berbeda-beda.

Namun, menurut Wara siklus hidup semut rangrang memang dipengaruhi suhu. Hanya ia belum mengetahui suhu optimum untuk reproduksi semut rangrang. Dari penelitian Lokkers pada 1990, reproduksi koloni semut rangrang sangat tinggi saat musim hujan dan awal musim kemarau.

Semut nyaman beraktivitas di lingkungan hangat.
Semut nyaman beraktivitas di lingkungan hangat.

Telur semut
Pada kondisi lingkungan hangat, semut-semut sangat aktif bergerak mengelilingi stoples. Akibat aktivitas itu glukosa dalam tubuh serangga kecil itu “terbakar” dan menghasilkan energi lewat proses metabolisme tubuh. Energi dan hasil metabolisme tubuh itulah yang membuat semut tumbuh dan berkembang biak secara cepat. Semut dewasa cepat bertelur, sedangkan telur cepat mengalami perkembangan menjadi individu baru.

Saat keluar dari tubuh semut, warna telur kuning. Dalam tempo 2—5 hari warna telur berubah menjadi putih dan siap berubah jadi larva dan pupa. Perubahan fase itu terjadi secara cepat, dalam tempo harian bukan mingguan seperti sebelumnya. Untuk mengetahui kondisi lingkungan kandang yang ideal, peternak dapat melihat aktivitas semut. Jika serangga kecil itu bergerak secara aktif, maka kondisi lingkungan sesuai keinginan semut dan sebaliknya.

Suhu ideal budidaya semut rangrang 31-33°C.
Suhu ideal budidaya semut rangrang 31-33°C.

Bila kondisi lingkungan terpenuhi, maka fase dari telur menjadi larva yang biasanya 1—2 pekan menjadi hanya 5 hari. Begitu juga dari telur menjadi individu baru yang biasanya mencapai 21 hari, lebih cepat menjadi hanya sekitar 14 hari. Oleh karena itulah dalam satu bulan, semut bisa berkembang biak hingga 2 kali lebih banyak. Bila sarang cukup banyak, maka peternak dapat panen kroto setiap hari.

Menurut A Pristyono peternak harus membangun infrastruktur dan menerapkan budidaya tepat. Infrastruktur itu berupa kandang demi lingkungan mikro ideal. Adapun cara budidaya tepat meliputi rak, sarang, dan pakan. Bila gagal membentuk kondisi lingkungan yang optimal, menyebabkan semut gagal berkembang biak, bahkan menyusut jumlahnya. (Syah Angkasa)

 

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Tip agar Tidak Mudah Lemas Saat Puasa

Trubus.id–Perbanyak konsumsi sayuran, buah, dan herbal sesuai fungsi dan dosis yang dianjurkan membuat badan bugar dan tidak mudah lemas...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img