Tuesday, March 4, 2025

Racikan Herbal Tumpas Kanker

Rekomendasi

Kegembiraan karena tengah mengandung 3 bulan seakan sirna begitu mendengar berita duka dari dokter pemeriksa. Tubuhnya tak hanya memberikan tempat hidup bagi sang bayi. Di bagian luar rahim bersemayan tumor yang berakar ke saluran rahim. Tonjolan itu tumbuh dan membesar seiring perkembangan janin. Kepedihan kian mengganda kala dokter tak berani berbuat banyak lantaran pemberian obat-obatan malah membuat tumor tumbuh pesat.

Hari-hari nan berat pun dilalui perempuan kelahiran Padang, Sumatera Barat, 41 tahun silam itu. Saat usia kehamilan memasuki 6 bulan, kondisi Mulyani kian payah. Di perutnya yang membesar terlihat 2 tonjolan, seperti perempuan mengandung bayi kembar. Namun, tonjolan yang satu sebenarnya tumor berukuran 14 cm x 14 cm x 9 cm. Kulit di bagian itu mengeras dan berwarna kemerahan.

“Rasanya perut saya sakit semua,” kenang Mulyani sambil menerawang ke masa itu. Sekujur tubuh alumnus Universitas Padjadjaran, Bandung, itu lemas hingga tak mampu berjalan. Kegiatan mengajar di Politeknik Negeri Bandung pun untuk sementara ia tinggalkan.

Kegigihan untuk mempertahankan buah cinta dengan Wahyudin Hidayat—sang suami—membuatnya tak putus berusaha mencari kesembuhan. Berdua mereka kembali mendatangi beberapa dokter sambil mengharap ada jalan keluar lain di sana. Namun, kebingungan yang justru kian menghantui. Pendapat beberapa dokter, satu-satunya jalan tumor mesti diangkat melalui operasi. Sebuah pilihan yang berat lantaran itu mesti dibayar mahal dengan risiko kehilangan sang buah hati. Apalagi Mulyani termasuk pasien berisiko tinggi karena menderita anemia.

6 hari kempis

Wahyudin akhirnya memilih untuk mencoba mengobati penyakit sang istri sendiri. Kebetulan ia memiliki keahlian menyembuhkan pasien dengan ramuan alami. Mulyani manut saja.

Memasuki bulan ke-7 kehamilan, bagian perut yang mengeras dan merah mulai dikompres dengan tumbukan buah dan daun mahkota dewa. Phaleria macrocarpa itu memang lazim digunakan sebagai obat kanker—benjolan di tubuh disebut tumor, jika ganas dan menyebar potensial menjadi kanker. Setelah 6 hari berturut-turut dibalur ramuan itu, benjolan mengempis 2/3-nya hingga tinggal sebesar telur ayam. Itu jelas perkembangan gembira buat pasangan yang menikah pada Januari 2002 itu.

Untuk mengempiskan sisa benjolan, bahan kompres diganti dengan campuran lumpur sawah yang diambil dari tanah lapisan kedua dan air tebu hitam. Keduanya diaduk hingga menyerupai salep kental. Campuran itulah yang ditempelkan di bagian yang sakit selama 12 jam sambil dibarengi pemijatan. Usai menjalani terapiitu, Mulyani merasa tubuh segar. Benjolan di bagian perut tempat tumor bersemayan pun tak teraba.

Untuk meyakinkan diri, perempuan berpembawaan kalem itu memeriksakan diri ke dokter. Hasilnya, bagian luar rahim bersih tumor. Perasaan lega dan bahagia langsung memayungi Mulyani dan suami. Di penghujung 2002 seorang bayi perempuan mungil yang cantik pun hadir ke dunia melalui persalinan normal. Kini anak perempuan bernama Rakhma Sophia Az-Zahra itu jadi sumber kebahagiaan kedua orangtuanya.

Pembunuh nomor 2

Pengalaman yang dialami Hari Sugiharto di Malang tak kalah dramatis. Kanker paru-paru stadium lanjut yang ia derita sembuh setelah meminum air rebusan benalu teh dan kelapa hijau muda. Itu diiringi asupan seduhan mahkota dewa, kunyit putih, temulawak, dan daun salam. Dalam hitungan bulan, ia kembali segar bugar. (baca: Seduhan Bahan Alami Akhir Elegi Kanker Paru, hal. 30)

Menurut World Health Organization (WHO), kanker merupakan pembunuh manusia nomor 2 dunia setelah penyakit jantung. Peluang kejadiannya 3 kali lipat penyakit jantung. Di antara itu, kanker paru-paru menempati peringkat pertama. Dari total jumlah penderita hanya 20% yang berhasil diselamatkan dan itu pun untuk sementara waktu saja.

Di Indonesia, “Kanker berada di nomor 3 setelah jantung dan stroke,” tutur dr Willie Japaries, MARS. Hasil pantauan Trubus ke beberapa pengobat di seputar Jakarta, Sukabumi, Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya menggambarkan itu. Dari total 700—1.000 pasien per bulan yang datang ke Klinik Mahkota Dewa milik Ning Harmanto di Rawabadak, Jakarta Utara, 60% adalah penderita kanker.

Makin banyak

WHO pun memperingatkan, prevalensi kanker di negara berkembang kian meningkat. Itu sejalan dengan rekaman data pasien di RS Kanker Dharmais, Jakarta Barat. Jumlah pasien terus bertambah dari tahun ke tahun. Sekadar contoh, pada 2000 minimal 300 pasien rawat inap per bulan, 2003 jumlahnya melonjak menjadi 400 orang.

Faktor lingkungan diduga menjadi salah satu pemicu. Misal terpapar radiasi sinar ultraviolet (faktor fisika), tanpa sengaja menghirup serat asbes atau asap rokok (kimia), dan mengkonsumsi bahan pangan mengandung aflatoksin yang disebabkan oleh cendawan Aspergillus sp (biologi).

Pola makan dan hidup kurang sehat pun turut andil. Seperti kebiasaan mengkonsumsi makanan berbahan pewarna tambahan dari jenis nitrit. Atau mengandung polyaromatic hydrocarbon, contohnya daging yang dipanaskan dengan suhu di atas 300OC. Prof Dr H M Yusuf, pengobat kanker di Sukabumi, menuturkan, aspek psikis, seperti stres, depresi, dan keputusasaan, ikut melemahkan kondisi tubuh sehingga mudah terserang penyakit, termasuk tumor dan kanker.

Lokasi penyakit sangat tergantung bagian tubuh yang terkena paparan. Misal akibat menghirup serat asbes dan rokok, seseorang berisiko terkena kanker paru-paru. Senyawa nitrit yang berubah menjadi nitrosamin di lambung berpotensi menyebabkan kanker di organ itu. Pekerja cerobong asap yang kerap terpapar panas tinggi, berisiko terkena kanker buah zakar.

Melihat kondisi itu wajar jika kanker kemudian menjadi momok bersama. Pasalnya, penyakit akibat pertumbuhan sel secara tak terkendali itu bisa menimpa siapa saja dan tanpa memilah usia. Apalagi nyaris seluruh bagian tubuh manusia potensial terpapar kanker. “Hanya kuku dan rambut yang terbebas kanker,” tegas Willie. Risiko kian membesar bila dalam riwayat keluarga ada penderita. (baca: Hanya Rambut dan Kuku yang Terbebas, hal. 22)

Belum ada obat

Trubus menemukan beragam kasus kanker dari catatan para pengobat. Mulai dari kanker rahim, payudara, paru-paru, prostat, kulit, nasofaring, pencernaan, sampai otak. Kasus kanker rahim dan payudara paling banyak ditemukan pada wanita. Keduanya menempati peringkat teratas 10 kanker paling banyak diderita di Indonesia. Itu menurut hasil survei Yayasan Kanker Indonesia bekerja sama dengan 13 rumah sakit, seperti dikutip Sinar Harapan 2001.

Sampai sekarang penyebab kanker payudara belum diketahui, kecuali faktor pemicunya. Yaitu perempuan yang mendapat haid pertama pada usia kurang dari 10 tahun, memasuki masa menopause, tidak pernah melahirkan dan menyusui. Atau pernah operasi karena tumor jinak pada bagian itu. Ia kadangkadang ditemukan pada pria ketika terjadi kelainan hormon atau yang bersangkutan dalam pengobatan hormon estrogen pada tumor prostat.

Pada pria, kanker prostat, bersama paru-paru dan usus besar layak menjadi momok. Sementara pada anak-anak, kasus leukemia, tumor ginjal, atau tumor di mata—retinoblastoma—kerap mengancam.

Berbagai penelitian di bidang medis untuk menemukan cara ampuh mengatasi kanker terus dilakukan. Sayang, hingga detik ini obat spesifi k untuk menghentikan perkembangan sel kanker belum ditemukan. Pengangkatan dan terapi radiasi masih jadi pilihan untuk melokalisir perkembangan sel tak terkendali itu.

Ketika pengobatan modern menghadapi batu karang, penyembuhan alternatif jadi pilihan. Menurut Sutiyoso Wijanarko, herbalis spesialis kanker di Yogyakarta, 30% dari pasien yang datang di kliniknya semula berobat secara medis. Itu diamini pengobat lain yang Trubus hubungi. “Orang lari ke pengobatan alami karena setelah menjalani operasi dan kemoterapi ternyata kanker muncul lagi beberapa waktu kemudian,” ujar Ning Harmanto.

Muncul lagi

Menurut M Yusuf, 50% pasien kanker pada penyebaran sel-sel ganas ke organ lain tidak terdeteksi sejak awal. (Baca: Momok itu Muncul Kembali, hal. 24) Seorang pasien—sebut saja Lina—mendatangi pemimpin Klinik Citra Insani Sukabumi itu lantaran kanker di payudara kiri yang sudah dioperasi muncul lagi. Benjolan-benjolan itu kemudian menyebar hingga ke tulang rusuk dan kepala. Usai menjalani terapi pengobatan, antara lain berbahan baku buah makasar Brucea javanica selama 3 bulan, tonjolan-tonjolan itu mengempis.

Kasus lain dialami Paulina Endri CB. Benjolan sebesar ibujari di leher yang semula diduga kekurangan yodium ternyata kanker tiroid. Tindakan pengangkatan segera dilakukan di sebuah rumah sakit di Yogyakarta. Namun, dalam pemeriksaan lanjutan diketahui ternyata masih terdapat sel kanker hidup bersemayan di leher. Paulina pun disarankan menjalani kemoterapi sebanyak 40 kali untuk menghambat penyebarannya.

Enggan menghadapi efek samping kemoterapi, perempuan kelahiran Wonosari 9 September 1962 itu mencoba alternatif lain. Bersama salah seorang kawan ia mendatangi dr Paulus Wahjudi Halim, spesialis bedah dan lepra yang mendalami pengobatan herbal di Tangerang. Menurutnya kanker di leher Paulina memang perlu dikemoterapi, tapi cukup 5 kali sekadar untuk melokalisir.

Selanjutnya anak ke-3 dari 7 bersaudara itu diberi obat berupa campuran beberapa herba yang diminum 3 kali sehari. Ia juga diharuskan menyantap sayuran hijau, meminum jus tomat, wortel dan jus jeruk. Setahun menjalani terapi sel kanker menyusut menjadi 60%. Tahun ketiga, tinggal 50%. Kini menginjak tahun ke-6 perawatan sel kanker dinyatakan mati.

Bukan dewa

Tak bisa dipungkiri, dalam beberapa kasus pengobatan alami berhasil menyelamatkan nyawa penderita kanker ketika medis sudah angkat tangan. “Pada kasus stadium 1 dan 2 kemungkinan sembuh besar,” kata Hj Sarah S Kriswanti, pengobat di Bandung.

Berita-berita kesembuhan itu secara tidak langsung meningkatkan kepercayaan masyarakat pada keampuhan pengobatan tradisional. Tak heran jumlah pasien yang datang ke klinik milik para herbalis kian meningkat. “Sekarang ini pengobatan alternatif bukan alternatif lagi, tapi sudah menjadi pilihan,” tutur Ning Harmanto. Supaya bisa melayani pasien dengan lebih baik Yusuf membuka klinik di Ciawi, Bogor.

Toh bukan berarti pengobatan secara alami menjadi dewa. Para pengobat mengakui, untuk kasus stadium lanjut, harapan sembuh memang tipis. “Tapi setidaknya pasien bisa hidup lebih lama secara nyaman,” ujar Sarah. Seorang pasien kanker rahim stadium 4 bisa bertahan hidup selama 2 tahun dari vonis dokter yang hanya hitungan hari.

Pada kasus-kasus tertentu kombinasi pengobatan barat dan timur justru membuat peluang kesembuhan membesar.

Itu yang dialami penderita kanker usus yang menjalar ke getah bening. Setelah menjalani operasi dibarengi dengan pemberian ramuan herbal ia dinyatakan bersih dari kanker. Ramuan antara lain berbahan baku mahkota dewa dan temu putih diminum rutin selama 6 bulan Yusuf menyebutkan dengan cara kombinasi, 40% penderita kanker stadium akhir bisa diselamatkan dan hidup hingga 10 tahun.

Seumur hidup

Yang perlu diingat, pengobatan dengan ramuan alami tak langsung tokcer. Penderita mesti sabar lantaran pengobatan tradisional memang tidak terlihat hasilnya dalam waktu singkat. Paulina membutuhkan waktu terapi 6 tahun sampai sel kanker dinyatakan mati. Para pasien pun harus disiplin mengikuti pantangan yang diterapkan para pengobat. Kalau melanggar bisa-bisa kanker muncul lagi.

Seorang gadis penderita kanker rahim stadium 4 terbebas penyakit mematikan itu setelah 3 bulan meminum ramuan alami. Perut yang semula seperti kondisi wanita hamil 9 bulan mengempis hingga normal. Sayang, merasa sehat ia terlena dan melanggar pantangan memakan durian. Hanya dalam hitungan hari, benjolan di rahim pun muncul kembali. Kalau sudah begitu, penyakit lebih sulit lagi diatasi.

Pengobatan pun tak serta-merta dihentikan ketika sel kanker dinyatakan mati. “Sel-sel itu sebenarnya tidak benar-benar mati, hanya tidur saja,” kata Ning Harmanto. Dosis obat memang dikurangi secara perlahan sampai akhirnya dihentikan sama sekali. Namun, sebaiknya penderita tetap mengkonsumsi herbal kanker sebagai minuman harian. Boleh dibilang pengobatan kanker berlaku seumur hidup.

Para pengobat pun mengakui, mereka tak hanya menyandarkan upaya kesembuhan pada ramuan herbal. Sebagian dari mereka mengkombinasikannya dengan terapi lain. Sarah menerapkan terapi buah dan sayuran serta pemijatan dengan minyak dari 185 akar-akaran.

Penderita yang baru menjalani operasi diberi 2 buah kiwi per hari. Buah itu kaya vitamin C yang diperlukan dalam proses pemulihan. Pemberian jus campuran wortel, kentang, mentimun, dan apel malang, baik untuk memperbaiki stamina dan membuat wajah penderita tetap cerah. “Buah dan sayuran terbukti secara klinis sebagai pencegah dan penghambat pertumbuhan kanker,” ujar Dra Emma A Wirakusumah, MSc dan Nurfi Afriansyah, SKM—dua ahli gizi yang Trubus temui sepakat.

Hal serupa dilakukan Yellia Mangan, herbalis di Jakarta. Pasien diminta meminum beragam jus, antara lain dari leunca. Menurut penelitian di Cina, buah dari tanaman perdu itu mampu mengatasi kanker hingga stadium lanjut. Dr H RM Siswanto dan Sri Supardjini, keduanya di Yogyakarta, memilih mengkombinasikan herbal dengan pijat refleksi untuk melancarkan peredaran darah. Sementara Yusuf dan Willie memadukan herbal dengan akupunktur.

Herbal Indonesia

Naiknya pamor pengobatan alami menyadarkan orang akan kekayaan herbal penakluk kanker yang dimiliki Indonesia. Yang paling banyak dimanfaatkan temu putih Curcuma zedoaria, mahkota dewa Phaleria macrocarpa, daun dewa Gynura procumbens, sambiloto Andrographis paniculata, tapak dara Chataranthus roseus, dan benalu Loranthus parasiticus—terutama dari pohon teh. Khasiat sebagian herbal itu sudah dibuktikan melalui beragam penelitian.

Menurut hasil penelitian American Institute Cancer Reports, temu putih mengandung RIP (ribosome inacting protein), zat antioksidan, dan antikurkumin. RIP menonaktifkan pertumbuhan sel kanker dan memblokir pertumbuhannya serta meluruhkan sel kanker tanpa merusak jaringan di sekitarnya. Benalu teh pun sejak lama dikenal sebagai obat kanker. Dari uji di laboratorium diketahui, ia mengandung alkaloid, flavanoid, dan saponin. Kombinasi beragam senyawa itu tidak membunuh sel kanker, tapi efektif menghambat laju pertumbuhannya. Tak heran bila beragam obat antikanker berbahan benalu teh diproduksi secara modern.

Tanaman lain seperti rumput mutiara Hedyotis corymbosa, cakar ayam Selaginella doederleinii, dan komfrei Symphytum offi cinale. Pemanfaatan yang disebut terakhir itu sebagai tanaman obat sempat membuahkan perdebatan. Bersama-sama sambiloto, temu lawak, dan lada, komfrei digunakan untuk mengatasi asam urat. Di lain pihak, ada juga yang menyatakan tanaman merumpun itu berbahaya bagi tubuh karena merusak ginjal bila dikonsumsi terlalu banyak.

Meski demikian, banyak pengalaman membuktikan dengan dosis tepat ramuan yang diberi nama satekola itu mampu mengobati asam urat. Bahkan kemudian paduan buah mahkota dewa, daun komfrei, daun mimba, dan temu mangga membebaskan Tuti Sujatmiko, warga Gegerkalong, Bandung, dari acaman kematian karena kanker payudara yang sudah membesar seperti bola.

Toh biar bagaimana pun mencegah lebih baik daripada mengobati. Untuk meminimalisir risiko kanker, dianjurkan untuk mengikuti pola makan dan pola hidup sehat. Misal mengkonsumsi makanan dan minuman pencegah atau penetralisir kanker, seperti cincau hijau Cyclea barbata yang mengandung zat tetrandin—bersifat antikanker.

Selain itu, kurangi konsumsi makanan berlemak, beralkohol, berbahan pengawet, dan pewarna tambahan. Kebiasaan merokok dihindarkan. Kalau jiwa dan raga kuat dan sehat, sel kenker nan jahat pun semoga enggan hinggap. (Evy Syariefa/Peliput: Bertha Hapsari, Destika Cahyana, Nyuwan Susila Budiana, dan Prita Windyastuti)

Obat Kanker di Kerecek Oncom

Kalau Anda pernah bersantap di rumah makan Sunda, salah satu menu yang ditawarkan pastilah kerecek oncom. Penganan itu berupa oncom hitam atau merah yang ditumis dengan leunca. Paling enak disantap dengan lalap daun-daunan. Waktu masuk di mulut, lezatnya oncom diselingi keletukan leunca yang sedikit pahit.

Siapa nyana di balik kelezatannya itu tersimpan obat luar biasa. Hasil penelitian di Guangdong Province Cancer Research Centre Cina, leunca Solanum nigrum mengandung solasonine, solasodine, dan solanine. Senyawa itu penghambat pertumbuhan sel yang tak terkendali. Pengobatan kanker payudara, kandungan, leher rahim, pencernaan, dan saluran pernafasan pun terbuka. Sebelumnya tanaman yang dikenal di Tiongkok dengan nama longkui itu sudah dimanfaatkan sebagai antibiotik, diuretik, dan penurun demam.

Pengobatan dengan leunca via infus diuji terhadap 10 penderita kanker leher rahim di Guangdong Yizhou Hospital. Setiap pasien diberi injeksi sebanyak 3 ampul masingmasing 10 ml 2 kali sehari. Hasilnya 70% pasien dinyatakan sembuh dengan bukti pemeriksaan ulang dengan foto scanning. Sisanya membutuhkan gabungan dengan obat-obatan lain. Di Klinik Citra Insani, Sukabumi, infus leunca dikombinasikan dengan buah makasar Brucea javanica.

Efek samping yang timbul, mual, muntah, nafsu makan berkurang, banyak berurine, dan badan terasa lemas. Efek samping itu segera hilang setelah 3 hari atau dengan pemberian obat penetralisir seperti ginseng.

Penderita pun bisa mengolah sendiri obat dari tanaman perdu itu. Seluruh bagian tanaman dicuci bersih lalu dijemur hingga kering. Ambil 30—40 g dan masak dengan 3 gelas air hingga tersisa 1 gelas. Air seduhan diminum 3 kali sehari masing-masing 1 gelas. Buat Anda yang sehat pun tak ada salahnya melakukan tindakan kuratif. Salah satunya, nikmatilah kerecek oncom dan leunca. (Prof Dr H M Yusuf)

- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Tip agar Tidak Mudah Lemas Saat Puasa

Trubus.id–Perbanyak konsumsi sayuran, buah, dan herbal sesuai fungsi dan dosis yang dianjurkan membuat badan bugar dan tidak mudah lemas...

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img