Trubus.id — Pekebun bisa mengolah porang menjadi beragam olahan yang menggugah selera dan bernilai ekonomi tinggi. Salah satunya adalah kopirang. Kopirang merupakan akronim dari kopi dan porang. Biasanya, selain terdapat campuran kopi dan porang, minuman itu biasa ditambah bunga cengkih dan kulit batang kayu manis.
Selain kopirang, masih banyak olahan porang lainnya. Anik Setyawati, warga Kelurahan Munggut, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, Madiun, Jawa Timur, membuat 15 macam kreasi porang antara lain bluder, sambal pecel porang, brem, wingko, pia, bolen, dan sabun porang.
Anik membuat olahan porang dengan bahan baku tepung porang. Perempuan berumur 57 tahun itu menggunakan tepung porang kelas A untuk membuat aneka penganan. Kandungan glukomanan lebih dari 90 persen.
Untuk olahan sambal pecel, Anik memakai tepung porang dengan kadar glukomanan 60–90 persen yang termasuk kelas B. Bahan baku pembuatan sabun berupa tepung porang kelas C berkadar glukomanan kurang dari 60 persen.
Harga tepung porang beragam, bergantung pada kadar glukomanan. Anik membeli tepung porang kelas A Rp900.000 per kg. Bandingkan dengan harga per kg tepung porang kelas B (Rp700.000) dan kelas C (Rp500.000).
Anik tertarik mengolah porang menjadi penganan karena ingin meningkatkan nilai tambah porang. Menurutnya, pesaing olahan porang juga masih sedikit sehingga membuka peluang bisnis.
Anik mengatakan, potensi menciptakan inovasi olahan porang masih terbuka. Sekadar contoh, kopirang yang semula tidak ada, kini pasar menerimanya. Harganya yang relatif tinggi bukan masalah. Harga sebuah kemasan 150 gram kopirang Rp45.000. Selain itu, bahan baku porang melimpah di Madiun.
Ibnu Tanjung, produsen olahan porang lain, getol menyosialisasikan olahan porang. Menurut pria kelahiran Kediri 9 Agustus 1972 itu, teknologi pengolahan porang bermanfaat bagi masyarakat terutama di sentra porang.
“Kita tidak akan bergantung pada pasar impor, sehingga merdeka porang,” kata Ibnu yang mengolah porang menjadi 150 varian seperti bakso, rendang, roti, dan satai.