Saturday, December 9, 2023

Rumput Laut Aman Dalam Kantong

Rekomendasi
- Advertisement -

Bibit rumput laut dalam kantong lebih cepat tumbuh dan aman dari sergapan ikan pemangsa.

Trubus — Sehari setelah menebar bibit rumput laut, ikan pun memangsanya. Itulah kendala petani rumput laut di Kabupaten Wakatobi, Sulawesi Tenggara, yang menghasilkan 1.063 ton setahun. Wakatobi berpotensi besar sebagai sentra rumput laut dengan luas perairan 18,377 km². Itu sentra rumput laut terbesar di Sulawesi Tenggara. Menurut riset Sitti Hawa Bahtiar dan Sarpin dari Universitas Halu Oleo, Kota Kendari, serangan hama dan penyakit menyebabkan merosotnya hasil panen.

Kepala Bidang Riset Perikanan Budidaya, Pusat Riset Perikanan, Agus Cahyadi, S.Pi., M.Si.

Periset Kementerian Kelautan dan Perikanan, Agus Cahyadi, S.Pi., M.Si., membenarkan kondisi itu. Ikan pemangsa juga turut menyumbang berkurangnya panen rumput laut. Agus yang pernah tinggal 5 tahun di Kabupaten Wakatobi menduga ikan melahap 40% bibit. Acah―sapaan akrab Agus Cahyadi―menggagas penggunaan kantong rumput laut (KRL) untuk mengatasinya.

Cepat tumbuh

Kantong terbuat dari polietilen mampu menampung 3―4 bibit berukuran 50 g. Terdapat spons atau karet busa persegi di bagian atas agar kantong tetap terapung. Pemasangannya bisa dengan pipa apung atau menempel pada rumpon. Agus kerap menyebutnya polibag rumput laut sebab fungsinya mirip polibag atau kantong tanam untuk tanaman di darat.

“Polibag memang ditujukan untuk produksi bibit. Petani bisa meletakkan talus berukuran 25 g, 50 g, atau 100 g. Seminggu berikutnya talus 50 g tumbuh dan menjadi 200 g dan siap jual sebagai bibit untuk pembesaran,” kata kepala Bidang Riset Perikanan Budidaya, Pusat Riset Perikanan itu. Pertumbuhannya cukup tinggi hingga empat kali lipat.

Riset Muhammad Syarqawi dan tim dari Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, menunjukkan tingginya pertumbuhan rumput laut Euchema cottonii dalam kantong. Syarqawi menggunakan bibit 100 g per kantong dan meletakkan di kawasan perairan Teluk Sinabang, Kabupaten Simeulue, Aceh. Setiap pekan ia dan tim mengamati pertumbuhan selama 35 hari.

Talus tumbuh rata-rata 17,47 g per hari atau sekitar 3,5%. Sementara itu, talus tanpa polibag berkurang 1,95 g per hari lantaran dimangsa predator. Ada petani yang mencoba polibag rancangan Agus untuk pembesaran tapi kurang cocok. Bobotnya terlampau besar daripada daya muat kantong. Talus tumbuh menyebar hingga menyusup ke sela jaring.

Rumput laut tumbuh subur di laut dalamdibandingkan dengan di area dekat pantai. (Dok. Agus Cahyadi)

Petani memanen bibit untuk pembesaran setiap 40 hari. Menurut periset yang hobi melukis itu, pembesaran perlu kantong berukuran besar. Sayangnya, biaya produksi juga ikut besar sehingga tidak ekonomis lagi. Saat ini polibag tersedia dalam dua ukuran, yakni 40 cm x 40 cm dan 60 cm x 60 cm. Setiap ukuran terdapat dua pilihan kualitas, yaitu kualitas 1 dengan masa pakai 5 tahun dan kualitas 2 (2 tahun).

Harganya berkisar Rp35.000―Rp52.000 per polibag. Menurut Agus harga itu sebanding dengan volume panen. Lagi pula masa pakainya sampai 5 tahun. Syaratnya, petani mesti membersihkan kantong secara berkala dari lumut dan kotoran yang menempel.

Serangan penyakit

Agus menggagas penggunaan kantong sejak 2016. Namun, produksi massal baru dimulai setahun kemudian. Semula terdapat varian kantong berlapis karbon dari tempurung kelapa. Penggunaannya untuk perairan yang miskin nutrien sehingga bisa mengoptimalkan pertumbuhan talus. Seiring perkembangan, ada yang mencoba menggunakan kantong di perairan laut dalam.

Rumput laut kualitas bagus ditandai dengan warna gelap. (Dok. Trubus)

Ternyata rumput laut tumbuh subur di laut dalam dibandingkan dengan di area dekat pantai. “Perairan laut dalam salinitasnya tinggi sehingga nutrisi yang cukup bagi rumput laut. Pada dasarnya talus itu kandungan utamanya air dan garam. Rumput laut kualitas bagus itu ditandai dengan warna gelap. Kalau di dekat pantai warnanya cenderung cerah,” tutur laki-laki berusia 44 tahun itu.

Laut berarus cocok untuk rumput laut karena ada perputaran nutrien dari bagian dasar ke permukaan. Ganggang makroskopis itu menyukai perairan yang sejuk kurang dari 30ºC. Budidaya di laut dalam juga dapat mengurangi risiko penyakit ice-ice. Riset Robert Pensa Maryunus dari Balai Budidaya Laut Tual di Kota Tual, Maluku, membuktikan kekurangan nutrien menyebabkan rumput laut Kappaphycus alvarezii terserang ice-ice.

Robert menyarankan petani mengatur kedalaman tanam hingga 50 cm di bawah permukaan air laut. Selain itu, pembersihan rutin dari kotoran yang melekat juga menghindarkan dari risiko ice-ice. Kantong rancangan Agus Cahyadi tersebar lebih dari 20 titik di Indonesia, mulai dari Sabang hingga Sorong. Kini petani tak ragu menebar bibit di perairan laut dalam sebab rumput laut aman dalam kantong. (Sinta Herian Pawestri)

- Advertisement -
- Advertisement -
- Advertisement -spot_img
Artikel Terbaru

Berkah dari Gunung Berapi

Trubus.id— Letusan gunung merapi kerap dianggap sebagai bencana bagi sebagian orang karena meninggalkan kerusakan fisik maupun korban jiwa. Namun,...
- Advertisement -spot_img

More Articles Like This

- Advertisement -spot_img