Riset ilmiah membuktikan rumput laut berkhasiat antihipertensi.
Tekanan darah tinggi pembunuh senyap alias silent killer lantaran pengidapnya kerap tidak sadar. Saat memeriksa kesehatan, misalnya ketika donor darah atau hendak mencabut gigi, penderita hipertensi baru menyadari kondisinya. Ketidaktahuan itu mengakibatkan sebagian pengidap hipertensi baru memperoleh penanganan medis setelah terkena penyakit lain yang lebih parah.
Hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan pada 2013 menunjukkan, prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 25,8% untuk usia lebih dari 18 tahun. Kasus tertinggi di Bangka Belitung yaitu 30,9%, Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), dan Jawa Barat (29,4%). Profil Kesehatan Indonesia 2014 menyatakan, hipertensi dalam kehamilan penyebab kematian lebih dari 25% ibu hamil di Indonesia.
Hipertensi
Menurut dokter dan penganjur herbal di Jakarta, dr Ipak Ridmah Rinekawaty MSi, berbagai gangguan kesehatan yang memicu hipertensi. “Kolesterol tinggi, asam urat, atau faktor hormonal beberapa gangguan itu,” ujar Ipak. Kolesterol tinggi membentuk plak dan menyebabkan penyumbatan pembuluh darah atau aterosklerosis. “Tubuh berupaya agar sirkulasi darah tetap normal dengan meningkatkan tekanan jantung, yang menyebabkan tekanan darah menjadi tinggi,” ujarnya.
Nilai normal tekanan darah adalah 110/90 mmHg. Menurut dr Ipak, angka itu untuk semua usia, baik kanak-kanak maupun dewasa. Toleransi aman yaitu 120—130 mmHg untuk tekanan darah sistolik dan 90 mmHg untuk tekanan darah diastolik. Lebih dari itu tergolong hipertensi. “Penanganan hipertensi harus berdasarkan pemicunya. Kalau penyebabnya tidak terselesaikan, pasien akan minum obat seumur hidup,” ujar alumnus Universitas Indonesia itu.
Hipertensi tidak terkendali dapat menyebabkan pecah pembuluh darah alias stroke. “Tekanan tinggi menyebabkan dinding pembuluh darah menipis. Ibaratnya meniup balon, semakin tinggi tekanan maka kulit balon semakin tipis,” kata Ipak. Jika terus dipompa, balon bakal pecah. Hal itulah yang dialami penderita stroke. Obat-obatan kimia untuk mengatasi hipertensi bersifat menghambat angiotensi I-converting enzyme (ACE) supaya tidak memproduksi hormon angiotensin II yang menaikkan tensi darah.
Namun obat ACE inhibitor memicu efek samping seperti batuk kering dan tidak dianjurkan untuk perempuan hamil. Alternatifnya, penderita hipertensi dapat mengonsumsi herbal yang minim efek samping dan terbukti berkhasiat. Tara Mandiricha, Lustyafa Inassani, Ibnu Malik, Zahrotul Hasanah Harum, dan Meddy Setiawan dari Fakultas Kedokteran, Universitas Muhammadiyah Malang membuktikan khasiat rumput laut untuk menurunkan tekanan darah melalui riset invitro.
Rumput laut
Tara Mandiricha dan rekan menggunakan 28 tikus wistar jantan sebagai hewan uji. Hewan pengerat itu ia bagi menjadi 4 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol positif dan 3 kelompok perlakuan. Kelompok perlakuan mendapat ekstrak rumput laut dosis 200—600 mg per kg bobot badan (kg BB, lihat diagram Rumput Penurun Tensi). Sebelum perlakuan, semua tikus mendapat asupan prednison 1,5 mg per kg bobot dan NaCl 2,5% selama 2 pekan.
Dampaknya tekanan darah hewan uji meningkat dari nilai fisiologis 124/82 mmHg menjadi 165—200 mmHg. Tara menggunakan 800 g rumput laut spesies Eucheuma spinosum. Selama dua pekan, tikus mendapat perlakuan. Hasilnya ekstrak rumput laut dosis 400 mg dan 600 mg efektif dan berbeda nyata dengan kontrol positif.
Tara menduga ekstrak rumput laut menurunkan tekanan darah dengan mengurangi tahanan pembuluh darah perifer tanpa menurunkan laju jantung. Itu terbukti dengan terjadinya diuresis.
Pada kondisi hipertensi, proses diuresis menurunkan kadar natrium dalam cairan tubuh dan dengan adanya efek vasodilatasi alias pelebaran diameter pembuluh darah yang terjadi ketika otot-otot di dinding pembuluh darah mengendur atau rileks, tekanan darah pun menurun. Herbalis di Tangerang Selatan, Provinsi Banten, Lukas Tersono Adi memperkuat dugaan itu.
Kandungan serat yang tinggi pada rumput laut memperlancar pencernaan dan memicu proses diuresis. “Dengan kondisi tubuh yang stabil, tubuh pun tenang sehingga bisa menurunkan tekanan darah,” ujar herbalis alumnus Universitas Diponegoro itu. Menurut Lukas rumput laut tetap sebagai herbal karena merupakan tanaman yang hidup di laut.
Namun, “Kalau prosesnya terlalu panjang, misalnya direbus dalam waktu yang lama, khasiat akan berkurang tetapi konsumen tetap mendapat manfaat seratnya,” ujar Lukas. Oleh karena itu ia menyarankan konsumsi rumput laut yang melalui pengolahan singkat.
Cirinya segar dan bertekstur kenyal sekaligus merangsang enzim yang membantu pencernaan. Lukas Tersono Adi menganjurkan penderita hipertensi untuk mengolah rumput laut menjadi sup dengan menambahkan bawang putih dan daun bawang. “Bawang putih membantu mengencerkan darah sehingga tekanan darah bisa stabil,” ujarnya.
Untuk mengurangi efek buruk terhadap pengidap hipertensi, Lukas menyarankan sup tanpa tambahan garam. “Bawang putih menjadikan rasa sup gurih dan nikmat sehingga tidak perlu lagi garam,” ujar Lukas. Ipak Ridmah menuturkan hal senada. Kandungan mineral yang tinggi pada garam seperti natrium dan alium bisa memicu tekanan darah tinggi. Namun, bukan berarti pasien hipertensi tidak boleh sama sekali mengonsumsi garam.
“Setiap orang, termasuk yang bertekanan darah tinggi membutuhkan mineral salah satunya dari garam, tetapi pada orang yang tekanan darahnya tinggi konsumsi garam harus lebih dikontrol agar tidak berlebihan,” tutur Ipak. Selain mengonsumsi herbal, pola hidup pasien juga harus dikontrol seperti mengurangi stres dan rajin berolahraga. “Kalau prinsip hidup kita ingin sehat ya kita tidak akan sakit,” ujar dr Ipak.
Selain itu,jika ingin mengonsumsi herbal, konsumen harus mendapatkan dosis dan ramuan herbal yang tepat plus tahu titik permasalahannya alias tidak boleh latah. “Meski seseorang sakitnya sama dengan orang lain, belum tentu penyebabnya dan penanganannya akan sama,” papar dr Ipak. Oleh karena itu konsultasi pada ahlinya menjadi hal penting. (Bondan Setyawan)